Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Rabu (3 November 2010), mengajak perwakilan dari Jawa Barat
dan Jawa Tengah berkunjung ke RSUD Dr. Soetomo. Mereka mengunjungi ruang Unit Perawatan Intensif
Penyakit Infeksi (UPIPI) yang terletak di dekat ruang stroke. Kunjungan mereka tersebut dalam rangka
mempelajari penyediaan obat ARV yang telah berjalan secara desentralisasi di RSUD Dr. Soetomo.
Obat ARV (Antiretroviral) adalah obat yang dikonsumsi oleh penderita HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS
diharuskan mengonsumsi obat ARV ini secara rutin seumur hidupnya, tanpa putus.
Kalau putus, pasien bisa jadi resisten terhadap ARV, kata Prof.dr. Yusuf Barakbah, Sp.KK (K).
Agar pasien HIV/AIDS dapat mengonsumsi obat ARV, maka selama ini obat ARV diberikan secara gratis
oleh pemerintah. Pendistribusiannya pun melibatkan Kemenkes RI.
Selama ini Kemenkes RI bertanggung jawab untuk menyetok secara langsung kebutuhan obat ARV di
seluruh rumah sakit di Indonesia. Namun ternyata hal ini dirasa kurang efektif. Sebab itu RSUD Dr.
Soetomo menggunakan sistem desentralisasi untuk pemenuhan logistik obat ARV.
Dalam sistem desentralisasi ini rumah sakit bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.
Sehingga Kemenkes RI cukup mengirimkan stok obat ARV pada Dinkes daerah.
ARV yang disimpan di Provinsi (Dinkes Provinsi) adalah stok untuk 6 bulan, ujar Arief Sudrajat,