1 Halaman Judul
1 Halaman Judul
HALAMAN JUDUL
Oleh:
TAUFIQ SETIYAWAN
H1E012010
Oleh
TAUFIQ SETIYAWAN
NIM. H1E012010
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Melaksanakan Kerja Praktik Strata Satu
jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Soedirman
HALAMAN PERNYATAAN
PERNYATAAN
: Taufiq Setiyawan
NIM
: H1E012010
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan keja praktik saya yang berjudul
adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika di kemudian hari terbukti
bahwa laporan kerja praktik saya merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima
sanksi apapun yang diberikan.
Taufiq Setiyawan
HALAMAN PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
Pembimbing Teknis
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Laporan kerja praktik yang tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan di
lingkungan Unievrsitas Jenderal Soedirman, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan
bahwa hak cipta ada pada pengarang. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai
dengan kebiasaan ilmiah yang menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh laporan kerja praktik haruslah
seizin Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal
Soedirman.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
hidayah, serta karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyeleaikan Laporan
Kerja Praktik yang telah dilakukan dengan hasil akhir pembuatan laporan yang berjudul
STUDI PENGARUH PENGERINGAN POWDER Ba-Sr HEKSAFERIT TERHADAP
SIFAT MAGNETIKNYA
Laporan Kerja Praktik ini disusun dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
Kerja Praktik di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek, terutama kepada:
1. Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan.
2. Ayah, Ibu, Adik dan segenap keluarga tercinta serta teman teman yang senantiasa
memberikan motivasi, doa, dan semangat yang begitu besar kepada saya.
3. Dr. Ing Wahyu Widanarto selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Jenderal Soedirman.
4. Dr. Wahyu Tri Cahyanto selaku dosen pembimbing yang membimbing dengan baik dan
memberi semangat yan tiada henti.
5. Dr. Agus Sukarto Wismogroho M.Eng selaku pembimbing teknis dari Pusat Penelitian
Fisika LIPI Serpong yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan saran kepada saya.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penyusunan laporan Kerja Praktik masih
banyak kekurangan. Segala saran dan kritik akan dijadikan evaluasi yang sangat berharga
bagi penulis. Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktik dapat bermanfaat dan
menambah ilmu bagi pembaca.
Purwokerto, 24 Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................v
KATA PENGANTAR...............................................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................viii
DAFTAR NOTASI....................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL....................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xiv
RINGKASAN..........................................................................................................................xv
SUMMARY...........................................................................................................................xvii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2
Perumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3
1.4
Medan Magnet.............................................................................................................3
2.2
Momen magnetik.........................................................................................................4
2.3
Induksi magnetik.........................................................................................................4
2.4
2.5
Intensitas kemagnetan.................................................................................................5
2.6
Jenis Magnet................................................................................................................5
2.7
Bahan Magnetik...........................................................................................................6
2.8
Material Magnetik.......................................................................................................7
2.9
Magnet Keramik..........................................................................................................8
2.10
2.11
3.2
3.3
3.4
3.5
4.2
Metode KP.................................................................................................................23
4.3
Hasil Pembahasan......................................................................................................25
Kesimpulan................................................................................................................29
5.2
Saran..........................................................................................................................29
7.2
Curriculum Vitae.......................................................................................................32
10
7
B
: induksi magnetik
: momen magnetik
: intensitas kemagnetan
: gaya
: Volume
DAFTAR NOTASI
11
DAFTAR TABEL
12
13
DAFTAR GAMBAR
14
15
10 DAFTAR LAMPIRAN
proses pembuatan magnet permanen Ba-Sr heksaferit.........................................................31
Curriculum Vitae..................................................................................................................32
16
17
11 RINGKASAN
Magnet permanen basis ferrite seperti barium heksaferit dan strontium heksaferit
merupakan magnet permanen komersial jenis keramik (Wismogroho, 2014). BariumStrontium heksaferit mendapat prioritas besar dalam penelitian bahan magnet karena bahan
ini dapat dibuat menjadi magnet permanen (hard magnet) yang memiliki sifat kemagnetan
bahan yang baik dan banyak diaplikasikan dalam berbagai kebutuhan. Selain itu bahan
magnet ini dinilai lebih ekonomis dan mudah dibuat. Berbagai metode digunakan dalam
pembuatan magnet Barium-Strontium heksaferit untuk menghasilkan yang lebih baik yaitu
mempunyai nilai remenansi magnet yang tinggi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa nilai kuat medan magnet dari
serbuk Ba-Sr heksaferit yaitu 1500 Gauss dengan proses tanpa pengeringan.Tujuan dari kerja
praktik ini adalah, untuk mengidentifikasi pengaruh pengeringan dan cetakan kedua powder
Ba-Sr Heksaferit serta menentukan besar kuat medan yang dihasilkan dari proses orientasi
magnet permanen BaFe12O19.
