Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga makalah tentang K3 di Bidang Offshore ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan
tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa prodi S1 Teknik Perkapalan
Universitas Diponegoro pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Tentunya makalah
ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis memohon kepada pembaca untuk
menyampaikan kritik maupun saran guna proses pembelajaran untuk pembuatan makalah
yang lebih baik kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
K3 atau yang dikenal sebagai keselamatan dan kesehatan kerja sudah banyak
diterapkan hampir diseluruh perusahaan. peraturan pemerintah, dan manajemen kualitas dari
setiap perusahaan atau tempat kerja mulai menanamkan program ini. sebenarnya K3 memang
penting untuk diterapkan apalagi jika para stake holder dan pihak perusahaan melihat lebih
jauh mengenai keuntungan jangka panjang.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang
memberi
keuntungan
yang
berlimpah
pada
masa
yang
akan
datang.
Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja
nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan
kerja yang tidak kondusif.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah
terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan
tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
untuk mengetahui sarana sarana perlindungan kesehatan pekerja yang terdiri dari:
1. Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)
2. Alat Pelindung Diri (PEE)
3. Penggunaan Layar display dengan Aman
C. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja bidang minyak dan gas bumi adalah sebagai berikut :
Tambang.
PP. No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan.
PP. No. 17 Tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi
BAB II
LANDASAN TEORI
Terdapat beberapa teknik baku yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan pekerja
offshore. Ini meliputi pengambilan tindakan pencegahan penyakit, yang memberikan sarana
sarana untuk mencegah pekerja berkontak dengan substansi substansi berbahaya, dan
memastikan bahwa jika para pekerja terluka, cederanya dirawat dengan benar.
Berikut akan dibahas sarana sarana perlindungan kesehatan pekerja offshore tersebut.
II.1. Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K) didefinisikan sebagai:
Perawatan cedera kecil yang tidak memerlukan perawatan atau bahkan tidak memerlukan
perhatian medis.
Fasilitas fasilitas pertolongan pertama yang harus disediakan tercantum dalam health and
safety (first Aid) Regulations 1981, dengan rincian lebih jelasnya diberikan dalam Approved
Code of Practice and Guidance First aida at work, publikasi HSE L 74.
Saran sarannya meliputi:
a. Cakupan fasilitas kesehatannya tergantung pada resiko yang dihadapi, misalnya semakin
tinggi resiko, semakin luaslah cakupan persoalan tersebut.
b. Jumlah petugas P3K harus mencukupi satu petugas untuk Setiap 50 puluh pekerja untuk
pekerjaan beresiko rendah. Perbandingan antara jumlah pekerja dengan petugas P3K ini
disesuaikan apabila resiko pekerjaannya meningkat.
c. Harus terdapat ruang P3K jika:
1. Tapak tersebut beresiko tinggi
2. Tapak tersebut berada jauh dari rumah sakit, misalnya didaerah pedesaan.
3. Akses kerumah sakit atau dokter sulit dilakukan, misalnya didaerah dengan lalu lintas yang
sangat macet.
4. Jumlah yang dipekerjakan ditempat tersebut mensyaratkannya.
d. Pekerja yang bekerja jauh dari pusat:
1. Jika area kerjanya beresiko rendah tidak perlu ada fasilitas kesehatan
2. Jika area kerjanya berada dalam persil majikan lain pergunakanlah fasilitas setempat.
3. Jika area kerjanya beresiko tinggi atau tidak memiliki akses kefasilitas pertolongan pertama,
kotak P3K perlu dibawa.
e. Kotak P3K harus:
1. Kuat agar dapat melindungi isinya
Kartu petunjuk
6 buah peniti
Selimut
Tempat sampah untuk membuang kasa dan baju pembalut yang telah dipakai.
Kotak P3K untuk tugas luar berisikan:
2 peniti
Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan
Bahaya
PPE
Kepala
Rambut terjerat
Telinga/
Suara bising
Pendengaran
Mata
Debu, kersik,
Partikelpartikel
Pelindung wajah.
beterbangan
Paru
Goggles khusus
Debu
Asap
Respirator
dengan
penyerap
(keefektifitannya
terbatas)
Gas beracun dan atmosfer Alat bantu pernapasan
miskin oksigen
Tangan
filter
Temperature Tinggi/Rendah
Kaki
Terpeleset,
dilantai,
benda
benda
tajam Sepatu
jatuh, kaki
pengaman,
(gaiter)
selubung
dan
sepatu
pengaman
Keseluruhan
Tubuh
(uap
beracun
bertekanan
udara
radioaktif)
Terjatuh
Kendaraan Bergerak
Baju/Rompi
yang
terlihat
dikegelapan (high-visibility)
Gergaji Rantai
Temperatur tinggi
Cuaca ekstri
Buklet dari HSE HSG 53 The Selection, Use and Maintenance of Respiratory Protective
Equipment
Display screen equipment (DSE) sebagai sembarang layar alfanumerik atau layar display
grafis tanpa memeperhatikan peruntukan atau prosesnya dengan kata lain definisi ini tidak
hanya terbatas misalnya pada wordprocessors, tetapi juga untuk desain komputer dan
permesinan kendali komputer.
pengguna adalah setiap orang yang menggunakan DSE untuk bagian penting dari pekerjaan
hariannya.
work station adalah setiap piranti atau bagian darinya yang digunakan untuk bekerja
dengan DSE
r.2 Membutuhkan pelaksanaan penilaian resiko
r.3 Memerlukan tindakan pencegahan yang dijabarkan dalam buklet panduan. Tindakan
pencegahan utama yang dirangkum dibawah ini.
Bahaya
Sikap tubuh
Tindakan pencegahan
Memakai kursi yang dapat disetel sehingga kedudukan
lengan operator akan sejajar ketika menggunakan keyboard
Posisi
layar
bias
disetel
sehingga
operator
dapat
r.4 Waktu
r.6 Kelelahan /
Stres
r.7 Informasi
Polaritas
sebaiknya
dapat
disetel
untuk
memberikan
Lingkungan
Kebisingan
sebaiknya
dijaga
seminimum
mungkin.
Antar muka
dengan
pengguna
pengguna.
II.4. Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja yang Terjadi di industri perminyakan:
Tanggal 3 Maret 2010 di sebuah instalasi pemboran lepas pantai telah terjadi kecelakaan yang
menyebabkan seorang Roustabout meninggal dunia. Kecelakaan terjadi ketika sedang
mengeluarkan drill colar dari dalam box penyimpanan dengan bantuan alat angkat (crane).
Kronologi kecelakaan:
Drill Colar (DC) adalah salah satu rangkaian pipa bor yang dipasang di atas pahat.
Gunanya sebagai pemberat, sehingga pemboran lebih mudah untuk menembus lapisan
tanah.
Biasanya drill colar diletakkan di atas rak pipa atau disimpan dalam sebuah kotak.
Pada instalasi pemboran di lepas pantai yang tempatnya serba terbatas, drill colar
disimpan di dalam kotak.
Untuk mengeluarkan drill colar dari dalam kotak tidak mungkin diangkat oleh
manusia, karena drill colar sangat berat, sehingga digunakan pesawat angkat.
Cara mengangkatnya dengan kawat baja (sling) yang diujungnya dipasang pengait.
Pengait dicantolkan di kedua ujung pipa (dc), kemudian diangkat dengan pesawat
angkat (crane).
Pada saat pengangkatan inilah terjadi kecelakaan, dimana posisi sling tidak center
dengan pipa, sehingga pipa terayun dan ujungnya menumbur perut seorang
Roustabout yang berada di dekatnya.
Sebab-sebab kecelakaan :
Posisi sling tidak center dengan drill colar yang diangkat, sehingga bergeser pada titik
imbangnya.
Posisi korban yang tidak tepat, sehingga terbentur oleh drill colar yang terayun.
Korban kurang paham atas aspek keselamatan kerja pada pengangkatan barang
dengan crane.
Korban tidak paham pada aspek keselamatan kerja karena kurangnya sosialisasi
prosedur pengangkatan dengan crane.
Saran-saran :
Semua pekerja yang terlibat dalam pekerjaan harus diberikan petunjuk keselamatan
(safety talk) termasuk bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
Prosedur kerja dalam hal ini mengangkat barang dengan crane harus disosialisasikan
kepada para pekerja yang terlibat.
Semua pekerja harus dilengkapi dengan Personal Protection Equipment dan dipakai
saat bekerja.
Saat proses mixing cement di surge tank independent (kaki 3), surge tank tidak
mempunyai skit dan diganjal dengan kayu eks palet, tangki goyang dan kaki surge
tank bergeser meleset dari ganjalan, kemudian amblas, sehingga surge tank roboh
menimpa korban.
Korban berada di sekitar surge tank yang roboh sedang mengawasi pekerjaan mud
boy yang sedang menimbang berat sampel cement.
Sebagai informasi surge tank tersebut didesign untuk dipasang di anjungan lepas
pantai, dimana kaki-kakinya dilas pada sebuah deck. Kaki surge tank terbuat dari besi
pipa. Karena kebutuhan, surge tank dibawa ke sebuah lokasi pemboran darat dan
hanya diganjal dengan kayu, tidak dilas pada alas yang terbuat dari plat.
Penyebab kecelakaan :
Posisi korban kurang beruntung, berada pada jangkauan jatuhnya surge tank
Saran-saran :
Ketika mencabut tubing bowl, tiba-tiba tubing terlepas dari elevator dan menimpa
korban
Penyebab kecelakaan :
Saran-saran
Pekerjaan saat itu adalah mencabut pahat 12 dengan DP 5 dari kedalaman 748
meter hingga 667 meter.
Saat akan melepas sambungan satu stand DP 5, elevator ikut berputar, akibatnya dua
buah safety pin putus dan elevator jatuh dari ketinggian 30 meter (1 stand atau 3
joint).
Sebab kecelakaan :
Elevator terlepas dari link karena putusnya dua buah safety pin
Putusnya kedua safety pin karena elevator ikut berputar pada saat DP diputar dengan
power tong.
Elevator ikut berputar karena elevator masih mengikat/menjepit drill pipe meskipun
slip sudah dipasang.
Saran-saran :
Membuat prosedur kerja yang aman dan disosialisasikan kepada semua pekerja.
Melengkapi dokumen teknis atas peralatan sesuai standard dan manual masingmasing peralatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit
akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit pada pekerja
offshore.
Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat
menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.
2.
3.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah
ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu
terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang
bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i
sangatlah diharapkan untuk membantu proses penulisan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://generasi21.blogspot.com/2013/04/k3-di-industri-perminyakan.html
https://drifai.wordpress.com/makalah-k3/
http://hierone1.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-perlindungan-kesehatan.html