Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah tentang K3 di Bidang Offshore ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan
tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa prodi S1 Teknik Perkapalan
Universitas Diponegoro pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Tentunya makalah
ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis memohon kepada pembaca untuk
menyampaikan kritik maupun saran guna proses pembelajaran untuk pembuatan makalah
yang lebih baik kedepannya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
K3 atau yang dikenal sebagai keselamatan dan kesehatan kerja sudah banyak
diterapkan hampir diseluruh perusahaan. peraturan pemerintah, dan manajemen kualitas dari
setiap perusahaan atau tempat kerja mulai menanamkan program ini. sebenarnya K3 memang
penting untuk diterapkan apalagi jika para stake holder dan pihak perusahaan melihat lebih
jauh mengenai keuntungan jangka panjang.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang
memberi

keuntungan

yang

berlimpah

pada

masa

yang

akan

datang.

Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja
nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan
kerja yang tidak kondusif.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah
terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan
tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
untuk mengetahui sarana sarana perlindungan kesehatan pekerja yang terdiri dari:
1. Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)
2. Alat Pelindung Diri (PEE)
3. Penggunaan Layar display dengan Aman

C. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja bidang minyak dan gas bumi adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.


Undang-Undang No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Mijn Politie Reglement Staatsblad 1930 Nomor 341 Peraturan Keselamatan Kerja

Tambang.
PP. No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang

Pertambangan.
PP. No. 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi

Migas di Daerah Lepas Pantai.


PP. No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan

Minyak dan Gas Bumi.


PP. No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas.
PP. No. 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilar Migas.
Permen Pertambangan Nomor 02/P/M/Pertamb/1975 Keselamatan Kerja Pada Pipa
Penyalur Serta Fasilitas kelengkapan Untuk Pengangkutan Minyak Dan Gas Bumi Diluar

Wilayah Kuasa Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi.


Permen Pertambangan No. 05/P/M/Pertamb/1977 tentang Kewajiban Memiliki Sertifikat

Kelayakan Konstruksi untuk Platform Migas di Daerah Lepas Pantai.


Permen Pertambangan dan Energi No. 06P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam

Pertambangan Migas dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi.


Permen Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor : 045 Tahun 2006
Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur Dan Serbuk Bor Pada Kegiatan Pengeboran

Minyak Dan Gas Bumi.


Kepmen Pertambangan Dan Energi Nomor 300k/38/Mpe/1997
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak Dan Gas Bumi.
Keputusan Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi Nomor 39 K/38/DJM/2002 tentang
Pedoman Dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja Atas Tangki Penimbun Minyak
Dan Gas Bumi.

BAB II
LANDASAN TEORI

Terdapat beberapa teknik baku yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan pekerja
offshore. Ini meliputi pengambilan tindakan pencegahan penyakit, yang memberikan sarana
sarana untuk mencegah pekerja berkontak dengan substansi substansi berbahaya, dan
memastikan bahwa jika para pekerja terluka, cederanya dirawat dengan benar.
Berikut akan dibahas sarana sarana perlindungan kesehatan pekerja offshore tersebut.
II.1. Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K) didefinisikan sebagai:

Perawatan darurat hingga tenaga medis atau perawat tiba ditempat

Perawatan cedera kecil yang tidak memerlukan perawatan atau bahkan tidak memerlukan
perhatian medis.
Fasilitas fasilitas pertolongan pertama yang harus disediakan tercantum dalam health and
safety (first Aid) Regulations 1981, dengan rincian lebih jelasnya diberikan dalam Approved
Code of Practice and Guidance First aida at work, publikasi HSE L 74.
Saran sarannya meliputi:

