Anda di halaman 1dari 3

Jenis-jenis perdarahan seperti yang dituliskan oleh Gaston et al.

, meliputi perdarahan minor,


perdarahan mayor yang tidak mengancam nyawa perdarahan yang mengancam nyawa dan
perdarahan masif akibat trauma. Contoh perdarahan minor adalah epistaksis yang
berlangsung kurang dari 1 jam, adanya darah dalam jumlah kecil pada feses urin dan rongga
mulut. Perdarahan mayor yang tidak mengancam nyawa adalah hilangnya darah dalam
jumlah yang signifikan dan menyebabkan penurunan haemoglobin sebanyak >2mgdL atau
membutuhkan transfusi packed red blood cell (PRBC). Perdarahan yang mengancam nyawa
seperti pada perdarahan intraserebral, perdarahan gastrointestinal yang tidak terkontrol dan
perdarahan pada ekstrimitas yang berisiko untuk terjadinya sindrom kompartemen.
Perdarahan masif akibat trauma adalah hilangnya seluruh volume darah dalam waktu 24 jam
atau setengah volume darah dalam 3 jam.
Menurut Gaston et al. dalam Adult Inpatinet/Emergency Department Procoagulant Clinical
Practice Guideline (CPG), terdapat beberapa rekomendasi agen prokoagulan, antara lain:
1. Asam aminokaproat
Bekerja dengan mencegah konversi plasminogen menjadi plasmin sehingga terjadi
inhibisi fibrinolosis. Asam aminokaproat dapat diberikan secara oral, intravena, dan
topikal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Voils S. (2007), penggunaan asam
aminokaprat dapat mengurangi kebutuhan untuk transfusi darah. Untuk pengaturan
dosis asam aminokaproat disesuaikan dengan lokasi dan indikasi perdarahan. Waktu
paruh obat ini adalah 2 jam. Dosis yang digunakan pada perdarahan akut adalah
pemberian parenteral dengan dosis awal 4-5 gram, lalu dilanjutkan dengan infus 1
gram/ jam selama 8 jam atau sampai perdarahan teratasi. Risiko trombosis pada
penggunaan asam aminokaproat minimal.
2. Conjungated estrogen (IV)
Conjungated estrogen bukan salah satu jenis prokoagulan tetapi dapat membantu
limitasi perdarahan pada wanita dan pria yang mengalami uremia dan tidak merespon
terapi lain. Agen ini menyebabkan penurunan kadar NO darah sehingga menyebabkan
peningkatan thromboxane A2. Dosis conjungated estrogen yang digunakan adalah 0,6
mg/kg IV selama 30-40 menit sekali sehari untuk 5 hari. Biasanya efek terlihat setelah
6 jam pemberian dan efek maksimum tercapai pada 5-7 hari, bertahan selama 14-21
hari.
3. Desmopressin
Agen ini bekerja dengan meningkatkan jumlah faktor von Willebrand yang diproduksi
oleh sel endotel, sehingga terjadi peningkatan hemostasis dan penurunan waktu
perdarahan. Dosis desmopressin yang diberikan adalah 0,3 mcg/kg dalam 30 menit.
Efek terlihat setelah 1 jam pemberian dan waktu perdarahan akan kembali normal
setelah 24 jam. Adanya peningkatan faktor von Willebrand dapat memicu
tachyphylaxis sehingga pemberian dosis berulang tidak disarankan. Efek samping lain
yang sering dikeluhkan adalah adanya kemerahan pada sekitar wajah (facial flushing),
hiponatremia ringan, hipotensi dan trombosis arteri terutama pada pasien dengan
aterosklerosis.
4. Phytonadione
Phytonadione diberikan secara oral atau intravena, efektif dalam mengembalikan efek
antikoagulan yang ditimbulkan oleh warfarin (class I, level A). pemberian
phytonadione oral dosis rendah lebih disarankan untuk perdarahan minor atau
pengobatan INR >9.9. Pemberian melalui intravena pada kondisi yang membutuhkan

5.

6.

7.

8.