Metode yang digunakan yaitu metode orientasi magnetik. Orientasi magnetik
menggunakan alat dari PPF LIPI serpong untuk mencetak serbuk Ba-Sr Heksaferit . Dari
hasil pembuatan magnet permanen Ba-Sr Heksaferit menggunakan proses orientasi magnetik
dengan parameter pengeringan pada cetakan pertama diperoleh nilai kuat medan magnet
yaitu 665,45 Gauss sedangkan pada cetakan kedua yaitu 593,5 Gauss.
18
12 SUMMARY
Permanent magnetics such as barium ferrite and strontium hexaferrite are commercial
permanent magnet type ceramics (Wismogroho, 2014). Barium-Strontium heksaferit got a big
priority in the study of magnetic materials because those materials can be made into a
permanent magnet (hard magnetic) which have good magnetic properties of materials and
widely applied in a variety of needs. In addition to the magnetic material is considered more
economical and easy to make. Various methods are used in the manufacture of BariumStrontium magnet heksaferit to produce better remenance magnets that have a high value.
Based on previous studies have known that the magnetic field strength of powder Ba-Sr
heksaferit is 1500 Gauss to the process without pengeringan.Tujuan of this practical work is,
to identify the effect of drying and second mold powder Ba-Sr Heksaferit and determine the
field strength generated of the permanent magnet orientation BaFe12O19.
The method used is magnetic orientation. Magnetic orientation is using the device by PPF
LIPI serpong to print powder Heksaferit Ba-Sr. The results of the manufacture of permanent
magnets Ba-Sr Heksaferit by using magnetic orientation process with the parameters
obtained by drying the first printing of magnetic field strength value is 665.45 Gauss while
the second mold is 593.5 Gauss.
19
BAB I Pendahuluan
Dalam fisika, magnet permanen merupakan suatu material yang sangat strategis untuk
dikembangkan dimasa depan. Dalam dunia industri, magnet permanen merupakan salah satu
komponen utama yang diaplikasikan pada peralatan elektronik, otomotif, energi dan lain-lain.
Salah satu jenis magnet permanen adalah barium ferrit yang berbasis oksida, dan memliki
rumus kimia BaO.6(
Fe2 O3
memiliki energy lebih rendah dibandingkan dengan magnet permanen lainnya seperti NdFeB,
SmCo dan Alnico. (Bilalodin, 2014)
Serbuk barium ferrite yang memiliki ukuran nanometer, fasa yang homogen, dan distribusi
ukuran yang kecil mempunyai performa yang tinggi. Banyak usaha telah dilakukan untuk
membuat serbuk barium ferrite dengan ukuran yang lebih kecil. (Kusuma, 2009)
Berbagai penelitian untuk peningkatan karakteristik magnet telah dilakukan. Kromuller
mengatakan bahwa peningkatan ukuran butir Kristal magnet akan menurunkan nilai
koersifitas dari hasil magnetnya. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembuatan magnet
diusahakan untuk tidak memperbesar ukuran butir kristal. Di lain sisi, sinter merupakan
mekanisme proses densifikasi yang sebandig dengan proses pembesaran ukuran butir kristal.
Karakteristik peningkatan butir kristal akan sebanding dengan lama sinter dan suhu sinter.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mempertahankan ukuran Kristal magnet
permanen hasil sinter memiliki ukuran yang kecil. Priyo dkk. mencoba untuk menahan
pertumbuhan Kristal magnet BaO.6(
Al 2 O 3
Fe2 O3
Al 2 O 3
dengan suhu lebur tinggi, diharapkan dapat menahan pertumbuhan besar butir, di
mana diperoleh peningkatan densifikasi magnet yang relative baik sejalan dengan
penambahan
Al 2 O3 .
(Wismogroho, 2014)
Bagaimanakah efek pengeringan dan cetakan kedua pada powder asli BaFe 12O19 dengan
proses orientasi?