a. Cakupan fasilitas kesehatannya tergantung pada resiko yang dihadapi, misalnya semakin
tinggi resiko, semakin luaslah cakupan persoalan tersebut.
b. Jumlah petugas P3K harus mencukupi satu petugas untuk Setiap 50 puluh pekerja untuk
pekerjaan beresiko rendah. Perbandingan antara jumlah pekerja dengan petugas P3K ini
disesuaikan apabila resiko pekerjaannya meningkat.
c. Harus terdapat ruang P3K jika:
1. Tapak tersebut beresiko tinggi
2. Tapak tersebut berada jauh dari rumah sakit, misalnya didaerah pedesaan.
3. Akses kerumah sakit atau dokter sulit dilakukan, misalnya didaerah dengan lalu lintas yang
sangat macet.
4. Jumlah yang dipekerjakan ditempat tersebut mensyaratkannya.
d. Pekerja yang bekerja jauh dari pusat:
1. Jika area kerjanya beresiko rendah tidak perlu ada fasilitas kesehatan
2. Jika area kerjanya berada dalam persil majikan lain pergunakanlah fasilitas setempat.
3. Jika area kerjanya beresiko tinggi atau tidak memiliki akses kefasilitas pertolongan pertama,
kotak P3K perlu dibawa.
e. Kotak P3K harus:
1. Kuat agar dapat melindungi isinya

2. Dapat diisi lagi


3. Berisi kartu panduan pertolongan pertama pada kecelakaan
4. Digunakan hanya untuk barang-barang P3K, bukan barang lain.
f. Jika lebih dari satu majikan yang menempati satu bangunan atau tapak, mereka dapat
menyediakan fasilitas bersama.
g. Pekerja harus mendapatkan informasi tentang fasilitas P3K dan lokasi penempatannya.
h. Fasilitas P3K harus mudah dijangkau oleh para tamu, kontraktor dan sebagainya, ketika
mereka telah diberi izin untuk berada dilingkungan perusahaan.
i. Jika tersedia ruang P3K, ruang tersebut harus:
1. Berada dibawah pengawasan petugas P3K atau perawat
2. Menyediakan petugas P3K yang siaga selama ada orang yang sedang bekerja dipersil
bersangkutan.
3. Memiliki petugas pengganti yang bertanggung jawab terhadap setiap tindakan P3K yang
dibutuhkan jika petugas P3K tidak berada ditempat.
4. Mudah diakses oleh Ambulans
5. Cukup luas untuk meletakkan tempat tidur
6. Memiliki pintu yang cukup lebar untuk dilalui oleh kursi roda.
7. Didesain dengan permukaan yang dapat dibersihkan dengan mudah.
8. Memiliki air panas dan dingin untuk keperluan cuci mencuci.
9. Dapat didentifikasi dengan mudah
10. Menyediakan tempat bagi petugas P3K
11. Dilengkapi dengan buku penatalaksanaan ( treatment book ) yang dapat berupa buku kegiatan
harian perusahaan untuk mencatat penatalaksanaan yang dilakukan.
j. Petugas P3K harus:
1. Dilatih dalam pelatihan yang telah disetujui oleh HSE
2. Telah menerima pelatihan tertentu jika terdapat bahaya bahaya khusus yang muncul
3. Mencatat selruh penatalaksanaan yang diberikan
4. Menerima pelatihan secara teratur.

II.1.1 Kotak P3K


Kotak P3K minimal harus memuat:

Kartu petunjuk

20 bungkus perban balut steril berperekat

4 bungkus perban segitiga

6 buah peniti

6 bungkus perban balut steril berukuran sedang tanpa obat

6 bungkus perban balut steril berukuran besar tanpa obat

6 bungkus perban balut steril berukuran ekstra besar tanpa obat.

1 pasang sarung tangan sekali pakai

2 tampal mata steril


Pasokan air keran atau steril dalam botol untuk mencuci mata sebaiknya disediakan. Barangbarang tambahan yang dapat disediakan meliputi:

Tandu atau bidang datar lainnya untuk membawa pasien.

Sepasang gunting baja tahan karat berujung tumpul

Celemek plastic dan sarung tangan sekali pakai

Selimut

Tempat sampah untuk membuang kasa dan baju pembalut yang telah dipakai.
Kotak P3K untuk tugas luar berisikan:

Kartu panduan P3K

6 bungkus pembalut steril berperekat

6 bungkus pembalut steril berukuran sedang tanpa obat

2 gulung perban selebar 1

2 peniti

Beberapa bungkus tisu basah

Satu pasang sarung tangan sekali pakai.


Para majikan diberi kebijaksanaan tertentu dalam menyediakan fasilitas kesehatan. Pemasok
alat-alat P3K dapat membantunya namun berhati-hatilah dengan para salesman Ayang
berambisi mengejar target penjualan.