9.

waktu kerja cepat (urgent), tetapi setelah 24 jam memberikan efek yang sama seperti
pada pemberian oral. Untuk mencegah terjadinya hipotensi berat dan anafilaksis,
pemberian lambat secara intravena dapat dilakukan (lebih dari 30 menit).
Phytonadione lebih dari 10 mg (high dose) dapat menyebabkan limitasi pada
antikoagulasi setelah perdarahan terkontrol
Protamine
Protamin berikatan dengan heparin dan membentuk kompleks inaktif serta
menetralisasi anti-faktor IIa.1 mg protamine dapat mereversi 100 unit heparin.
Prtamin menginaktivasi bagian dari anti-Xa dari LMWH. Dosis maksimum protamine
adalah 50 mg per administrasi dan dapat diberikan di atas 10 menit. Pemberian yang
lebih cepat meningkatkan risiko munculnya efek samping seperti hipotensi, kolaps
kardivaskular, edema pulminer, dan vasokonstriksi pembuluh darah pulmoner.
Fresh frozen plasma (FFP)
FFP adalah produk biologis plasma darah yang mengandung faktor pembekuan II,
VI, IX, dan X. pemberian FFP bertujuan untuk meningkatkan faktor pembekuan.
Indikasi pemberian FFP adalah untuk mengganti defisiensi salah satu faktor, reversi
segera efek warfarin pada pasien dengan perdarahan aktif. Sebelum administrasi FFP
perlu dilakukan crossmatching karena terdapat isohemaglutiinin. Dosis FFP untuk
perdarahan adalah 10-15 ml/Kg,diberikan secara berulang. Efek samping antara lain
kelebihan volume, transfusion-related acute lung injury, hemolisis akut akibat reaksi
transfuse dan urtikaria.
Faktor 7A
Faktor 7A adalah suatu DNA rekombinan yang memiliki farmakokinetik dengan
turunan faktor 7A pada plasma. Faktor 7A diberikan kepada pasien perdarahan berat
dengan Hemofilia A atau B. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh administrasi
faktor 7A adalah tromboemboli artei. Dosis pemberian faktor 7A harus disesuaikan
dengan berat badan. 1 vial faktor 7A mengandung 1000mcg. Faktor 7A tidak efektif
pada pasien dengan asidosis berat (pH < 7.2). Waktu paruh faktor 7A 2-3 jam dan
setelah pemberian INR akan turun. Faktor 7A meningkatkan risiko trombosis bila
diberikan pada pasien non-hemofilia terutama pada pasien-pasien berusia diatas 65
tahun, memiliki riwayat aterosklerosis, crush injury, DIC, dan lain-lain.
Kontraindikasi pemberian faktor 7A adalah hipersensitifitas terhadap tikus, babi, dan
protein hamster.
Prothrombin complex concentrate
Merupakan produk biologis dari plasma yang mengandung faktor II, VII, IX, dan X.
pemberian disesuaikan dengan kadar faktor IX, INR sebelum terapi dan perkiraan
dosis maksimum. PCC diberikan dalam single use dalam 4 jam (3 unit/kg/menit dosis
maksimal 200mg/menit). Dapat terjadi hipersensitivitas. Kontraindikasi pemberian
PCC adalah riwayat penyakit DIC, heparin induced thrombocytopenia, reaksi
hipersensitivitas terhadap komponen PCC.
Asam traneksamat
Asam traneksmat menginhibisi fibrinolisis dengan cara inhibisi aktivitas plasmin
secara total dan mencegah aktivasi plasminogen. Pemberian asam traneksamat secara
parenteral efektif dalam menangani perdarahan yang memiliki banyak penyebab
seperti gastrointestinal, luka operasi dan trauma. Waktu paruh asam traneksamat
adalah 2 jam. Pemberian dosis multiple diberikan sesuai dengan indikasi. Asam
traneksamat dapat menyebabkan infark serebri pada pasien dengan perdarahan

subarachnoid, tetapi kejadian tromboemboli akibat penggunaan asam traneksamat


jarang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai