Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
PREEKLAMSI BERAT
Disusun Oleh :
Mega Purnama Sari 1320221130
Pembimbing :
dr. Adi Rahmanadi, SpOG
Presentasi Kasus
Preeklamsi Berat
Disusun Oleh :
Mega Purnama Sari
1320.221.130
Tanda Tangan
Tanggal
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul PREEKLAMSI BERAT. Laporan
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kandungan
dan Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah banyak
membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis
menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis menempuh
pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di
RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis harapkan demi
perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.
Ambarawa,
Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan .............................................................................. i
Kata pengantar .................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................. iii
Bab I ....................................................................................................
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
: Ny. RR
: 34 tahun
: Perempuan
: Daleman 4/4 Tuntang kab Semarang
: Islam
1
9
9
9
9
10
11
12
13
14
20
24
Status
Pekerjaan
Tanggal masuk RSUD
Tanggal periksa
No.RM
: Menikah
: Ibu Rumah Tangga
: 10 Januari 2015
: 10 Januari 2015
: 072254
B. Anamnesis
Keluhan utama
Riwayat ANC
Antenatal Care dilakukan di bidan hanya 4x selama kehamilan
Riwayat Pengobatan
Sudah di beri obat penurun hipertensi dari puskesmas (nifedipin 10mg 1x)
Pasien mengaku belum pernah mengkonsumsi obat apapun kecuali vitamin dari bidan.
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di bangsal Bougenville kamar kelas II, 18 Juni 2013.
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Berat badan
:70 kg
Tinggi badan
: 157 cm
4. Vital sign
Tekanan Darah
: 170/100 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Respiration Rate
: 22 x/menit
Suhu
: 38 0C
5. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Kepala dan Wajah
Kepala mesocephal, simetris. Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut dan
terdistribusi merata,
2) Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema periorbital (-)
3) Telinga
Discharge (-), deformitas (-)
4) Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
5) Mulut
Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
b. Pemeriksaan leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
c. Pemeriksaan thoraks
Paru
: Dinding dada tampak simetris, tidak tampak
ketertinggalan gerak antara hemithoraks kanan dan kiri, kelainan
bentuk dada (-) Perkusi orientasi selurus lapang paru sonor, suara
Jantung
d. Pemeriksaan abdomen
Bising usus (+) normal
Hepar
: Tidak dapat dinilai
Lien
: Tidak dapat dinilai
e. Pemeriksaan ekstremitas
Edema (-) pada ekstremitas superior
Edema (+) pada ekstremitas inferior dextra et sinistra, varises (-), akral hangat,
capillary refill < 2 detik
f. Pemeriksaan Obstetrik
Tinggi Fundus Uteri
Detak Jantung Janin
His
Leopold 1
Leopold 2
Leopold 3
Leopold 4
: 35 cm
: (+) 160 kali/menit, reguler
: (-)
: bulat lunak
:puki
:bulat keras
:konvergen, kepala belum masuk PAP
g. VT =
-
: 0 cm
: 14 g/dl
PDW
: 14.6 %
Leukosit
: 7100/l
MPV
: 8.3 mikro m3
Eritrosit
: 4.82
Limfosit
: 1.1
Hematokrit : 40.4
Monosit
: 0.3
MCV
: 83.8
Granulosit : 5.7
MCH
: 29
Limfosit
: 15.3
MCHC
: 34.7
monosit
: 4.6
RDW
: 13.2
granulosit : 79.9
Trombosit
: 257
Golongan darah : A
PCT
: 0.213
CT
:3
BT
:2
Kimia Klinik:
-
: 111 mg/dl
: 31.3 mg/dl
: 6.72 mg/dl
: 114 U/L
: 25 IU/L
(60 100)
(10 50)
(0.45 0.75)
(0 35)
(0 35)
Protein Urin
Serologi
: 3+300
: HbsAg non reactive
D. Diagnosis
G3P2A0 hamil 36 minggu dengan Pre Eklamsia berat
E. Penatalaksanaan
Non Farmakologi: Infus RL 20 tpm, rawat inap
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan urin
Pemasangan kateter
Pengawasan keadaan umum (tekanan darah, suhu, nadi, frekuensi pernapasan), denyut
jantung janin, warna urin.