II.2 Alat Pelindung Diri (PEE)

Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protective equipment


- PPE) tercantum dalam personal protective equipment at work regulstion 1992. Akan tetapi,
ada beberapa ketentuan khusus, yang lebih utama selain ketentuan umum ini, yang
diantumkan dalam aturan-aturan tentang bahaya-bahaya tertentu, yaitu:
The control of lead at work regulations 2002.
The lonizing radiation regulations 1999.
The control of asbestos at work regulations 2002.
The noise at work regulations 1989.
The construction (Head protection) Regulations 1989.
Aturaan-aturan yang disebut belakangan tersebut dibahas secara terpisah di bagian
lain dan tidak tercakup dalam bab ini.
Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang
majikan adalah melindungi pekerjanya secara vkeseluruhan ketimbang secara individu.
Penggunaan PEE hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas
ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau.
Dengan seluruh jenis PEE yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang
paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan
berdasarkan material, desain, warna dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum
yang harus diikuti.
PPE yang efektif harus:

Sesuai dengan bahaya yang dihadapi

Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut

Cocok bagi orang yang akan menggunakannya

Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas

Memiliki konstruksi yang sangat kuat

Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersamaan

Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.


PPE harus:

Disediakan secara gratis

Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan

Hanya digunakan sesuai peruntukannya

Dijaga dalam kondisi baik

Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan

Disimpan ditempat sesuai ketika tidak digunakan.


Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh:

Informasi tentang bahaya yang dihadapi

Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil

Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar

Konsultasi dan diizinkan memiliki PPE yang tergantung pada kecocokannya.

Pelatihan cara memelihara dan menyimpan PPE dengan rapi

Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.


Bagian Tubuh

Bahaya

PPE

Kepala

Benda benda jatuh

Helm Keras (Hard hats)

Ruang yang sempit

Helm empuk (bumps caps)

Rambut terjerat

Topi, harnet atau pemangkasan


rambut.

Telinga/

Suara bising

Pendengaran
Mata

Tutup telinga (Ear mufj) dan


sumbat telinga (Ear plug)

Debu, kersik,

Kacamata pelindung (goggles),

Partikelpartikel

Pelindung wajah.

beterbangan

Paru

Radiasi, laser, bunga api las.

Goggles khusus

Debu

Masker wajah, Respirator

Asap

Respirator

dengan

penyerap

(keefektifitannya

terbatas)
Gas beracun dan atmosfer Alat bantu pernapasan
miskin oksigen
Tangan

Tepi tepi dan ujung yang Sarung tangan pelindung


tajam

filter

Zat kimia korosif

Sarung tangan tahan bahan


kimia

Temperature Tinggi/Rendah

Kaki

Terpeleset,
dilantai,

benda
benda

tajam Sepatu
jatuh, kaki

percikan logam cair


Kulit

Sarung tangan insulasi

pengaman,
(gaiter)

selubung

dan

sepatu

pengaman

Kotoran dan bahan korosif Krim pelindung


ringan
Korosi kuat dan zat pelarut

Pelindung yang kedap seperti


sarung tangan dan celemek

Torso dan Tubuh

Zat Pelarut, Kelembaban, Celemek overall


dsb.

Keseluruhan

Atmosfer yang berbahaya Pakaian

Tubuh

(uap

beracun

bertekanan

udara

debu (pressurized suits)

radioaktif)
Terjatuh

Tali temali pelindung (harness)

Kendaraan Bergerak

Baju/Rompi

yang

terlihat

dikegelapan (high-visibility)
Gergaji Rantai

Baju pelindung khusus

Temperatur tinggi

Baju tahan panas

Cuaca ekstri

Baju untuk segala cuaca.

Publikasi Publikasi berikut ini memberikan masukan bagi PPE:

Buklet dari HSE L25 Personal Protective Equipment at Work

Buklet dari HSE HSG 53 The Selection, Use and Maintenance of Respiratory Protective
Equipment

Buklet dari HSE L101 Safe Working in Confined Spaced.