12.3 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik
Maksud dari kerja praktik ini adalah mengetahui efek pengeringan pada powder
BaFe12O19 buatan china dengan proses orientasi magnetik cetakan pertama dan cetakan kedua.
Tujuan dari kerja praktik ini adalah, untuk mengidentifikasi pengaruh pengeringan dan
cetakan kedua powder Ba-Sr Heksaferit serta menentukan kuat medan magnet yang
dihasilkan dari proses orientasi magnet permanen BaFe12O19 .
12.4 Kegunaan Kerja Praktik
Kegunaan yang dapat diperoleh atau dicapai dari kerja praktik ini adalah mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana Fisika, khususnya sifat magnet permanen dan aplikasi lain yang
terkait dengannya, berperan dalam membuat magnet permanen Ba-Sr Heksaferit yang
memiliki kegunaan dalam dunia industri magnet permanen.
Magnet adalah logam yang dapat menarik besi atau baja dan memiliki medan magnet. Asal
kata magnet diduga dari kata magnesia yaitu nama suatu daerah di Asia kecil. Menurut cerita
di daerah itu sekitar 4.000 tahun yang lalu telah ditemukan sejenis batu yang memiliki sifat
dapat menarik besi atau baja atau campuran logam lainnya. Benda yang dapat menarik besi
atau baja inilah yang disebut magnet (Suryatin, 2008).
Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak
dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet
kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut
magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah
sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak
adanya kutub-kutub magnet pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu:
utara dan selatan. Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan
kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya (Afza & Erini, 2011).
Benda dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan sifat kemagnetannya yaitu benda
magnetik dan benda non-magnetik. Benda magnetik adalah benda yang dapat ditarik oleh
magnet, sedangkan benda non-magnetik
adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet (Suryatin, 2008). Contoh benda magnetik
adalah logam seperti besi dan baja, namun tidak semua logam dapat ditarik oleh magnet,
sedangkan contoh benda non-magnetik adalah oksigen cair. Satuan intensitas magnet menurut
sistem metrik Satuan Internasional (SI) adalah Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik
adalah weber (1 weber/m2 = 1 tesla) yang mempengaruhi luasan satu meter persegi (Afza &
Erini, 2011).
13.1 Medan Magnet
Medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang masih merasakan adanya gaya magnet.
Jika sebatang magnet diletakkan dalam suatu ruang, maka terjadi perubahan dalam ruangan
ini karena setiap titik dalam ruangan tersebut akan terdapat medan magnetik. Arah medan
magnetik suatu ruangan didefinisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara jarum
kompas yang diletakkan di sekitar medan magnet tersebut (Afza & Erini, 2011).
3
Bila terdapat dua buah kutub magnet yang berlawanan +m dan m terpisah sejauh l, maka
besarnya momen magnetiknya ) (M ) adalah
M = mlr
dengan M adalah sebuah vektor dalam arah vektor unit r berarah dari kutub negatif ke kutub
positif. Arah momen magnetik dari atom bahan non magnetik adalah acak sehingga momen
magnetik resultannya menjadi nol. Sebaliknya di dalam bahan-bahan magnetik, arah momen
magnetik atom-atom bahan itu teratur sehingga momen magnetik resultan tidak nol. Momen
magnetik mempunyai satuan dalam cgs adalah gauss.cm3 atau emu dan dalam SI mempunyai
satuan A. m2 (Afza & Erini, 2011).
Suatu bahan magnetik yang diletakkan dalam medan luar H akan menghasilkan medan
tersendiri H yang menigkatkan nilai total medan magnetik bahan tersebut. Induksi magnetik
yang didefinisikan sebagai medan total bahan ditulis sebagai:
B = H + H
(1)
Hubungan medan sekunder H = 4 M, satuan B dalam cgs adalah gauss, sedangkan dalam
geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g) dan dalam SI adalah tesla (T) atau nanoTesla
(nT) (Afza & Erini, 2011).
Kuat medan magnet (H ) pada suatu titik yang berjarak r dari m1 didefinisikan sebagai gaya
persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan sebagai:
H=
m
F
= 12 r
m 2 0 r
(2)
dengan r adalah jarak titik pengukuran dari m. H mempunyai satuan A/m dalam SI sedangkan
dalam cgs H mempunyai satuan oersted (Afza & Erini, 2011).