Farmakologi:
MgSO4 40% 4 gr 2 vial im bokong kanan dan kiri
Nifedipin 3x10 mg sublingual
Amoksisilin 3x500mg
F . Follow Up
11 Januari
2015
S
Pusing dan
mata
berkunangkunang
berkurang
Bengkak pada
kedua kaki
O
TD
170/100
mmHg
Nadi :
112x/menit
Rr : 20x/menit
S : 37,50C
Ekstremitas :
udem +/+ pada
ekstremitas
inferior
A
G3P2A0 uk 36
mgg janin
tunggal hidup
intrauterine
presentasi
kepala dengan
preeklamsi
berat
P
Terapi lanjut
Bed rest
Persiapan
operasi :
Informed
consent
EKG
Lab darah
rutin
Puasa 12 jam
pre operasi
12 Januari
2015
06.00
Pusing
berputar,
bengkak pada
kedua kaki
11.30
mual
13 Januari
2015
05.30
Perut
kembung dan
nyeri perut
bagian kiri.
Terdapat flek
yang keluar
dari vagina
22.15
Nyeri perut
yang semakin
nyeri,
kembung,
tidak bisa
tidur, pasien
ingin minta
obat tidur.
Sudah bisa
kentut
DJJ :
160x/menit
TD
140/100mmHg
Nadi :
88x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,10C
Ekstremitas :
udem +/+ pada
ekstremitas
inferior
DJJ :
128x/menit
TD
135/85mmHg
Nadi :
90x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36.20C
TD
160/100mmHg
Nadi :
72x/menit
Rr : 18x/menit
S : 36.40C
KU/kes :
Sakit sedang/
CM
TD
140/80mmHg
Nadi :
88x/menit
Rr : 20x/menit
S : 37,60C
Mata : CA -/Abdomen :
I : datar
A : BU +
G3P2A0 uk 36
mgg janin
tunggal hidup
intrauterine
presentasi
kepala dengan
preeklamsi
berat
P3A0 post Sc
Bayi lakilaki , BB
3150g, PB
45cm AS
5/6/7
P3A0 post Sc
Hari ke 1
Operasi SC
Ketorolak
Terapi lannjut
14 Januari
2015
Pasien merasa
perutnya
semakin
kembung ,
lebih sering
kentut. Rasa
nyeri pada
perut sudah
berkurang.
Masih
terdapat flek
yang keluar
dari vagina
15
Januari Perut
2015
kembung
berkurang,
nyeri peru
sudah tidak
ada, flek
masih keluar.
10x/menit
P : nyeri tekan
+ pada lumbal
sinistra
P : timpani
pada seluruh
lapang
abdomen
Ku/Kes : sakit
sedang / CM
TD :
170/100mmHg
Nadi :
100x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,70C
Mata : CA +/+
Abdomen :
I : datar
A : BU +
9x/menit
P : NT +
P : timpani
pada seluruh
lapang
abdomen
Ku/Kes : sakit
sedang / CM
TD :
140/90mmHg
Nadi :
90x/menit
Rr : 18x/menit
S : 36,70C
Mata : CA +/+
Abdomen :
I : datar
A : BU +
9x/menit
P : NT (-)
P : timpani
Post SC hari
ke 2
Ketorolak
stop
Terapi lanjut
Post SC hari
ke 3
Pulang
pada seluruh
lapang
abdomen
G. Laporan operasi sectio caesaria + MOW
1. Pasien tidur posisi supine dengan spinal anastesi
2. Dilakukan tindakan aseptic di medan operasi
3. Ditutup dengan duk steril
4. Insisi linea mediana
5. Insisi diperdalam lapis lapis demi lapis sampai peritoneum parietal
6. SBR diiris semilunar , plika vesiko uterine dibuka. Bayi laki-laki, BB 3100g, PB 47cm,
Apgar score 7/8/9
7. Placenta lahir lengkap
8. Bloody angle/sudut perdarahan dijahit, SBR dijahit interloding 1 lapis
9. Reperitonialisasi viserale
10. Dilakukan tubektomi bilateral secara pomeroy
11. Dilakukan reperitonialisasi parietal
12. Dinidng abdomen dijahit lapis demi lapis , kulit dijahit interupted
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
PREEKLAMPSIA
Preeklampsia merupakan penyakit dalam kehamilan yang ditandai dengan gejala
hipertensi, edema dan proteinuria. Eklampsia merupakan kegawat-daruratan obstetri yang
morbiditas dan mortalitasnya tinggi bagi ibu dan bayinya. Insidens preeklampsia adalah
7-10 % dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia.
