Kebutaan, kadang menjadi hambatan bagi manusia untuk berkembang di setiap lini
kehidupannya. Malah seringkali ia dikucilkan sekaligus dikasihani serta menjadi suatu hal yang yang
aneh dalam masyarakatnya namun tidak demikian halnya dengan Martin Matthew yang mengalami
kebutaan sejak cairan kimia mengenai matanya waktu ia berumur 10 tahun. Tragisnya ia mengalami
kebutaan, sesaat setelah melihat pekerjaan sehari-hari ayahnya yang menjadi seorang perampok setelah
sang ayah pensiun dari karir tinjunya. Matthew kecil yang buta berhasil membuka mata hati ayahnya
untuk berhenti merampok dan kembali bertinju di ring demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebutaan yang dialami Matthew kecil tidaklah menghambat menghambat perkembangan
hidupnya. Memang matanya mengalami kebutaan, namun perasaan, penciuman, dan pendengarannya
berubah menjadi seperti radar yang dapat melihat dan merasakan apa saja walaupun dalam kegelapan,
seketika itulah ia menyadari kelebihan yang terdapat dalam dirinya dan diam-diam selalu melatih
dirinya ketika ayahnya tidak ada di tempat latihan tinju. Matthew kecil tumbuh menjadi seorang anak
kecil yang tidak kenal takut dan putus asa. Ia dapat merasakan detak jantung seseorang tanpa harus
menyentuhnya, bahkan bisa bermain skate board melewati sebuah papan kecil yang tentunya untuk
orang biasa masih susah dan menghajar berandalan-berandalan seumurnya di sekolahnya dengan
bersenjatakan sebuah tongkat penunjuk jalan bagi seorang tuna netra.
Namun kebahagiaan bapak-anak ini harus berakhir dengan hilangnya sang ayah karena
penjahat yang memukuli dan kemudian menculiknya. Hal ini menatahkan tekad di hati Matthew untuk
berjuang demi keadilan apapun halangannya dan inilah yang membuat Matthew besar memilih jalan
hidup sebagai seorang pengacara sekaligus sosok hero/pahlawan yang dikenal sebagai Daredevil
(pemberani).
Banyak hal yang dapat kita petik dari film fiksi ini, salah satunya adalah sepak terjang
Matthew sebagai Daredevil sebagai penegak keadilan bagi semua (justice for all) namun dalam
dirinya masih selalu tersimpan dendam (vengeance) kepada semua penjahat sejak ayahnya hilang
ketika ia masih kecil. Hal ini sering membuat penjahat yang dikejarnya terbunuh. Kebimbangan akan
dualisme perasaan yang bertentangan inilah yang membuat Matthew menemui seorang pendeta untuk
dijadikan sebagai penasehatnya supaya tidak terjebak dalam lubang hitam dendam yang sebenarnya
(virtual vengeance).
Ibarat klethik-klethik yang menambah kenikmatan kita dalam menikmati kopi atau nge-teh
di pagi hari, soundtrack film ini juga menambah kenikmatan kita menonton film Daredevil ini. Salah
satu pengisi lagu di film ini adalah band dari Amerika bernama Evanescene yang telah menelurkan
albumnya yang berjudul Fallen dan salah satu lagu yang menjadi pelengkap soundtrack film
Daredevil adalah Bring Me To Life. Banyak dari judul lagu Evanescene berkisah tentang
kegelapan perasaan manusia yang tentunya sangat cocok dengan film ini, kalau tidak percaya silahkan
dengarkan lagunya yang berjudul My Immortal dan Imaginary. Dibandingkan dengan tokoh
Marvel Comics lain yang sudah di-filmkan terlebih dulu seperti Spiderman memang agak terlihat
kurang laris, namun semua aksi Daredevil lebih terlihat manusiawi daripada Spiderman yang memang
sudah menjadi manusia mutan. Bagi kamu yang merasa penat habis mid, film ini mungkin bisa menjadi
sedikit hiburan atau paling tidak menjadi bahan referensi kamu di dunia perfilman.