13.5 Intensitas kemagnetan
M ml r
=
V
V
(3)
Dimana : I = Intensitas Kemagnetan
V = Volume
13.6 Jenis Magnet
Magnet dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sifat kemagnetannya yaitu magnet tetap /
permanen, magnet tidak tetap / non-permanen, dan magnet buatan. Magnet tetap adalah
magnet yang tidak memerlukan bantuan tenaga untuk menghasilkan daya magnet. Magnet
tetap ada beberapa jenis yaitu magnet neodymium, magnet samarium-cobalt, magnet
keramik, magnet plastik, dan magnet alnico. Magnet tidak tetap adalah magnet yang
bergantung pada arus listrik untuk menghasilkan medan magnet, contohnya elektromagnetik
(Afza & Erini, 2011).
Berdasarkan bentuknya, magnet dibedakan menjadi lima macam yaitu magnet batang,
magnet ladam (sepatu kuda), magnet jarum, magnet silinder, magnet lingkaran. Magnet dapat
dibuat dari magnet tetap menggunakan metode penggosokan searah, induksi magnet, dan
kumparan listrik yang disebut magnet buatan (Afza & Erini, 2011).
13.7 Bahan Magnetik
Bahan magnetik dibedakan menjadi tiga macam yaitu diamagnetik, paramagnetik, dan
feromagnetik. Diamagnetik merupakan sifat penolakan terhadap gaya tarik magnet. Sifat ini
disebabkan oleh medan magnet luar dan gerakan elektron yang mengorbit inti. Elektronelektron yang membawa muatan akan melakukan gaya Lorenz pada saat bergerak melewati
medan magnet. Efek gaya tarik magnet pada bahan diamagnetik lebih kecil 100 kali dari
paramagnetik dan 1000 kali dari feromagnetik. Contoh bahan diamagnetik adalah air
(Sunaryo & Widyawidura, 2010).
Bahan paramagnetik adalah bahan yang ditarik lemah oleh magnet. Hal ini muncul karena
elektron seolah-olah berputar (spin) di sekitar sumbunya sambil mengorbit inti atom yang
menyebabkan spin magnetik sebagai tambahan dari momen orbital magnetiknya. Momen
magnetik total sebuah atom diberikan oleh penjumlahan vektor dari momen-momen
elektroniknya. Jika momen magnetik, spin, dan orbital pada sebuah atom saling
menghilangkan, maka atom tersebut memiliki momen magnetik 0 yang disebut sifat
diamagnetik. Jika penghilangannya hanya sebagian maka atom akan memiliki momen
magnetik permanen yang disebut sifat paramagnetik. Contoh bahan paramagnetik adalah
biotite, pyrite, dan siderite (Sunaryo & Widyawidura, 2010). Bahan ini jika diberi medan
magnet luar, elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan
magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh
momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar (Afza & Erini, 2011).
Gambar 2.3 Arah domain bahan paramagnetik sebelum diberi medan magnet luar
6
Gambar 2.4 Arah domain bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet luar
Feromagnetik lebih kuat dibandingkan dengan diamagnetik dan paramagnetik. Sifat ini
secara khusus berhubungan dengan unsur besi, nikel, cobalt, dan mineral-mineral besi oksida.
Atom-atom besi akan menghasilkan sebuah momen magnetik pada empat magneton Bohr
karena subkulit 3d yang tidak terisi. Pada kisi kristal material feromagnetik, atom-atom yang
berdekatan akan saling mendekati dalam waktu yang bersamaan secara tepat sehingga
beberapa orbit elektronnya akan overlapping dan terjadi interaksi yang kuat. Fenomena ini
disebut dengan exchange couping dimana momen-momen magnetik dari sebuah atom di
dalam kisi terarahkan dan memberikan magnetisasi yang kuat (Sunaryo & Widyawidura,
2010).
13.8 Material Magnetik
Material magnetik dibedakan menjadi dua macam berdasarkan kekuatan medan koersifnya
yaitu material magnet lunak dan material magnet keras. Material magnet lunak memiliki
medan koersif yang lemah, sedangkan material magnet keras memiliki medan koersif yang
kuat. Kekuaran medan koersif dapat dilihat jelas menggunakan diagram histeresis pada
Gambar 2.5 (Afza & Erini, 2011).
Magnet keramik adalah bahan-bahan yang tersusun dari senyawa anorganik bukan logam
yang pengolahannya menggunakan suhu yang tinggi. Magnet keramik biasanya digunakan
untuk keperluan desain teknis di bidang kelistrikan, elektronika, mekanik dengan
memanfaatkan magnet keramik sebagai magnet permanen yang dapat menghasilkan medan
magnet (Afza & Erini, 2011).
Magnet keramik biasanya dihasilkan dari golongan ferit yang merupakan oksida yang
disusun oleh hematit sebagai komponen utama. Ferit dibagi menjadi tiga kelas yaitu ferit
lunak, ferit keras, dan berstruktur garnet (Afza & Erini, 2011).
Ferit Lunak, ferit ini mempunyai formula MFe2O4, dimana M = Cu, Zn, Ni, Co, Fe, Mn, Mg
dengan struktur kristal seperti mineral spinel. Sifat bahan ini mempunyai permeabilitas dan
hambatan jenis yang tinggi, koersivitas yang rendah. Ferit lunak mempunyai struktur kristal
kubik dengan rumus umum MO.Fe2O3 dimana M adalah Fe, Mn, Ni, dan Zn atau
gabungannya seperti Mn-Zn dan Ni-Zn. Bahan ini banyak digunakan untuk inti
transformator, memori komputer, induktor, recording heads, microwave dan lain-lain (Afza &
Erini, 2011).
Ferit Keras, ferit jenis ini adalah turunan dari struktur magneto plumbit yang dapat ditulis
sebagai MFe12O19, dimana M = Ba, Sr, Pb. Bahan ini mempunyai gaya koersivitas dan
remanen yang tinggi dan mempunyai struktur kristal heksagonal dengan momen-momen
magnetik yang sejajar dengan sumbu c. Ferit keras banyak digunakan dalam komponen
elektronik, diantaranya motor-motor DC kecil, pengeras suara (loud speaker), meteran air,
KWH-meter, telephone receiver, circulator, dan rice cooker (Afza & Erini, 2011).
Ferit Berstruktur Garnet, magnet ini mempunyai magnetisasi spontan yang bergantung pada
suhu secara khas. Strukturnya sangat rumit, berbentuk kubik dengan sel satuan disusun tidak
kurang dari 160 atom (Afza & Erini, 2011).
Magnet keramik yang merupakan magnet permanen mempunyai struktur Hexagonal closepakced. Dalam hal ini bahan yang sering digunakan adalah Barrium Ferrite (BaO.6Fe2O3).
Dapat juga barium digantikan bahan yang segolongan dengannya, yaitu seperti Strontium
(Afza & Erini, 2011).
13.10
Sifat-sifat kemagnetan bahan dapat dilihat pada kurva histerisis yaitu kurva hubungan
intensitas magnet (H) terhadap medan magnet (B). Kurva histerisis pada saat magnetisasi
dapat dilihat pada Gambar 2.6.
atau medan magnet saturasi. Saturasi magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan,
nilai medan magnet B akan selalu konstan walaupun medan eksternal H dinaikkan terus
(Afza & Erini, 2011).
Bahan yang mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang
ditunjukkan kurva (a). Sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut
magnet keras seperti yang ditunjukkan kurva (c). Sesudah mencapai saturasi ketika intensitas
magnet H diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata kurva B tidak melewati jalur kurva
semula. Pada harga H = 0, medan magnet atau rapat fluks B mempunyai harga Br 0 seperti
ditunjukkan pada kurva histerisis pada Gambar 2.6. Harga Br ini disebut dengan induksi
remanen atau remanensi bahan. Remanen atau ketertambatan adalah sisa medan magnet B
dalam proses magnetisasi pada saat medan magnet H dihilangkan, atau remanensi terjadi
pada saat intensitas medan magnetik H berharga nol dan medan magnet B menunjukkan
harga tertentu (Afza & Erini, 2011).
saturasi kembali, maka kurva B(H) akan membentuk satu lintasan tertutup yang disebut kurva
histeresis. Bahan yang mempunyai koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah hilang.
Bahan seperti itu baik untuk membuat magnet permanen (Afza & Erini, 2011).
Sifat-sifat magnet keras dan magnet lunak dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Magnet
permanen dapat diberi indeks berdasarkan momen koersif yang diperlukan untuk
menghilangkan induksi (Tabel 2.1). Patokan ukuran yang lebih baik adalah hasil kali BH.
BaFe12O19 mempunyai nilai Hc yang sangat besar, tetapi BHmaks sedang, karena rapat
fluks lebih rendah dibandingkan bahan magnet permanen lainnya. Dari Tabel 2.1 akan
diperoleh gambaran mengenai peningkatan yang mungkin diperoleh beberapa para ahli
peneliti dan rekayasawan dengan pengembangan alnico (metalik) dan magnet BaFe12O19
(keramik) (Afza & Erini, 2011).
Tabel 2.1 Sifat magnet keras
Gambar 2.8 Kurva perbandingan sifat magnet dari beberapa jenis magnet permanen
Gambar 2.8 memperlihatkan bahwa ferrite merupakan jenis magnet permanen yang tergolong
sebagai material keramik dan hanya memiliki remanensi magnet maksimal sekitar 0,2 0,6 T
dan koersivitasnya relatif rendah sekitar 100 400 kA/m. Produksi magnet ferrite di dunia
masih cukup besar, karena bahan bakunya lebih murah dibandingkan dengan magnet dari
jenis logam. Jadi kebutuhan pasar akan magnet permanen ferrite masih tinggi. Keunggulan
12
lainnya dari magnet ferrite adalah memiliki suhu kritis (Tc) relatif tinggi dan lebih tahan
korosi (Afza & Erini, 2011).
Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolakbalik atau frekuensi
tinggi, karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang
satu detik. Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah : induksi jenuh (tinggi),
medan koersif (rendah), dan pemeabilitas maksimum (tinggi). Data selektif terdapat pada
Tabel 2.2 dan dapat dibandingkan dengan data Tabel 2.1. Rasio B/H disebut permeabilitas.
Nilai rasio B/H yang tinggi berarti bahwa magnetisasi mudah terjadi karena diperlukan
medan magnet kecil untuk menghasilkan rapat fluks yang tinggi (induksi) (Afza & Erini,
2011).
Tabel 2.2 Sifat magnet lunak
Kerapatan dari bahan ferit lebih rendah dibandingkan logam-logam lain dengan ukuran yang
sama. Oleh karena itu nilai saturasi dari bahan ferit relatif rendah yang menguntungkan untuk
dapat dihilangkan. Nilai kerapatan ferit dapat dilihat dalam Tabel 2.3, dan nilai perbandingan
dengan material megnetik yang lain (Afza & Erini, 2011).
13
13.11
Berdasarkan teknik pembuatannya, magnet permanen ada dua macam yaitu magnet permanen
isotropi dan magnet permanen anistropi. Magnet permanen isotropi adalah magnet yang pada
proses pembuatannya, pembentukan arah domain partikel-partikel magnetnya masih acak,
sedangkan proses pembentukan magnet anistropi dilakukan di dalam medan magnet sehingga
arah domain partikel-partikelnya mengarah pada satu arah tertentu. Magnet permanen
isotropi memiliki sifat magnet atau remanensi magnet yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan magnet permanen anistropi. Perbedaan arah partikel magnet permanen isotropi dan
magnet permanen anistropi dapat dilihat di Gambar 2.9 (Afza & Erini, 2011).
14
Alamat Instansi
Tel / fax
(www.fisika.lipi.go.id/)
Gambar 3.10 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong
Dokumen rencana strategis ini, kemudian disebut Renstra Implementatif P2F-LIPI 2010-2014
merupakan panduan dan pijakan lembaga dan menjadi acuan bagi seluruh staf peneliti dan
staf pendukungnya dalam melakukan kegiatan-kegiatannya lima tahun kedepan. Disamping
itu dokumen ini juga merupakan acuan bagi pertanggungjawaban mengenai akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Kepala Pusat Penelitian Fisika dari 1975 hingga sekarang :
1. Ardjoeno Brodjonegoro (1975-1978)
2. Suwarto Martosudirjo (1978-1980)
3. Ardjoeno Brodjonegoro (1980-1992)
4. Anung Kusnowo (1992-1997)
5. Achiar Oemry (1997-2002)
6. Prijo Sardjono (2002-2010)
7. Bambang Widiyatmoko (2010-sekarang
14.2 Visi dan Misi P2F-LIPI
14.2.1VISI Pusat Penelitian Fisika LIPI adalah :
Menjadi pusat penelitian berkelas dunia yang menghasilkan IPTEK berbasis fisika
guna memajukan ilmu pengetahuan dan meningkatkan daya saing nasional. Dalam
mendukung VISI LIPI :
Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya
kehidupan bangsa yang adil, makmur, cerdas, kreatif, integratif, dan dinamis yang didukung
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis
14.2.2 MISI Pusat Penelitian Fisika LIPI adalah :
Untuk mencapai VISI yang telah ditetapkan diatas, maka ditetapkan MISI Pusat
Penelitian FisikaLIPI sebagai berikut:
1. Menciptakan great science (terobosan ilmiah) di bidang fisika.
2. Meningkatkan invensi dan inovasi di bidang IPTEK berbasis fisika untuk memperkuat
daya saing industri dan ekonomi nasional
3. Meningkatkanpendayagunaan hasil-hasil penelitian dalam memberikan solusi
16
No
Nama
Jabatan
Agus Suheri , ST
Hasil Penelitian
Kepala Subbidang Diseminasi
Suryadi, S.Si.
Endang Hamidah
10
11
Sulaeman, ST
Tugas dan fungsi Pusat Penelitian Fisika-LIPI sesuai dengan SK Kepala LIPI
No.1151/M/2001, Tanggal 5 Mei 2001.
14.4.1Tugas Pokok
No
1.
Hari/Tanggal
Senin, 26 januari 2015
Tugas/Kegiatan/Pekerjaan
Pencarian sampel (bahan)
19
Keterangan
Sampel bahan berupa
serbuk
Barium-
Stronsium Heksaferit
(Ba
2.
Furnicing
3.
4.
Fe12 O 19
powder
Si
O2
5.
Cetak /Orientasi
Pemberian
dan
medan
tekanan
pemberian
magnet
Tesla.
6.
Sampel
powder dikeringkan
Pemberian
medan
Cetak / orientasi
magnet 1 T sampel
tanpa pengeringan
7.
Menghitung
O2
8.
massa
Si
massa
Si
serbuk
Menimbang
O2
9.
Pencampuran powder
barium
stronsium
Mencetak
Sintering
tekanan
dengan
40
m2 serta
20
kgF/c
pemberian
medan
tanpa
pengeringan dengan
suhu
1200
Celsius
12.
Sintering
derajat
ditahan
selama 1 jam
Sampel A (sampel
dengan powder BaSr)
dikeringkan
Sintering
Celsius
14.
Celsius
silicon
ditambah
silicon
(7,5%).
Mencetak
recycle
dengan
tekanan
cm
medan
40
kgF/
serta diberi
magnet
tesla.
Sampel powder asli +
silica (5%) dengan
suhu
1200
derajat
Cetak / Orientasi
21
selama 1 jam.
Mencetak
hasil
asli
tanpa
pengeringan
Sampel hasil recycle
dengan pengeringan
pada
suhu
derajat
1200
Celsius
Sintering
magnetisasi
disinterring
dimagnetisasi
dan
magnetizer machine
Sampel powder asli
17.
Sintering
18.
Demagnetisasi
magnetisasi ulang.
Mengukur
magnet
menggunakan
kuat
tegangan
1000
volt,
demagnetisasi
kemudian
dimagnetisasi
kembali
dengan
kuat
magnet
menggunakan Gauss
22
19.
20.
Meter
Analisa struktur mikro dari Menggunakan optical
microscop
Hasil yang diperoleh
dipresentasikan
dan
didiskusikan dengan
dosen pembimbing.
23
15.2 Metode KP
24
25
negatif (Gauss)
593.5
Tabel 4.7 Kuat medan magnet untuk powder tanpa pengeringan untuk cetakan kedua
Sampel powder tanpa pengeringan
cetakan kedua
positif (Gauss)
658
negatif (Gauss)
616.1
Tabel 4.8 Kuat medan magnet untuk powder dengan proses pengeringan
Sampel Powder dengan
pengeringan
positif
Negative
(Gauss)
(Gauss)
652.2
615.3
668.1
715.6
Nilai rata-rata kuat medan magnet yaitu 660,15 Gauss (positif) dan 665,45 Gauss (negatif)
26
15.3.2Pembahasan
suhu
juga
serta
ukuran
celah
dan
juga
27
adanya kenaikan suhu sintering. Pada tahap ini penyusutan juga terjadi akibat permukaan
porositas menjadi halus.