Preeklampsia juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kematian janin
dalam kandungan.
II.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindroma spesifik-kehamilan berupa penurunan perfusi
pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (William, 2005)
Preeklamsi merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan trias: hipertensi,
edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan. (Rustam Mochtar, 1998; B. Taber, 1994; Cunningham et. at. 1989;
Budiono W. et. at. 1997)
II.1.2 Faktor Risiko Preeklampsia
1) Riwayat preeklampsia
Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan
preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
2) Primigravida
Pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum
sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan
preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan
umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan
4) Kehamilan ganda.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi kembar atau lebih.
5) Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya, memiliki risiko
terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, atau
penyakit ginjal.
II.1.3 Patofisiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori yang
dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun
teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori- teori yang saat ini adalah :
1)
2)
3)
4)
Teori Genetik
Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang memiliki riwayat menderita
preeklampsia.
5)
Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada preeklampsia.
Hipofibrinogenemia
Biasanya terjadi pada preeklamsia berat. Oleh karena itu dianjurkan untuk
pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
Hemolisis
Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakkan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal
hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.
Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
Kelainan mata
Edema paru-paru
Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia merupakan akibat vasospasme
arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga dapat
ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
lisosom.
Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.1.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan
Pengelolaan preeklampsia ringan dapat secara :
Rawat jalan (ambulatoir)
Mengurangi aktivitas sehari-hari
Tidak perlu diet khusus
Vitamin prenatal
Tidak perlu mengurangi konsumsi garam
Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativa
Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
Rawat inap (hospitalisasi)
1. hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
2. proteinuria menetap selama > 2 minggu
Bila usia kehamilan <37 minggu, tekanan darah mencapai normotensif selama
medikamentosa.
Kedua baru menentukan sikap terhadap kehamilannya :
a.
Ekspektatif, konsevatif : bila umur kehamilan < 37
minggu, kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan
b.
terapi medikamentosa.
Aktif, agresif : bila umur kehamilan 37 minggu, akhiri
kehamilan setelah mendapatkan terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Pemberian terapi medikamentosa
a. Segera masuk RS.
b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.
c. Infus RL atau D5%.
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
e. Antihipertensi.
Diberikan bila TD 180/110. Obat yang diberikan adalah nifedipine 1020 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, dosis maksimal 120 mg dalam
24 jam.
f. Diuretik tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena:
1.
Memperberat penurunan perfusi plasenta
2.
Memperberat hipovolemia
Diuretik baru diberikan jika terdapat edema paru, gagal jantung kongstif
atau edema anasarka. Diuretik yang diberikan adalah furosemid.
Maintenance dose :
Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena tiap
4-6 jam
b)
c)
d)
e)
Siapkan antidotum
Jika terjadi henti napas
Antihipertensi.
a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan
selama 5 menit sampai tekanan darah turun.
b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5
intramuskular setiap 2 jam.
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
Persalinan
-
Jika anestesia yang umum tidak tersedia atau janin mati lakukan persalinan
pervaginam.
Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
BAB III
ANALISA KASUS
Identifikasi Masalah (SOAP)
1.
