Anda di halaman 1dari 20

PEMBANGUNAN SEBAGAI PROSES PERUBAHAN SOSIAL

Oleh : Salahudin
Tulisan ini sengaja diberi judul Pembangunan sebagai
Proses Perubahan Sosial dengan alasan, pertama realitas
pembangunan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun serta
dalam bidang apapun pasti mengarah pada perubahan sosial
baik dalam bidang meteriil maupun non materiil. Kedua,
penggerak utama pembangunan adalah manusia, dalam konteks
ini ide pembangunan dari manusia dan untuk manusia. Manusia
melalui akal dan fikiran yang dimiliki berusaha untuk melakukan
pembangunan dengan tujuan dapat mewujudkan kesejahteraan
manusia (kebutuhan dan tuntutan hidup manusia).
Dalam

tulisan

ini

akan

dibahas

bagaimana

proses

perubahan sosial ditengah pembangunan yang dilakukan oleh


manusia baik oleh negara, masyarakat, dan sektor swasta yang
dibagi kedalam beberapa bidang pembahasan sebagai berikut
ini: tipe- tipe perubahan, faktor pendorong perubahan, dan
faktor penghambat perubahan. Meskipun difokuskan pada
bahasan tersebut, tulisan ini dipandang perlu untuk diawali
dengan

pembahasan

pengertian

perubahan

sosial

serta

pendekatan teori-teorinya dan diakhiri dengan mengulas mitos


perubahan sosial.
A. Pengertian Perubahan Sosial
Pengertian tentang perubahan sosial mudah dijumpai.
Hal ini disebabkan oleh luasnya cakupan pembahasan
perubahan sosial. Perubahan sosial mencakup ilmu sosial
politik, budaya, ekonomi, bahkan pada persoalan tehnik sipil,
industri, dan informasi. Perubahan sosial dapat terjadi
1

disegala bidang, dan pendorong perubahan sosial dapat


disebabkan oleh segala bidang utamanya bidang ilmu yang
disebutkan di atas. Meskipun perubahan sosial terjadi
disegala bidang seperti yang disebutkan tadi, perubahan
sosial memiliki satu arti yang sama, yaitu pergeseran
sesuatu menuju yang baru. Namun menjadi arti yang
berbeda ketika didefinisikan berdasarkan bidang/spesifikasi
ilmu. Berikut definisi perubahan sosial menurut beberapa
ahli.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup
perubahan-

perubahan

kebudayaan

yang

sosial

materiil

mencakup

maupun

unsur-

immateriil

unsur
dengan

menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur


immaterial.
Kinglesy Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan

yang

masyarakat.
sebagai

terjadi

Perubahan-

perubahan

relationship)

dalam

perubahan

dalam

atau

fungsi
sosial

hubungan

sebagai

dan

struktur

dikatakannya
sosial

perubahan

(sosial
terhadap

keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial tersebut.


Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan

perubahan sosial untuk suatu variasi cara hidup yang lebih


diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi
geografis,

kebudayaan

materiil,

kempetisi

penduduk,

ideologi, maupun karena adanya difusi atau perubahanperubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Sole Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di
dalam sutau masyarakat yang mempengaruhi sitem sosial,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap- sikap dan pola
perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.

Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi mengartikan perubahan


sosial merupakan suatu proses perubahan, modifikasi, atau
penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup
masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku
kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi,
serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam
aspek kehidupan material maupun nonmateri.
Definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh
beberapa ahli di atas memiliki kesimpulan yang sama bahwa
perubahan

sosial

terjadi

adanya

pergeseran

orientasi

manusia dari yang lama menuju sesuatu yang baru dan


disebabkan oleh pola pikir manusia yang dipengaruhi
lingkungan yang ada. Perubahan tersebut berada pada dua
bidang terdiri dari perubahan materiil dan immaterial.
Perubahan materiil yaitu perubahan fisik yang dilakukan dan
dialami oleh manusia misalnya dalam hal teknologi telah
merubah pola interaksi manusia dari tatap muka menjadi
perantara. Perubahan immaterial yang oleh Soetomo disebut
perubahan idealistik, yaitu perubahan keyakinan dan prinsip
hidup manusia, misalnya berkaitan dengan HAM.
B. Pendekatan Teori Perubahan Sosial
Pembahasan
pendekatan
teori

dalam

diskusi

perubahan sosial menjadi hal penting. Karena pendekatan


adalah kacamata awal untuk melihat, menganalisa, bahkan
menjadi paradigma pemikiran dalam memahami realitas
sosial termasuk perubahan sosial. Perbedaan pendekatan
akan menghasilkan perbedaan pendefinisian realitas sosial
(perubahan sosial).
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi membagi tiga pendekatan
teori perubahan sosial, yaitu: Pendekatan teori klasik,
Pendekatan teori equilibrium, Pendekatan teori modernisasi,
3

dan Pendekatan teori konflik. Berikut diuraikan pendekatanpendekatan tersebut.


Pendekatan Teori Klasik.
Dalam kelompok teori-teori perubahan sosial klasik
dibahas empat pandangan dari tokoh-tokoh terkenal yakni
August Comte, Emile Durkheim, dan Max Weber.
August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial
berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapan-tahapan
perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte
disebut

dengan

Evolusi

Intelektual.

Tahapan-tahapan

pemikiran tersebut mencakup tiga tahap, dimulai dari tahap


Theologis Primitif; tahap Metafisik transisional, dan terakhir
tahap positif rasional. setiap perubahan tahap pemikiran
manusia

tersebut

mempengaruhi

unsur

kehidupan

masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong


perubahan sosial.
Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi
sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis,
yang

mengubah

kehidupan

masyarakat

dari

kondisi

tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam


kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas
organistik.
Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial
yang

terjadi

pergeseran

dalam

nilai

masyarakat

yang

adalah

dijadikan

orientasi

akibat

dari

kehidupan

masyarakat. Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa


yang

sekian

lama

terbelenggu

oleh

nilai

Katolikisme

Ortodox, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial


ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang
dirasakan lebih rasional dan lebih sesuai dengan tuntutan
kehidupan modern.

Dengan jelas pandangan teori klasik tentang perubahan


sosial

di

atas

disimpulkan

bahwa

perubahan

sosial

berlangsung secara bertahap (step by step). Perubahan


sosial yang demikian disebut juga perubahan sosial alami
(perubahan yang terjadi dengan sendirinya melalui akal
fikiran manusia sebagai mahluk sosial).
Pendekatan Teori Eqiulibrium
Pendekatan ekuilibrium menyatakan bahwa terjadinya
perubahan sosial dalam suatu masyarakat adalah karena
terganggunya keseimbangan di antara unsur-unsur dalam
sistem sosial di kalangan masyarakat yang bersangkutan,
baik

karena

(ekstern)

adanya

sehingga

dorongan

memerlukan

dari

faktor

penyesuaian

lingkungan
(adaptasi)

dalam sistem sosial, seperti yang dijelaskan oleh Talcott


Parsons,

maupun

karena

terjadinya

ketidakseimbangan

internal seperti yang dijelaskan dengan Teori kesenjangan


Budaya (cultural lag) oleh William Ogburn.
Teori ekuiliberium yang dijelaskan diatas

cenderung

mengatakan bahwa perubahan sosial dikarenakan adanya


salah satu bagian sistem yang tidak berfungsi dengan baik.
Dalam pendekatan ini perubahan sosial berjalan dengan
lambat dan perubahan sosial diatur dan dikendalikan oleh
struktur yang ada (behind design) atau rekayasa sosial.
Secara eksplisit pendekatan ini tidak menginginkan
adanya perubahan sosial, dibukti dengan adanya keharus
aktor atau institusi sosial untuk memiliki prinsip Adaptasi,
Gold, Integrasi, (AGIL) dalam sistem sosial. Keseimbangan
sistem dibutuhkan dalam mencapai tujuan bersama.
Pendekatan Teori Modernisasi
Pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh Wilbert
More, Marion Levy, dan Neil Smelser, pada dasarnya
merupakan

pengembangan

dari

pikiran-pikiran

Talcott

Parsons,
kemajuan

dengan

menitikberatkan

teknologi

yang

pandangannya

mendorong

modernisasi

pada
dan

industrialisasi dalam pembangunan ekonomi masyarakat.


Hal ini mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang
besar

dan

nyata

dalam

berbagai

aspek

kehidupan

masyarakat termasuk perubahan dalam organisasi atau


kelembagaan masyarakat.
Pendekatan Teori Konflik
Adapun pendekatan konflik yang dipelopori oleh R.
Dahrendorf dan kawan-kawan, pada dasarnya berpendapat
bahwa sumber perubahan sosial adalah adanya konflik yang
intensif di antara berbagai kelompok masyarakat dengan
kepentingan

berbeda-beda

(Interest

groups).

Mereka

masing-masing memperjuangkan kepentingan dalam suatu


wadah masyarakat yang sama sehingga terjadilah konflik,
terutama

antara kelompok

yang berkepentingan untuk

mempertahankan kondisi yang sedang berjalan (statusquo),


dengan kelompok yang berkepentingan untuk mengadakan
perubahan kondisi masyarakat.
Pendekatan teori konflik

terinspirasi

dari

teori

perubahan sosial Karl Marx yang mangatakan pada dasarnya


melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahanperubahan

yang

terjadi

dalam

tata

perekonomian

masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang


terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat
produksi dengan kelompok pekerja.
Pada dasarnya ke empat pendekatan yang dijelaskan di
atas

adalah

satu

kesatuan

yang

memiliki

perbedaan

pendefinisian atas perubahan sosial. Dikatan demikian,


karena munculnya pendekatan- pendekatan yang dijelaskan
tadi

atas

dasar

perbaikan
6

dan

kritikan

pendekatan

sebelumnya (proses ini sering disebut proses dialektika).


Setiap pendekatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
(ini hal yang alami dan tidak terbantahkan dalam realitas
sosial). Berikut digambarkan bagan hubungan pendekatan
dalam teori perubahan sosial.

Bagan Hubungan Pendekatan dalam Teori Perubahan Sosial


Pendekatan Klasik

Pendekatan Modernisasi

Pendekatan Equilibrium

Pendekatan Teori Konflik

Pendekatan equiliberium dan pendekatan modernisasi


memiliki

arti

terinsipirasi

yang
dari

sama

dan

pendekatan

saling
teori

melengkapi

klasik.

dan

Sedangkan

Pendekatan teori konflik muncul mengritisi kekurangan dan


kelemahan
Perspektif

pendekatan
pendekatan

equiliberium
teori
7

konflik,

dan

modernisasi.

perubahan

sosial

pendekatan ekuiliberium dan modernisasi adalah perubahan


yang

diatur

bermodal,

oleh

oleh

struktur

karena

sosial

itu

yang

peluang

berkuasa

terjadi

dan

eksploitasi

terhadap masyarakat yang tidak memiliki modal sangat


memungkinkan.

Tolak

ukur

pendekatan

konflik

perubahan sosial harus mengangkat hak- hak

adalah

masyarakat

bukan penguasa maupun pengusaha. Demikian hubungan


antar pendekatan dan teori perubahan sosial.
C. Tipe- Tipe Perubahan Sosial
Berdasarkan pendekatan pendekatan perubahasan
sosial yang dijelaskan di atas perubahan sosial dapat dibagi
dua, yaitu tipe evolusi (perubahan bertahap), dan tipe
revolusi (perubahan cepat). Ditinjau dari perencanaan, tipe
perubahan sosial terdiri dari, perubahan terencana dan tidak
terencana. Diukur dari pengaruh, maka perubahan sosial
dibagi dua tipe, yaitu perubahan sosial yang pengaruhnya
kecil dan perubahasan sosial yang pengaruhnya besar.
Jadi disimpulkan perubahan sosial ada enam tipe:
Perubahan

sosial

evolusi,

perubahan

sosial

terencana,

terencana,

perubahan

sosial

Perubaan

sosial

perubahan
berpengaruh

revolusi,

sosial
kecil,

tidak
dan

perubahasan sosial berpengaruh besar. Berikut penjelasan


definisi serta contoh tipe- tipe perubahan sosial tersebut.
Perubahan Sosial Evolusi
Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto
(1982,315), perubahasan sosial evolusi adalah perubahanperubahan yang memerlukan waktu yang lama, dimana
terdapat suatu rentetan perubahan- perubahan kecil yang
saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahanperubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana
ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan- perubahan
8

terjadi

oleh

karena

usaha-

usaha

masyarakat

untuk

menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaankeadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan

masyarakat. Rentetan perubahan-

perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan


peristiwa peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang
bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri
perubahan evolusi adalah:
1. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
3. Perubahan
terjadi karena usaha manusia untuk
mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada
disekitar kehidupan manusia (kondisi-kondisi baru).
4. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur
sosial namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
Perubahan

sosial

evolusi

biasanya

terjadi

pada

masyarakat tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki


struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses informasi dari
lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait
dengan

immaterial

tidak

dapat

dilakukan

perubahan.

Contoh, masyarakat di bali yang memiliki strata sosial


ksatria,

brahmana,

waisyak,

dan

sudra.

Masyarakat

digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan


keterampilan seperti di masyarakat modern (open society).
Oleh karena itu masyarakat sulit merubah status sosial yang
dimiliki.
Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan
di atas menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya
Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku
rujukan sosiologi

sekolah dasar hingga perguruan tinggi)


9

mempertanyakan

seperti

berikut

ini

apakah

suatu

masyarakat berkembang melalui tahap- tahap tertentu.


Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan bahwa
tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap
terakhir dan sebaliknya telah berkembang secara pasti,
apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial yang lebih
sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini,
atau bahkan sebaliknya?. Atas pertanyaannya itu Soerjono
Soekanto

mengatakan

para

sosilog

telah

banyak

meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.


Perubahan Sosial Revolusi
Secara sederhana arti perubahan sosial revolusi adalah
perubahan yang terjadi dengan cara cepat mengenai dasardasar atau sendi-sendi pokok daripada kehidupan manusia
(Soerjono

Soekanto,

1982,

317).

Di

dalam

revolusi,

perubahan sosial dapat terjadi dengan terencana dan tidak


terencana

(spontan).

Dan

perubahan

revolusi

yang

terencana membutuhkan waktu yang agak lama namun


secara psikologis dirasakan cepat, seperti misalnya revolusi
industri yang dimulai di Inggris, dimana terjadi perubahan
perubahan dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap
produksi dengan menggunakan mesin. Perubahan tersebut
dianggap cepat, karena merubah sendi-sendi pokok daripada
kehidupan

masyarakat,

seperti

misalnya

sistem

kekeluargaan , hubungan antara buruh dengan majikan dan


seterusnya (contoh dikutip dari Soerjono Soekanto).
Revolusi yang tidak terencana (direncanakan dalam
waktu yang singkat), yaitu perubahan sosial yang terjadi
pada struktur politik dan pemerintahan yang disebabkan
10

oleh adanya gerakan sosial melawan ketidakadilan Negara


dalam distribusi kekuasaan, kewenangan, dan distribusi
ekonomi

kepada

masyarakat

umum,

seperti

misalnya

gerakan reformasi 1998 di Indonesia, gerakan sosial 2011 di


Tunisia

dan

Mesir.

Perubahan

struktur

politik

dan

pemerintahan di ketiga negara tersebut terjadi dalam waktu


yang sangat cepat (hitungan bulan). Untuk menuju revolusi
yang demikian dibutuhkan hal- hal berikut ini, memiliki
pimpinan revolusi (gerakan sosial), memiliki kesadaran
bersama, memiliki kondisi yang sama, memiliki solidaritas
sosial yang tinggi, momentum yang tepat, dan memiliki
kekuatan finansial dan fisik.
Secara teoritis perubahan sosial revolusi terjadi pada
masyarakat terbuka (open society), yaitu masyarakat yang
sadar akan informasi dan teknologi. Kekuatan revolusi di
Mesir dan Tunisia digalang melalui teknologi internet
program Twiter dan Facebook. Ini menjadi buktinyata
pengaruh teknoligi terhadap perubahan sosial revolusi.
Perubahan Sosial Terencana
Perubahan sosial terencana merupakan perubahan
yang diatur oleh aktor-aktor tertentu dalam mewujudkan
tujuan yang sama. Aktor-aktor tersebut menyusun strategi,
ide,

dan

program

dengan

sistimatis

bahkan

dijadikan

sebagai acuan normatif seperti misalnya Negara melalui


birokrasi
masyarakat

untuk

mewujudkan

(merubah

Negara

tujuan
miskin

kesejahteraan

menjadi

Negara

berkembang, Negara berkembang menjadi Negara maju)


direncanakan dan ditetapkan program-program bersama
jadwal untuk mewujudkan tujuan tersebut.
11

Perubahan Sosial Tidak Terencana


Perubahan sosial tidak terencana adalah perubahan
sikap dan perilaku manusia disebakan oleh lingkungan dan
kondisi yang ada seperti misalnya perubahan perilaku
komunikasi manusia, sebelum memasuki abad teknologi
manusia tidak pernah membayangkan diabad sekarang ini
(abad modern) manusia tidak lagi hanya komunikasi tatap
muka namun bisa dilakukan dengan cara jarak jauh melalui
Handpon (HP), Internet (Email, Twiter, Feecbook, dll).
Perubahan Sosial Pengaruhnya Kecil
Perubahan sosial pengaruhnya kecil adalah perubahan
yang dampaknya tidak langsung pada perubahan struktur
sosial politik dan pemerintahan. Pengaruhnya hanya pada
wilayah perilaku manusia secara individu misalnya seperti
mode/tren pakaian.
Perubahan Sosial Pengaruhnya Besar
Perubahan sosial yang dirasakan oleh orang banyak
(institusi sosial) seperti misalnya perubahan dari agraris
menuju industri. Perubahan tersebut membawa dampak
pada perubahan struktur sosial yang ada. Dari struktur
sosial yang orientasi agraris menjadi industri. Contoh lain,
perubahan struktur politik pemerintahan otoriter menuju
politik pemerintahan demokratis mebawa dampak besar bagi
perubahan sikpa dan budaya politik masyarakat.
Perubahan Materiil dan Immateriil
Selain tipe-tipe perubahan sosial yang didiskusikan di
atas masih ada beberapa tipe perubahan sosial yang ditinjau
12

dari

perspektif

struktur

sosial

sebagaimana

yang

didiskusikan oleh Drs. Wawan Ruswanto, M.Si dalam buku


modul/bahan

ajar

(reviuwer

Juli

Astutik,

belum

dipublikasikan dalam bentuk buku). Berdasarkan teori-teori


perubahan sosial strukturasi Ruswanto menguraikan tipe
perubahan sosial berdasarkan perspektif struktur sosial
sebagai berikut.
1. Perubahan dalam personel (changes in personnel), yang

2.

3.

4.
5.

berhubungan dengan perubahan peran dan individu-individu


baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan
keberadaan struktur.
Perubahan
dalam
cara
bagian-bagian
dari
struktur
berhubungan (changes in the way parts of structures relate).
Perubahan pada tipe ini menyangkut hubungan-hubungan
peran (role relationships).
Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur (changes in the
functions of structures). Perubahan dalam tipe ini berkaitan
dengan apa yang dilakukan masyarakat dan bagaimana
masyarakat tersebut melakukannya.
Perubahan dalam hubungan antara struktur yang berbeda
(changes in the relationships between different structures).
Kemunculan struktur baru (the emergence of new structures).
Perubahan yang terjadi merupakan peristiwa munculnya
struktur baru untuk menggantikan struktur sebelumnya.

Tipe perubahan sosial yang dijelas Ruswanto di atas


menggunakan

pendekatan

struktural

fungsional

Talcott

Parson yang terfokus pada analisa peran struktur. Meskipun


banyak kritikan namun pendekatan tersebut memberikan
kontribusi banyak dalam memahami realitas sosial tentang
perubahan sosial. Sedikit banyak yang disampaikan oleh
Ruswanto di atas adalah fenomena riil yang terjadi pada
kehidupan masyarakat.
D. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Sudah menjadi kesepakatan umum perubahan sosial
dalam kehidupan masyarakat akan dan pasti terjadi baik
13

dengan lambat maupun cepat, terencana maupun tidak


terencana,

dan

berpengaruh

besar

maun

kecil.

Pertanyaannya apa faktor-faktor yang mendorong terjadinya


perubahan sosial? Sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan
ini telah melahirkan banyak teori.
Soejono Sukanto mengatakan perubahan sosial disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal.

Sebab-sebab yang

bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah antara lain:


1. Bertambah atau berkurangnya penduduk. Dengan
bertambahnya
perubahan
menyangkut

penduduk

struktur

menyebabkan

masyarakat,

lembaga-

lembaga

terjadinya

terutama

yang

kemasyarakatan.

Berkurangnya penduduk yang disebabkan oleh adanya


aktivitas transmigrasi juga berpengaruh pada perubahan
struktur masyarakat.
2. Penemuan- penemuan baru. Penemuan baru ditengah
kehidupan masyarakat berdampak luas pada cara hidup
masyarakat seperti misalnya pada pengolahan lahan
dengan menggunakan pacul/tembilang yang menguras
tenaga manusia lebih besar. Karena inovasi manusia, cara
tersebut mulai ditinggalkan dan digantikan dengan cara
baru, hasil temuan manusia yaitu pengolahan lahan
dengan menggunakan mesin traktor.
3. Pertentangan (conflict) didalam masyarakat. Konflik antar
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok
dapat berpengaruh besar pada perubahan sosial budaya
seperti misalnya pertentangan individu dengan tradisi
kebudayaan dilingkungan sekitar.
4. Terjadinya pemberontakan atau

revolusi.

Gerakan

revolusi berpengaruh lebih besar dalam perubahan sosial


dibandingkan penyebab lain. Karena revolusi merubah
bentuk dan struktur Negara dan pemerintahan.
14

Soetonomo (2009, 83) menjelaskan ada lima faktor


yang mendorong perubahan sosial diantaranya: sebagai
upaya pemecahan masalah sosial, percepatan perubahan,
proses

reintegrasi,

transformasi

struktur

memotong
dan

lingkaran

antisipasi

kemiskinan,

dampak.

Faktor

perubahan sosial tersebut oleh Soetonomo diistilahkan


sebagai perubahan sosial terencana menuju kondisi sosial
yang lebih baik.
1. Pemecahan Masalah Sosial
Soetomo

menguraikan

sebagaimana

diketehui,

masalah sosial kondisi yang tidak diharapkan, karena


mengandung unsur yang merugikan, baik fisik maupun non
fisik, atau merupakan pelanggaran terhadap norma maupun
standar sosial.
Masalah sosial juga dapat dikatakan sebagai penyakit
sosial yang meresahkan masyarakat bahkan negara seperti
misalnya tindakan teroris yang melakukan bom bunuh diri,
bom buku, bom senter, bom tarmos,dll terhadap tempat
umum atau individu. Ini menjadi masalah sosial ditengah
kehidupan masyarakat dan bernegara. Oleh karena itu
masyarakat, negara, dan pihak tertentu harus mengambil
langkah untuk merubah tindakan terorisme menjadi sesuatu
yang lebih baik dan dapat menciptakan keamanan dan
kedamaian.
2. Percepatan Perubahan
Definis

percepatan

perubahan

dalam

konteks

ini

adalah mendorong perubahan alami menjadi perubahan


terencanakan dengan tujuan dapat berubah lebih cepat.
15

Langkah ini diatur oleh struktur sosial yang memiliki


otoritas untuk mengatur dan mengarahkan struktur sosial
dibawahnya seperti misalnya untuk merubah pola pikir
tradisional masyarakat Baduy menuju pola pikir moderen
dengan cara alami cenderung lambat, oleh karena itu perlu
direncanakan oleh pemerintah terkait untuk merubah lebih
cepat melalui program pembangunan yang dianggap tepat.
3. Memotong Lingkaran Kemiskinan
Perubahasan sosial dalam model ini mengarah pada
pembangunan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang
berada

pada

merubah

lingkaran

menuju

kemiskinan

masyarakat

yang

diusahakan
sejahtera

untuk

sandang

pangan. Langkah ini tentu berawal dari inisiatif negara dan


didorong oleh kemauan keras masyarakat itu sendiri.
4. Transformasi Struktur dan Antisipasi Dampak
Berdasarkan perspektif struktural fungsional, kondisi
pembangunan sangat tergantung dari struktur sosial yang
ada. Jika struktur sosial korup maka pembangunan akan
bertumpu pada struktur sosial tertentu dan distribusi
kekuasaan terpusat pada struktur tertentu pula akhirnya
keadilan
kehidupan

yang

dinginkan

manusia.

tidak

Oleh

sebab

dapat
itu,

terwujud
perlu

dalam

dilakukan

perubahan atau reformasi struktur sosial menuju struktur


yang mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Good
and Political Will seluruh lapisan sosial utamanya negara
adalah hal utama yang harus dimiliki dalam melakukan
transformasi struktur serta menjaga struktur baru agar
berjalan dengan baik dan dapat mewujudkan cita- cita dan
tujuan yang dinginkan.
16

Faktor Penghambat Perubahan Sosial


Ada beberapa alasan atau faktor kenapa perubahan
sosial cenderung lambat dan bahkan jalan ditempat. Berikut
diuraikan penghambat perubahan sosial.
Kurangnya Hubungan Dengan Masyarakat Lain
Individu atau masyarakat yang tidak memiliki atau
tidak mau memiliki akses untuk berhubungan dengan
masyarakat lain. Dadot (2011) bahwa masyarakat tersebut
tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa
yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya. Jika hal
tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang
masa

maka

masyarakat

akan
yang

menyebabkan

bersangkutan,

kemunduran

sebab

mereka

bagi
tidak

memperoleh masukan-masukan misalnya saja pengalaman


dari

kebudayaan

lain,

yang

dapat

memperkaya

bagi

kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor


ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan masyarakat
atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang dapat
menghambat atau menghalangi bagi proses perubahan
sosial dan budaya di dalam masyarakat.
Tradisi dan Adat
Karena tradisi dan adat merupakan aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang dan dianggap sebagai
aktivitas yang sakral oleh masyarakat tertentu maka tidak
gampang
untuk
dirubah
meskipun
aktivitas
itu
mengorbankan harta bahkan jiwa seperti misalnya tradisi
Ngayau (potong kepala) suku Dayak Iban di Kalimantan
Barat.
Kepentingan Politik yang Tertanam Kuat
17

Negara negara yang memiliki sistem politik tertutup


(otoriter, monarki, sosialis) memiliki kepentingan politik
yang tertanam kuat akhirnya perubahan pada struktur
sangat sulit dilakukan termasuk pergantian pimpinan
negara.
Manusia Pasrah pada Nasib (takdir Tuhan)
Manusia seperti ini sulit untuk merubah hidup karena
prinsip yang dimiliki hidup tergantung tuhan sedangkan
manusia hanya menunggu dan menerima nasib/takdir.
Biasanya manusia yang berprinsip seperti ini tidak memiliki
wawasan luas tentang ketuhanan dan mereka berada jauh
dari akses pendidikan dan informasi.
E. Penutup, Mitos Pembangunan dan Perubahan Sosial
Pada bagian ini penulis mendiskusikan pembangunan
dan perubahan sosial perspektif kritis. Maksud dari topik ini
adalah

melihat

dan

menganalisa

pembangunan

dan

perubahan sosial yang sedang dan telah terjadi berdasarkan


pandangan kritis. Pembangunan di era globalisasi dan
modernisasi telah banyak yang melakukan kritikan. Karena
pembangunan di era tersebut menyampingkan hak asasi
manusia

(HAM)

dan

mengagungkan

teknologi

dan

industrialisasi.
Menurut Mansour Fakih (2006), teori pembangunan dan
globalisasi yang begitu diagung-agungkan oleh negara maju
telah gagal dalam mewujudkan tujuannya bagi negara di
Asia. Negara NIC (Newly Industrial Countries) yang menjadi
percontohan telah hancur dan tidak bisa bertahan diterpa
oleh

badai

Revolusipun

krisis
bukan

multidimensi
suatu

yang

langkah

melanda

yang

tepat

dunia.
dalam

pembangunan politik. Karena menurut Irma Adelman (dalam


Fakih, 2006: 66), 40-60 % penduduk di negara miskin
menjadi semakin buruk. Yang diperlukan adalah human
resource development untuk mencapai pertumbuhan dengan
18

pemerataan. Dengan pembangunan sumberdaya manusia


diharapkan akan dapat menumbuhkan kesadaran dan daya
kritis masyarakat terhadap proses pembangunan politik
(http://duniapolitik-wibiono.blogspot.com,2011).
Indonesia, salah satu contoh negara berkembang yang
melakukan pembangunan tetapi mengorbankan kepentingan
(masyarakat). Masyarakat digusur dari tempat tinggalnya
untuk kepentingan industri dan kapitalisme. Ambil contoh
kasus penggusuran di Surabaya seperti yang dimuat di blog
http://www.blogger.com/profile/18269832098847358043
sebagai berikut:

212 KK atau 50% dari jumlah KK warga korban


penggusuran stren kali jagir memilih menolak dan tidak
mau menempati rusun yang dipersiapkan. Realitas diatas,
dalam pandangan teori kebutuhan bertingkat psikologi
humanistik dilatar belakangi oleh asumsi bahwa tindakan
penggusuran menjadi ancaman pemenuhan kebutuhan
fisiologis (physiological needs) dan kebutuhan akan rasa
aman (need for self-security) sehingga bila tidak diimbangi
dengan mekanisme pertahanan (defence mechanism), maka
akan berpengaruh pada ketidak menentuan kondisi
psikologis yang tercermin dari kelainan perilaku sehari-hari.
Dengan demikian, tragedi penggusuran yang berdampak
pada ketidak menentuan kondisi psikologis warga korban
penggusuran tentu menjadi masalah yang memerlukan
langkah-langkah solutif agar normalisasi kondisi psikologis
warga minimal kembali pada kondisi sebelum terjadi
penggusuran. Namun untuk mempertajam langkah-langkah
solutif dipandang perlu menemukan gambaran perasaan
tertekan yang dialami oleh warga korban penggusuran.

Contoh di atas adalah sebagian kecil dari banyak kasus


penggusuran lainnya. Model pembangunan seperti ini yang
dikedepankan adalah kepentingan penguasa dan pengusaha.
Mol, Rumah Susun, Ruko, Perusahaan Tambang, kanorkantor

mewah,

gedung-

gedung

19

bertingkat,

semuanya

adalah

milik

penguasa

dan

pemodal.

Ironisnya,

pembangunan tersebut dibangun diatas penderitaan rakyat.


Bahan Bacaan :
Soetomo, Cetakan
Merangkai Sebuah
Yogyakarta.

1, 2009.
Kerangka.

Pembangunan Masyarakat
Penerbit Pustaka Pelajar

Soerjono Soekanto, Cetakan 1,


Pengantar. Penerbit Rajawali Pers.

1982.

Sosiologi

Suatu

Ruswanto, dkk, 2011. Modul Mata Kuliah Perubahan Sosial


Universitas Terbuka.
(http://duniapolitik-wibiono.blogspot.com,2011).
Perubahan Sosial dan Pembangunan oleh Prof. Dr. M. Tahir
Kasnawi dalam http://pustaka.ut.ac.id/web/index.php.

20

Anda mungkin juga menyukai