Anda di halaman 1dari 4

TENTANG LUMBUNG DESA

Lumbung Desa sebagai Community Enterprise


Lumbung Desa merupakan bentuk community enterprise dimana aktivitas usaha yang
dilakukan adalah untuk mencari keuntungan dengan memaksimalkan hasilnya untuk
perbaikan masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu ada dua hal yang membuat
Lumbung Desa dan aktivitasnya bisa berkelanjutan, yakni profit dan benefit.
Lumbung Desa (LD) tidak memilih salah satunya, profit atau benefit, tetapi memilih
kedua-duanya. Bukan serakah, melainkan menawarkan konsep baru yang meramu
antara profit dan benefit. Ini bisa jadi model baru dalam pengelolaan berkelanjutan.
Untuk itu LD diarahkan menjadi lembaga Community enterprise dimana profit dan
benefit diramu dalam satu pengelolaan manajemen. Sebagian pihak mengatakan ini
MUSTAHIL. Alasan-nya sederhana, bahwa mengumpulkan profit harus maksimal
dan tidak boleh terganggu hal-hal lain yang merusak performance profesionalitas.
Padahal itu hanya dalih di balik greedy. Maka sebagai Community enterprise, LD
harus bisa menjawab bahwa profit dan benefit bisa dikelola beriring.
Tegasnya sebagai Community enterprise, LD punya dua wajah: 1) Di satu sisi bisa
disebut perusahaan karena memang cari profit; 2) Tapi sekaligus di sisi lain LD juga
disebut lembaga kemanusiaan. Sebab dalam mencari cari profit itu tidak semata-mata
hanya untuk kepentingan sendiri hingga kaya raya. Kekayaan itu harus dialokasikan
untuk mendorong kemakmuran bersama.
Lumbung desa merupakan program ketahanan pangan dalam bentuk gerakan
pembentukan usaha produktif yang berbasis kepada potensi lokal pedesaan, seperti:
sawah, kebun, ternak maupun home industry. Upaya ini diwujudkan melalui proses
peningkatan produksi. Inti Lumbung Desa adalah mengembalikan desa kepada
khitahnya: Desa sebagai sumber pangan Indonesia.Mengangkat harkat dan martabat
desa, khususnya para petani. Dampak luasnya, menciptakan kedaulatan pangan di
negeri tercinta.

Lumbung desa sebagai sebuah konsep menawarkan cara pandang baru posisi desa
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dengan dinamikasi sosial yang positifprogressif. Lumbung desa dengan konsep welfare society mendorong kesejahteraan
masyarakat desa terus meningkat, kemiskinan terkurangi, menguatnya aset desa,
meningkatnya produktifitas lahan dan semakin menguatkanya kapasitas masyarakat
desa dalam berbagai hal.
Di antara Sub Program Lumbung Desa yang tengah berjalan:
a.

Pemberdayaan petani dan peternak

b.

Pengembangan lumbung bibit

c.

Penguatan

usaha

komunitas

untuk

penanganan

hasil

panen

dan

pemasarannya
d.

Tebar 100 ribu Pohon Produktif

e.

Gerakan Selamatkan Sawah Produktif

LATAR BELAKANG LUMBUNG DESA


Indonesia kini berada dalam kondisi gawat darurat. Cirinya terlihat dari impor
pangan yang mencapai angka 80%. Beras, yang menjadi makanan pokok masyarakat,
masih harus diimpor. Bahkan tempe, makanan tradisional khas negeri ini yang sangat
dikenal, masih terus-menerus terhantam oleh krisi kedelei. Dimanakah negeri agraris
yang mampu menghasilkan sendiri produk pertaniannya?
Kita harus berbesar hati untuk mengakui bahwa bangsa ini sesungguhnya telah krisis
pangan. Hanya untuk sementara, krisisnya terselamatkan dengan adanya kebijakan
impor. Namun kita harus waspada. Kelak, ketika terjadi krisis di negeri pengekspor,
negeri kita yang tergantung pada produk negara lain akan terhantam badai krisis.
Bila kita menilik lebih jauh, cara pandang pembangunan di Indonesia sudah lama
keliru. Jakarta sebagai pusat pemerintahan, artinya jelas identik dengan pusat
kebijakan. Soalnya pusat kebijakan ini seringkali diartikan, diyakini, hingga
dipaksakan juga jadi pusat pembangunan. Cara dan sikap pandang ini, akibatnya

menular kepada ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten, dan kota madya yang
mereplika jadi pusat kebijakan sekaligus pusat pembangunan. Akibatnya konsentrasi
pembangunan kini sungguh-sungguh terpusat di kota-kota. Terjadi kepincangan
pembangunan, ketidakadilan pusat dan daerah kota dan desa. Akibatnya terjadi
perapuhan sistemik yang merongrong kekuatan negara dan stabilitas sebagai sebuah
bangsa.
Perbandingan kota dan desa:

Jumlah ibu kota provinsi, kota madya, & kabupaten, sekitar 500 kota.

Jumlah desa sekitar 7.000 8.000 desa.

Dengan membangun desa, jelas kemakmuran desa akan mengalir dan mendorong
kota-kota tumbuh lebih sehat.
Karena pembangunan terkonsentrasi di kota, desa pun terabaikan yang artinya tak ada
kemajuan di desa. Maka desa pun ditinggalkan warga terbaik. Akibatnya, 71.000 dari
78.000 desa jadi desa tertinggal Pengolahan sawah dan kebun sayur mayur yang tak
banyak menjanjikan, akhirnya beralih kepemilikan.
Hingga akhirnya kini, 88% petani memiliki lahan rata-rata hanya 0,5 ha. Lahan yang
untuk kebutuhan sendiri pun tak cukup. Hingga 80% penghasilan petani untuk
kebutuhan sehari-hari, ternyata memang bukan dari pertanian. Dengan demikian,
masih layakkah petani dianggap petani? Dan ironisnya, kondisi sulit ini pun
mendorong para petani sekarang untuk tidak menganjurkan anak-anaknya jadi
petani.
BENTUK PROGRAM LUMBUNG DESA
Pada tahun 2014 program lumbung desa sedang menggarap 10 kelompok yang terdiri
dari kelompok baru dan kelompok lama yang tersebar di beberapa titik di Jawa barat.
Pada dasarnya dari sepuluh kelompok itu, 8 kelompok terfokus pada peternakan
hewan domba dan sapi dengan system pemeliharaannya pembibitan dan

penggemukan. Untuk kelompok yang lainnya yaitu 2 kelompok terfokus pada


pertanian padi dan cabe.

Anda mungkin juga menyukai