II.3. Penggunaan Layar display dengan Aman

Peningkatan penggunaan computer, word processors, dan piranti display grafis


elektronik lainnya dalam pekerjaan memperluas bahaya terhadap kesehatan. Ketentuan untuk
mengurangi pengaruh-pengaruh bahaya ini tercantum dalam Health and safety (Display
screen equipment) regulations 1992. Regulasi regulasi ini didukung oleh buklet panduan
HSE no. L 26 Display screen equipment work.
r.1 Mendefinisikan :

Display screen equipment (DSE) sebagai sembarang layar alfanumerik atau layar display
grafis tanpa memeperhatikan peruntukan atau prosesnya dengan kata lain definisi ini tidak
hanya terbatas misalnya pada wordprocessors, tetapi juga untuk desain komputer dan
permesinan kendali komputer.

operator sebagai pengguna bagi dirinya sendiri

pengguna adalah setiap orang yang menggunakan DSE untuk bagian penting dari pekerjaan
hariannya.

work station adalah setiap piranti atau bagian darinya yang digunakan untuk bekerja
dengan DSE
r.2 Membutuhkan pelaksanaan penilaian resiko
r.3 Memerlukan tindakan pencegahan yang dijabarkan dalam buklet panduan. Tindakan
pencegahan utama yang dirangkum dibawah ini.
Bahaya
Sikap tubuh

Tindakan pencegahan
Memakai kursi yang dapat disetel sehingga kedudukan
lengan operator akan sejajar ketika menggunakan keyboard

Kursi harus memiliki sandaran yang dapat disetel

Tumpuan kaki berada pada ketinggian yang pas ketika


setelan kursinya telah sesuai

Posisi

layar

bias

disetel

sehingga

operator

dapat

memandangnya dalam kedudukan yang nyaman dan santai

Map dokumen harus diletakkan dalam kedudukan yang


sedemikian rupa sehingga kedudukan dokumen tidak
membutuhkan atau meminimalkan pergerakan kepala
operator.

r.4 Waktu

Batasi waktu bekerja dengan keyboard yang continu dan

pastikan bahwa ada istirahat pada selang waktu yang teratur.


Waktu antara break istirahat ditentukan oleh jenis pekerjaan
r.5 Penglihatan

namun tidak boleh melebihi satu jam.


Periksalah apakah operator memiliki penglihatan yang
normal, indikasi bahwa penglihatan terganggu adalah
ketegangan pada mata, pusing, penglihatan yang kabur

Jika tidak normal, operator memerlukan kacamata khusus


dan pemeriksaan mata harus dilakukan oleh dokter mata
(majikan menanggung biaya bingkai kacamata standar
namun pekerja harus membayar sendiri kelebihan biayanya
jika menginginkan bingkai tertentu).

Penerangan latar sebaiknya berupa hamburan cahaya biasa,


bukan titik lampu yang dapat menyilaukan layar.

Layar sebaiknya didudukkan atau disetel sedemikian rupa


untuk menghilangkan silau atau pantulan dari sumber
cahaya atau jendela.

Operator sebaiknya mampu menyesuaikan kekontrasan


layarnya yang sesuai dengan tingkat kenyamanannya.

Layar sebaiknya dijaga agar tetap bersih dan bebas dari


tumpukan debu.

r.6 Kelelahan /
Stres

Memberikan pelatihan penggunaan software


Software disesuaikan dengan tugas-tugas yang dikerjakan.
Software dengan desain buruk atau tidak sesuai dapat
menyebabkan stress

Bantuan teknis yang efektif diberikan dengan segera ketika


muncul masalah dalam penggunaan program.

r.7 Informasi

Bahaya yang berkaitan dengan workstation


Tindakan pencegahan disediakan untuk menghindari
bahaya

Pertimbangan juga perlu diberikan pada :


perlengkapan

Layar harus memberikan gambar yang stabil, jika terjadi

ketidakstabilan, berkedip, berkelap-kelip, dan sebagainya secara


berkepanjangan, mintalah saran dari pemasok

Polaritas

sebaiknya

dapat

disetel

untuk

memberikan

kenyamanan pada pengguna


Polaritas positif = karakter gelap pada latar belakang terang
Polaritas negatif = karakter terang pada latar belakang gelap

Keyboard harus nyaman bagi pengguna atau pengguna perlu


dilatih untuk menggunakan keyboard tertentu yang disediakan

Meja kerja perlu memiliki luas bidang permukaan yang cukup


untuk meletakkan keyboard, alat-alat kerja, map dokumen dan
sebagainya.

Permukaan meja kerja harus datar, halus dan mudah dibersihkan

Workstation sebaiknya lega dengan ruang bebas dibawahnya


untuk memudahkan kaki dan badan bergerak bebas.

Lingkungan

Kebisingan

sebaiknya

dijaga

seminimum

mungkin.

Perlengkapan penghasil bising (printer, dsb.) yang berada


didekatnya sebaiknya diletakkan didalam cabinet yang kedap
suara

Tabir/bidang penyerap suara dapat membantu mengurangi


kebisingan dari perlengkapan lain

Pelengkapan elektronik dapat membuat atmosfer menjadi


kering; ventilasi atau sarana lain (tanaman) dapat digunakan
untuk menjaga kelembaban

Radiasi seperti elektromagnetik, ionisasi dan frekuensi radio


yang dipancarkan oleh DSE sebaiknya dibawah level standar
nasional yang disarankan dan kurang dari level harian

Listrik statis yang menumpuk dapat menyebabkan iritasi kulit


pada beberapa orang. Menyeka layar dengan menggunakan lap
basah dapat mengurangi penumpukannya.

Antar muka

Para pengguna harus dilatih menggunakan software tertentu

dengan

Software harus disesuaikan dengan tugas yang dikerjakan

pengguna

Software harus dapat digunakan pada laju yang sesuai dengan


pengguna

Sebaiknya ada petugas back-up yang efektif untuk membantu


memecahkan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh

pengguna.
II.4. Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja yang Terjadi di industri perminyakan:
Tanggal 3 Maret 2010 di sebuah instalasi pemboran lepas pantai telah terjadi kecelakaan yang
menyebabkan seorang Roustabout meninggal dunia. Kecelakaan terjadi ketika sedang
mengeluarkan drill colar dari dalam box penyimpanan dengan bantuan alat angkat (crane).
Kronologi kecelakaan:

Drill Colar (DC) adalah salah satu rangkaian pipa bor yang dipasang di atas pahat.
Gunanya sebagai pemberat, sehingga pemboran lebih mudah untuk menembus lapisan
tanah.

Biasanya drill colar diletakkan di atas rak pipa atau disimpan dalam sebuah kotak.

Pada instalasi pemboran di lepas pantai yang tempatnya serba terbatas, drill colar
disimpan di dalam kotak.

Untuk mengeluarkan drill colar dari dalam kotak tidak mungkin diangkat oleh
manusia, karena drill colar sangat berat, sehingga digunakan pesawat angkat.

Cara mengangkatnya dengan kawat baja (sling) yang diujungnya dipasang pengait.

Pengait dicantolkan di kedua ujung pipa (dc), kemudian diangkat dengan pesawat
angkat (crane).

Pada saat pengangkatan inilah terjadi kecelakaan, dimana posisi sling tidak center
dengan pipa, sehingga pipa terayun dan ujungnya menumbur perut seorang
Roustabout yang berada di dekatnya.

Sebab-sebab kecelakaan :

Posisi sling tidak center dengan drill colar yang diangkat, sehingga bergeser pada titik
imbangnya.

Posisi korban yang tidak tepat, sehingga terbentur oleh drill colar yang terayun.

Korban kurang paham atas aspek keselamatan kerja pada pengangkatan barang
dengan crane.

Korban tidak paham pada aspek keselamatan kerja karena kurangnya sosialisasi
prosedur pengangkatan dengan crane.

Saran-saran :

Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan harus diberikan petunjuk keselamatan
(safety talk) termasuk bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.

Prosedur kerja dalam hal ini mengangkat barang dengan crane harus disosialisasikan
kepada para pekerja yang terlibat.

Semua pekerja harus dilengkapi dengan Personal Protection Equipment dan dipakai
saat bekerja.

SURGE TANK TUMBANG MENIMPA COMPANYMAN


Pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 terjadi peristiwa kecelakaan yang menimpa seorang
Companyman di lokasi pemboran minyak dan gas bumi, yang mengakibatkan korban
meninggal dunia.
Kronologi:

Saat proses mixing cement di surge tank independent (kaki 3), surge tank tidak
mempunyai skit dan diganjal dengan kayu eks palet, tangki goyang dan kaki surge
tank bergeser meleset dari ganjalan, kemudian amblas, sehingga surge tank roboh
menimpa korban.

Korban berada di sekitar surge tank yang roboh sedang mengawasi pekerjaan mud
boy yang sedang menimbang berat sampel cement.