Subjektif (S)
Pasien seorang wanita, Ny R usia 34 tahun G3P2A0 hamil 36 minggu datang atas rujuan
dari puskesmas karena paseien demam, nyeri kepala berputar, mata berkunang-kunang
dan sesak. HPHT 22 April 2014 dengan taksiran persalinan 29 Februari 2015. Pasien
menyatakan adanya riwayat hipertensi pada kehamilan ini yang diketahui pasien pada
saat usia kandungan 5bulan dengan tensi 180/120mmHg namun pasien mengaku tidak
pernah minum obat penurun tekanan darah tinggi. Pasien mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi pada saat mulai kehamilan kedua, namun setelah tidak hamil tekanan
darah pasien berangsur-angsur normal. Pasien juga mengeluhkan demam sudah 3 hari
yang tak kunjung turun, menggigil (-). Kehamilan pertama pasien mengaku ketuban
pecah dini, lahir spontan dengan berat anak 3500g, selama kehamilan dan persalinan
tidak masalah dengan riwayat ANC teratur, pada kehamilan kedua saat usia kandungan 5
bulan tekanan darah pasien meningkat, pasien mengeluhkan pusing berputra dan
pandngan kabur, melahirkan secara spontan dengan berat bayi 3600g riwayat ANC
teratur. Pasien mengaku di keluarganya tidak ada yang mempunyai tekanan darah tinggi.
Adanya riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan pasien dapat mengarahkan diagnosa
kearah hipertensi dalam kehamilan ataupun preeklamsia
2.
Objektif (O)
Tekanan darah 180/110 mmHg, sudah ada kenaikan sistolik lebih dari 30 mmHg dan
kenaikan diastolik lebih dari 15 mmHg. pada pemeriksaan ekstremitas juga
ditemukan adanya edema pada ekstremitas inferior dextra et sinistra.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan protein urin positif +3, sesuai dengan
Planning (P)
Tujuan utama perawatan preeklamsia adalah mencegah kejang (terjadinya eklamsia),
perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi
sehat. Maka penatalaksanaan pada pasien ini adalah:
Rawat inap
Untuk memudahkan pengawasan terhadap pasien dan janinya. Pasien juga dipasang
infuse Ringer Laktat 20tpm
Farmakologi:
panas).
Nifedipin 3x10 mg sublingual
Mekanisme kerja:
Nifedipin merupakan antagonis kalsium yang menghambat influks kalsium pada
sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah,antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Efek Samping:
o Dose dependent disebabkan oleh dilatasi vaskular seperti: sakit kepala atau
perasaan tertekan di kepala, flushing, pusing, gangguan lambung, mual,
lemas, palpitasi, hipotensi, hipertensi ortostatik, edema tungkai, tremor, kram
pada tungkai, kongesti nasal, takikardia, tinitus, reaksi dermatologi.
o Sangat jarang terjadi, dilaporkan pada pemakaian nifedipine jangka panjang
terjadi hiperplasia gusi dan segera kembali ketika pemakaian nifedipine
dihentikan.
o Efek samping berat yang memerlukan penghentian pengobatan relatif jarang
terjadi.
Interaksi Obat:
Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker mempotensi efek
antihipertensi nifedipine.
Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker pada pasien dengan
insufisiensi jantung, terapi harus dimulai dengan dosis kecil dan pasien harus
DAFTAR PUSTAKA
1. Angsar, Dikman, 2005. Hipertensi dalam Kehamilan Edisi IV. Fakultas Kedokteran
UNAIR: Surabaya
2. Cunningham, F. Gary et al. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Volume 1. Jakarta: EGC.
3. Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.
4. Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
5. Hendaryono, Henny. 2007. Materi Kuliah Patologi Kebidanan. Jombang
6. Himpunan kedokteran feto maternal POGI. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam
Kehamilan di Indonesia. Semarang
7. Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Womans Health Care. Philadelpia:
Mosby.
8. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran :EGC
9. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. EGC: Jakarta
10. Prawiroharjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
11. Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
12. Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
13. Prawiroharjo.APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta:
Institusi DEPKES R
14. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
15. Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
16. Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
17. _____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.