b. Tahap menengah
Pada tahap ini terjadi desifikasi dan pertumbuhan partikel yaitu butir kecil larut dan
bergabung dengan butir besar. Akomodasi bentuk butir ini menghasilkan pemadatan yang
lebih baik. Pada tahap ini juga berlangsung penghilangan porositas. Akibat pergeseran batas
butir, porositas mulai saling berhubungan dan membentuk silinder di sisi butir.
c. Tahap akhir
Fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus barlangsung dengan laju yang lebih rendah
dari sebelumnya. Demikian juga dengan proses penghilangan porositas, pergeseran batas
butir terus berlanjut. Apabila pergeseran batas butir lebih lambat daripada porositas maka
porositas akan mucul dipermukaan dan saling berhubungan. Akan tetapi jika pergeseran
batas butir lebih cepat daripada porosositas maka porositas akan mengendap di dalam produk
dan akan sulit dihilangkan
Produk yang dihasilkan diharapkan memiliki densitas yang tinggi dan homogen,
maka pada proses
sintering
harus
terjadi
homogenisasi.
Jika
terdapat
lapisan
oksida pada serbuk logam, proses sintering yang diharapkan bisa menjadi lebih lambat.
Selain lapisan oksida ini menyebabkan produk yang dihasikan menjadi lebih getas, lapisan
oksida tersebut juga menghambat proses difusi antar partikel serbuk saat sintering dan
meningkatkan temperatur sintering. Lapisan oksida yang menempel pada serbuk terbentuk
akibat kontak antar permukaan serbuk dengan udara dan akibat perlakuan yang diterima
serbuk saat proses produksi metalurgi serbuk berlangsung. Oksida pada serbuk dapat
diminimalkan dengan mengalirkan gas reduksi sebelum atau sewaktu sintering berlangsung.
2. Proses orientasi magnetik (Kompaksi)
Orientasi merupakan proses penyearahan momen magnetik pada bahan yang akan dibuat
magnet. Pada proses ini serbuk magnet didalam cetakan ditekan dan diberi medan magnet
luar sebesar 1 tesla, pada saat pemberian medan magnet luar terjadi loss nilai medan magnet
pada sampel dikarenakan pada cetakan sampel masih terdapat material yang tertarik oleh
magnet sehingga hal tersebut dapat mengurangi kuat medan magnet didalam cetakan.
28
16.1 Kesimpulan
16.2 Saran
Pembuatan magnet permanen Ba-Sr Heksaferit dapat diteruskan untuk karakterisasi sifat
magnetiknya dan mengetahui pula bentuk kurva histerisisnya.
29
Afza, & Erini. (2011). Pembuatan Magnet Permanen Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe2O3) dengan
Metode Koopresipitasi dan Karakterisasinya.
Bilalodin. (2014). Sintesa Magnet Permanen Barium Ferrit dan Karakterisasi Struktur serta
Kemagnetannya. prosiding seminar nasional dan pendidikan IX , 5.
Kusuma, G. R. (2009). Pengaruh Oksidan Terhadap Sifat Magnet Barium Ferrite yang Dibuat
dengan Metode Sol Gel Auto Combustion. Undergraduate Theses from JBPTITBPP,
7.
Sunaryo, & Widyawidura. (2010). Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi
Kandungan Senyawa Pasir Alam Menggunakan Prinsip Dasar Fisika.
Suryatin. (2008). pembuatan magnet permanen pasir besi berbasis magnet keramik Barium
ferrite .
Wismogroho, A. S. (2014). Efek Waktu Milling terhadap Karakteristik Sinter dari Magnet
Permanen Barium Heksaferrite. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng &
DIY, 195.
30
18 LAMPIRAN
18.1 proses pembuatan magnet permanen Ba-Sr heksaferit
Neraca
digital
Sampel
serbuk
Sampel
yang
Proses
magnetis
Proses
orientasi
31
Proses
sintering
DATA PRIBADI
Nama
Taufiq Setiyawan
Agama
Islam
Jenis Kelamin
Laki-laki
Alamat
No. Telp / HP
087858477859
taufiksetiyawan@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
2012 - sekarang
2009 - 2012
2006 - 2009
2000 - 2006
1998 1999
32