Sebagai informasi surge tank tersebut didesign untuk dipasang di anjungan lepas
pantai, dimana kaki-kakinya dilas pada sebuah deck. Kaki surge tank terbuat dari besi
pipa. Karena kebutuhan, surge tank dibawa ke sebuah lokasi pemboran darat dan
hanya diganjal dengan kayu, tidak dilas pada alas yang terbuat dari plat.

Penyebab kecelakaan :

Penggunaan surge tank di darat tidak sesuai dengan peruntukannya

Surge tank tidak dimodifikasi untuk digunakan di darat.

Posisi korban kurang beruntung, berada pada jangkauan jatuhnya surge tank

Saran-saran :

Pengawasan lebih ketat terhadap alat-alat yang akan digunakan di lapangan

Gunakan alat yang sesuai dengan peruntukannya

Melengkapi surge tank dengan guy line

Melengkapi surge tank dengan alas yang memadai

PEKERJA TERTIMPA TUBING BOWL


Tanggal 5 Juli 2010 telah terjadi kecelakaan yang menyebabkan seorang pekerja perawatan
sumur luka berat dan akhirnya meninggal dunia setelah dirawat secara intensif selama 10 hari
di rumah sakit.
Kronologi :

Pekerjaan yang dilakukan adalah perawatan sumur

Ketika mencabut tubing bowl, tiba-tiba tubing terlepas dari elevator dan menimpa
korban

Posisi korban berada di sekitar rak pipa

Penyebab kecelakaan :

Lock elevator tidak berfungsi dengan baik

Kurangnya pemeriksaan teknis terhadap elevator.

Saran-saran

Memeriksa secara teknis terhadap peralatan elevator, termasuk alat penguncinya.

Membuat prosedur kerja dan disosialisasikan kepada seluruh pekerja

Meningkatkan safety meeting kepada seluruh pekerja

FLOORMAN TERTIMPA ELEVATOR


Tanggal 1 Desember 2010 di sebuah pemboran sumur darat, terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan seorang Floorman meninggal dunia akibat kejatuhan DP Elevator yang lepas
dari travelling block. Hasil pemeriksaan dokter, korban menderita patah tangan dan kaki kiri,
tiga jari kaki kiri putus dan kepala bagian belakang kiri retak. Darah keluar dari telinga,
mulut dan hidung korban.
Kronologi :

Pekerjaan saat itu adalah mencabut pahat 12 dengan DP 5 dari kedalaman 748
meter hingga 667 meter.

Saat akan melepas sambungan satu stand DP 5, elevator ikut berputar, akibatnya dua
buah safety pin putus dan elevator jatuh dari ketinggian 30 meter (1 stand atau 3
joint).

Elevator yang digunakan jenis side door.

Korban yang berada di lantai bor tertimpa oleh elevator tersebut.

Sebab kecelakaan :

Elevator jatuh karena terlepas dari link dan drill pipe

Elevator terlepas dari link karena putusnya dua buah safety pin

Elevator terlepas dari rangkaian DP karena pintu elevator terbuka akibat


kejutan/hentakan keras pada saat elevator ikut berputar

Putusnya kedua safety pin karena elevator ikut berputar pada saat DP diputar dengan
power tong.

Elevator ikut berputar karena elevator masih mengikat/menjepit drill pipe meskipun
slip sudah dipasang.

Saran-saran :

Mengganti elevator jenis side door dengan center latch.

Melakukan pemeriksaan teknis atas elevator

Membuat prosedur kerja yang aman dan disosialisasikan kepada semua pekerja.

Melakukan pemeriksaan teknis terhadap semua peralatan rig yang kritis

Melengkapi dokumen teknis atas peralatan sesuai standard dan manual masingmasing peralatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit
akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit pada pekerja
offshore.
Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat
menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

sarana sarana perlindungan kesehatan pekerja yaitu:


1.

Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)

2.

Alat Pelindung Diri (PEE)

3.

Penggunaan Layar display dengan Aman

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah
ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu
terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang
bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i
sangatlah diharapkan untuk membantu proses penulisan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
http://generasi21.blogspot.com/2013/04/k3-di-industri-perminyakan.html
https://drifai.wordpress.com/makalah-k3/
http://hierone1.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-perlindungan-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai