Di terima dan di setujui oleh pembimbing untuk diajukan kepada panitia ujian
Tugas Akhir Jurusan pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Negeri Manado.
Tim Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui :
Dekan
Ketua Jurusan
Fakultas Teknik
NIP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
kasihNya yang di limpahkan dalam kehidupan penulis. Penulis menyadari dan
memahami bahwa dalam perencanaan, penelitian dan perencanaan tugas akhir ini
hannya terjadi karena campur tangan dan perkenaan Tuhan Yesus.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat
bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karana itu perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. P.HAe. Tuerah, M.Si, DEA, Sebagai Rektor Universitas Negeri Manado di
Tondano
2. Dr. J.P.A. Runtuwene M.S., DEA sebagai dekan fakultas Teknik Universitas
Negeri Manado
3. Drs. M.M Mintjelungan, M.Si., dan Drs. W. Kumajas, masing-masing sebagai
pembantu Dekan I,III, fakultas Teknik.
4. Drs. D. Maukar, M.Eng. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, dan
juga sebagai pembimbing II yang banyak memberikan dorongan, meluangkan
waktu bahkan sumbangan pikiran dalam penulisan tugas akhir ini.
5. Drs. H.Sumarauw sebagai sekretaris Jurusan pendidikan Teknik Mesin yang
telah banyak membantu selama studi.
6. I.P. Tamba, S.Pd., ST., M.kes sebagai pembimbing I dalam penulisan Tugas
Akhir yang telah membimbing sampai selesai dan banyak memberikan sarang,
dorongan selama penulisan.
7. Drs. Y. Rampo, M.T. sebagai dosen pembimbing akademik yang banyak
membrikan dorongan selama studi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada saat ini sangat
pesat di segala bidang, yang secara pasti berpengaruh di segalah bidang termasuk bidang
otomotif. Perkembangan teknologi di bidang otomotif yang sangat pesat adalah
perubahan cara kerja mesin seperti dan sistem karburator menjadi Sistem Injeksi Bensin,
Sistem Pengapian Konvensional dengan menggunakan kontak pemutus menjadi
pengapian elektronik.
Yang sangat mendasar dan perkembangan tersebut adalah mendapatkan
optimalisasi daya pada motor sehingga hemat dalam penggunaan bahan bakar dan
menurunnya kadar emisi gas buang. Dan kondisi tersebut yang menjadi adalah
bagaimana mengurangi kadar gas buang pada kendaraan yang sangat berpengaruh pada
pemanasan global, mengingat jumlah armadanya yang semakin meningkat dan tahun ke
tahun khususnya transportasi darat. Maka dari itu antisipasi lebih dini dalam mengurangi
kadar emisi gas buang perlu untuk dilakukan.
Harus disadari bahwa kebutuhan akan kendaraan bermotor sekarang ini bukan
lagi menjadi kebutuhan mewah, dengan sendirinya angka kepemilikan kendaraan
bermotor meningkat drastis baik jenis kendaraan penumpang maupun kendaraan niaga,
maka kebutuhan akan bahan bakar meningkat pula sesuai dengan bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor tersebut.
Pada motor bakar yang memiliki lebih dan satu silinder sangat memerlukan
pengaturan kerja pada setiap silindernya. Hal ini berarti kita perlu mengatur sudut
pengapian (TIINING) untuk proses pembakaran di dalam ruang bakar dalam silinder
agar motor dapat berjalan dan bekerja dengan baik dan halus, oleh karena itu pengaturan
distributor sebagai pembagi dan penyalur anus tegangan tinggi ke setiap busi sesuai
dengan urutan pengapian (Firing Order) dan pemasangan kabel busi serta pipa slang
saluran bahan bakar pada motor bensin tidak boleh terbalik, karena hal itu dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal dan bahkan dapat mengakibatkan motor tidak dapat
bekerja.
Berangkat dan masalah tersebut di atas maka penulis merumuskan suatu judul
tugas akhir yaitu : ANALISIS PERUBAHAN TIINING TERRADAP KADAR GAS
BUANG DENGAN DAYA MOTOR PADA MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti menggolongkan/
mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai
berikut :
1. Prinsip kerja motor bensin 4 langkah
2. Cara kerja dan data-data sistem pengapian secara umum
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada di dalam motor
bensin, maka di dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis membatasi masalah
pada Analisis Perubahan Timing Terhadap Kadar Gas Buang Dengan Daya Motor
Pada Motor Bensin Empat Langkah.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perubahan Timing terhadap kadar gas buang.
2. Bagaimana daya yang dihasilkan motor bensin 4 langkah pada setiap
perubahan putaran.
E. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan Timing terhadap kadar gas
buang.
2. Mengetahui dengan jelas besarnya daya yang dihasilkan motor bensin 4
langkah pada setiap perubahan putaran.
F. MANFAAT PENULISAN
Hasil penulisan ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi sejauh mana pengaruh dan perubahan Tiining
terhadap kadar gas buang.
2. Memberikan informasi tentang hubungan antara parameter-parameter yang
ada, yaitu hubungan saat pengapian terhadap daya motor bensin.
3. Menambah pengetahuan tentang motor bensin, khususnya kadar gas buang
dan daya motor sebagai wawasan dan pengetahuan yang bisa kita aplikasikan
secara langsung dalam kehidupan kita sehari hari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. MOTOR BENSIN
Motor bensin yang menggerakkan mobil, sepeda motor dan jenis kendaraan lain
merupakan pengembangan dan penyempurnaan dan mesin yang sejak semula dikenal
Motor Otto, dimana motor tersebut dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi
digunakan untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik yang dipakai dalam proses
pembakaran gas campuran bahan bakar dan udara, sedangkan karburator merupakan
tempat pencampuran bahan bakar dan udara. Pencampuran tersebut terjadi karena bahan
bakar yang ada di dalam ruang pelampung karburator disemprotkan ke dalam arus udara
yang masuk karburator lewat lubang venturi (ruang yang diperkecil)
Gas campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam silinder (ruang
bakar) dimampatkan oleh torak sehingga tekanannya naik dari 1 bar ( tekanan udara
luar) menjadi I 1,5 MPa atau 10 15 bar, dengan bantuan loncatan bunga api pada
elektroda busi sebagai penyalaan maka terjadilah proses pembakaran. Pembakaran yang
terjadi di dalam silinder akan menghasilkan energi potensial tekanan (tenaga panas)
yang dapat mendorong torak untuk bergerak turun sehingga merubah energi potensial
tersebut menjadi energi mekanik.
Menurut cara kerjanya maka motor bensin dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
motor bensin empat langkah dan motor bensin dua langkah. Sedangkan untuk sistem
pencampuran dan pemasukan bahan bakar ke dalam silinder pada umumnya dengan
menggunakan karburator. Untuk konstruksi silinder dari motor bensin ada bermacammacam model, inisalnya model sebaris (In-Line Type), model Victory (V-Type), dan
model horizontal berlawanan arah (Horizontal Opposed Engine).
8. Katup
9. Pegas Katup
10. Torak
11. Pena Torak
12. Batang penghubung
13. Roda gaya
10
11
dalam keadaan tertutup. Oleh karena bergeraknya torak dari TMA menuju TMB
terjadi kevakuman dalam silinder sehingga mempunyai daya isap yang sangat
kuat, maka dengan sendirinya gas campuran bahan bakar dan udara yang berada
di dalam karburator akan terhisap masuk ke dalam silinder
b. Langkah Kompresi (Compression Stroke)
Pada langkah ini torak bergerak dan TMB menuju TMA, katup masuk dan katup
buang dalam keadaan tertutup. Sehingga gas campuran bahan bakar dan udara
yang telah terisap ke dalam silinder mesin tidak dapat keluar pada waktu ditekan/
dikompresi oleh torak, yang mengakibatkan tekanan gas ini akan mencapai
tekanan optimum yakni 10 - 15 bar dengan temperatur 300 - 600C, karena
semakin sempitnya ruangan di dalam silinder (ruang bakar). Beberapa saat
sebelum torak mencapai TMA gas campuran bahan bakar dan udara yang telah
mencapai tekanan optimum dibakar oleh bunga api dan busi.
c. Langkah Kerja (Power Stroke)
Gas-gas hasil pembakaran pada akhir langkah kompresi mempunyai temperatur
dan tekanan tinggi akan mengembang. Pengembangan gas tersebut menghasilkan
tekanan/ tenaga yang sangat kuat sekali ke segala bagian ruang yaitu bagian atasbawah dan bagian samping kanan - kiri dan ruang bakar. Bagian atas dan
samping kanan kiri dan ruang bakar dalam keadaan statis (diam), sedangkan
bagian bawah dalam keadaan dinamis (bergerak) yaitu torak, maka dengan
sendirinya torak akan di paksa menuju ke bawah dengan kuat yaitu bergerak dan
TMA menuju TMB. Pada saat ini pertama kali tenaga panas diubah menjadi
tenaga tekan pada torak (tenaga mesin). Tenaga ini kemudian disalurkan melalui
12
batang torak ke poros engkol diubah menjadi tenaga putar. Pada langkah ini
katup masuk dan katup buang dalam keadaan tertutup.
d. Langkah Buang (Exhaust Stroke)
Pada saat torak mulai bergerak dan TMB menuju TMA katup buang membuka
sedangkan katup masuk menutup dan sisa-sisa pembakaran tertekan oleh torak
melalui katup buang menuju udara bebas. Dengan terbuangnya gas sisa
pembakaran itu maka kerja ke empat langkah mesin 4 langkah selesai untuk satu
siklus.
Keterangan:
0 1 : Proses isap
1 2 : Proses kompresi
2 3 : Proses pembakaran
1 - 0 : Proses buang
13
14
Arus listrik pada baterai (Accu) bertlingsi path saat start dan memenuhi
kebutuhan listrik pada saat mesin mati kunci kontak on setelah mesin hidup
maka alternatorlah yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam
mobil. Pada umumnya baterai yang dipasang dipergunakan dalam mobil
mempunyai tegangan 12 Volt dan banyaknya sel baterai (jenis baterai basah)
adalah 6 buah, masing-masing mempunyai tegangan 2 Volt setiap selnya
dengan kapasitas antara 30 - 50 Amper. Jam (Ah)
15
d).
Distributor
16
Distributor merupakan salah satu alat dari sistem pengapian motor bensin
yang berguna untuk:
Membagi dan menyalurkan arus listrik tegangan tinggi yang diperoleh dan
koil pengapian ke busi-busi yang terdapat pada tiap silinder sesuai dengan
urutan pengapian (Firing Order) mesin.
Mengatur waktu datangnya letusan bunga api dari busi menurut ketentuan
saat pengapian.
Dalam suatu unit distributor itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu:
1) Bagian kontak platina (Contact Breaker)
Yaitu bagian yang berfungsi membuka dan menutupkan platina sehingga dapat
mengalirkan dan memutuskan anus listrik pada kumparan primer.
Keterangan gambar
1. Kam distributor
2. Kontak tetap (wolfram)
3. Kontak lepas ( wolfram)
4. Pegas kontak pemutus
5. Lengan kontak pem4us
6. Sekrup pengikat
7. Tumit ebonit
8. Kabel (dan koil -)
9. Alur penyetel
17
2
3
Keterangan gambar:
1. Dua foli aluminium
2. Dua foli isolator
2)
Tutup distributor
Fungsinya untuk penempatan terminal-terminal tegangan tinggi dimana
jumlah dan terminalnya sama dengan jumlah silinder ditambah satu terminal
kabel tegangan tinggi dan koil pengapian.
Rotor distributor
Rotor berfungsi untuk meneruskan tegangan-tegangan tinggi dan terminal
koil pengapian ke terminal busi pada tutup distributor.
18
3)
(TIINING) yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperoleh tenaga yang
maksimal Adapun mekanisme pengajuan pengapian dilakukan dalam tiga cara yaitu:
-
19
Keterangan Gambar:
1. Plat dudukan kontak pemutus
2. Batang penarik
3. Diafragma
-
4. Pegas
5. Langkah maksimum
6. Sambungan slang vakum
Sebelum bekerja
Saat bekerja
20
Bagian-bagian busi:
1. Terminal
2. Rumah busi
3. Isolator
4. Elektrode ( paduan nikel)
5. Perintang rambatan arus
6. Rongga pemanas
21
kunci kontak
primer koil
massa.
kontak pemutus
busi
massa.
22
kumparan
23
yang mutlak, bukan hanya waktu pengapian dasarnya, akan tetapi juga jumlah derajat
saat pengapian (Timing) yang lebih awal pada putaran tinggi.
Untuk lebih jelasnya tentang waktu pengapian dapat dilihat pada gambar berikut
Jika pernyataan dan gambar di atas disajikan dalam bentuk grafik maka dapat
digambarkan seperti pada grafik saat pengapian dan daya motor
Tekanan
TMA
b
c
c
a
TMA
Sebelum
Keterangan grafik:
a. Saat pengapian terlalu awal
Mengakibatkan detonasi / knocking, daya motor berkurang, motor menjadi
panas dan menimbulkan kerusakan ( pada torak, bantalan, silinder dan busi)
24
Untuk mengetahui hubungan antara waktu pengapian dan daya motor, dapat
dilihat pada gambar (2.19). Pada gambar ini, garis mendatar merupakan saat pengapian
sedangkan bagian kiri dapat dibaca sebagai daya motor. Pada diagramnya dapat dilihat
25
bahwa pada daya maksimal dan motor membutuhkan oktan sebesar 90, sedangkan
pemakaian bahan bakar di atas 1OO%. Bila pengapian (terjadi lebih awal lagi maka
untuk mencapai daya maksimum akan meningkatlah pemakian bahan bakar maupun
kebutuhan oktan dan motor. Peningkatan kebutuhan oktan adalah akibat dan belum
selesainya langkah pemampatan dan pembakaran. Karena itu tekanan dan suhu dalam
ruang bakar lalu meningkat. Bila pengapian dilakukan lambat, maka menurunlah
kebutuhan oktannya. Hal ini terjadi disebabkan oleh penurunan tekanan karena piston
telah bergerak ke bawah.
Gambar 2.19 Hubungan Saat Pengapian, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar
Sumber: Motor Bensin, BPM. Arends: 70
Pada motor yang mempunyai silinder lebih dan satu memerlukan pengaturan
kerja dari masing-masing silindernya. Hal ini berati kita perlu mengatur saat
pembakaran pada tiap-tiap silindernya agar motor dapat berjalan dengan baik dan halus.
misalkan pada motor bensin 4 langkah bersilinder 4 dengan pengaturan penyalaan 1 - 3 4 - 2. Maka urutan penyalaannya yaitu menurut urutan angka tersebut. Busi pada silinder
pertama dihubungkan dengan distributor pada nomor 1, busi pada silinder 3
dihubungkan dengan distributor nomor 3, pada silinder 4 dihubungkan dengan
distributor pada nomor 4, dan silinder nomor 2 dihubungkan dengan distributor nomor 2.
26
Sedangkan langkah pada setiap silindernya berbeda-beda, jika silinder pertama 0 0 - 1800
adalah langkah usaha, 1800 3600 adalah langkah buang, 3600 5400 sebagai langkah
isap, 5400 7200 sebagai langkah kompresi. Maka silinder ke tiga dimulai pada 1800
3600 langkah kompresi, dan langkah selanjutnya dengan selisih derajat poros engkol
1800, berikutnya silinder ke empat dimulai pada 360 0 5400 sebagai langkah isap,
sedangkan silinder ke dua dimulai pada 540 - 720 sebagai langkah buang dan disusun
menurut urutan pengapian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel urutan
pengapian sebagai berikut:
00
1800
3600
5400
7200
Silinder I
Isap
Kompresi
Usaha
Buang
Silinder II
Kompresi
Usaha
Buang
Isap
Silinder III
Buang
Isap
Kompresi
Usaha
Silinder IV
Usaha
Buang
Isap
Kompresi
Tabel 2.1
Sumber: Panduan Praktis Tune-Up Mesin Mobil, Drsl3oentaito, 2006: 29
Dari tabel di atas dilihat bahwa setelah langkah kompresi pada sudut 180 poros
engkol, akan terjadi langkah yang sama pada silinder berikutnya sesuai dengan urutan
pengapian dengan jarak pengapian 180, dan seterusnya.
Dalam kenyataannya besar sudut dan setiap Langkah tidak sebesar 180 poros
engkol, melainkan ada yang kurang dan ada yang lebih, dibuat demikian agar kerja dapat
berjalan lebih sempurna. Besarnya saat pengapian (Timing) untuk setiap jenis motor
akan berbeda, akan tetapi pada garis besarnya adalah sama.
Di bawah ini terdapat diagram katup yang dapat menunjukkan katup masuk
membuka dan menutup. l3egitu pula untuk proses lainnya.
27
Keterangan gambar
KIB
KIT
KBT
Katup hisap mulai terbaka pada sudut 150 sebelum titik mati atas (TMA) dan mulai
menutup setelah 600 dan titik mati bawah (TMB). Jadi langkah hisapnya sebesar:
15 + 180 + 60 = 255Poros Engkol. Besarnya langkah tersebut untuk setiap jenis
motor tidak sama, ada yang lebih besar dan ada yang lebih kecil. Perlu diketahui
pula bahwa langkah hisap dibuat demikian besarnya agar gas campuran bahan bakar
dan udara yang masuk silinder menjadi lebih besar (lebih maksimal).
Langkah kompresi dilakukan setelah langkah hisap. Jadi besarnya langkah kompresi
adalah 180 - 60 = 120Poros engkol.
Pembakaran gas campuran bahan bakar dan udara atau busi mulai menyala dan sudut
15 sebelum mencapai titik mati atas (TMA) sampai mencapai titik mati atas, jadi
menyalanya busi tidak tepat berada pada titik mati atas. Dibuat demikian agar
28
pembakaran gas campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar lebih sempurna
sehingga setelah torak tepat mencapai titik mati atas, semua gas campuran tersebut
telah terbakar semuanya.
-
Langkah kerja dimulai pada titik mati atas sampai katup buangnya mulai terbuka
yaitu pada sudut 600 sebelum titik mati bawah. Jadi besar langkah kerjanya; 1800 600 = 1200
Katup buang mulai terbuka pada sudut 600 sebelum titik mati bawah (TMB) dan
menutup pada sudut 150 setelah titik mati atas (TMA). Jadi besar Langkah buangnya
adalah 60 + 180 + 15 = 255, Langkah buang dibuat demikian besarnya agar gas
sisa pembakaran dapat terbuang lebih banyak.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ada kebersamaan antara katup hisap dan
katup buang terbuka dalam waktu bersamaan (Over Lap) yang disebut sudut gerak
gunting, yaitu sebesar 15 + 15 = 300 ini terjadi di daerah titik mati atas (TMA). Pada
umumnya sudut pembukaan katup hisap buang adalah antara 240 0 2800 PE, dan
besarnya sudut gerak gunting 200 800 PE.
29
Dari data standar kadar gas buang motor bensin yang dapat diukur dengan
pengetes emisi gas buang (Technotest) dapat dilihat pada tabel berikut:
No.
1
2
3
4
5
Tanpa Katalisator
4 % max
400 PPM max
12 % - 15 %
0,5 % - 2 %
0,95 1,05
Dengan Katalisator
2 % max
100 PPM max
13 % - 16 %
0,3 % - 2 %
0,97 1,03
Emisi gas buang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Emisi gas
buang hasil pembakaran motor bersifat beracun yang terdiri atas; Carbon monoksida
(CO), Hidrokarbon (HC), Nitrogen monoksida (NOx), Senyawa Timah hitam (Pb),
Karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan gas beracun pada emisi gas buang,
hanya beberapa yang dapat diuji melalui alat Technotest yaitu; HC, CO, CO2 dan 02.
dengan menganalisa kondisi CO. CO2 dan 02. Maka kita dapat menganalisa pembakaran
di dalam ruang bakar, yang secara otomatis kita juga dapat melihat performance motor.
30
E. Daya Motor
Daya yang dihasilkan dinyatakan dalam daya kuda (HP) atau kW persatuan langkah,
yang dapat dihitung berdasarkan rumus:
Ne = Ni . m (PS) ............................................ (Eka Yogaswara, hal 62)
Dimana Ni (daya indikator) di dapat dari rumus:
2
1
D .Pm.L. n.z
Ni = 4
PS ................................... (Eka Yogaswara, hal
2
450.000
62)
Keterangan:
Ni: daya indikator (HP)
D : diameter torak (cm)
Pm : tekanan rata-rata (kg/cm2)
L : panjang langkah torak (cm)
n : putaran engkol (rpm), ditentukan sebesar 800, 1000, 2000, 3000 dan 4000
rpm
31
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. OBYEK PENELITIAN
Untuk memperjelas obyek penelitian yang digunakan, agar tidak terjadi
pelebaran ruang lingkup permasalahan dan sebagai pertimbangan spesifikasi mesin uji
coba, maka dalam penelitian ini ditetapkan menggunakan mesin Toyota Kijang dengan
spesifikasi mesin sebagai berikut:
Merek mesin
: Toyota Kijang 5K
Volume silinder
: 1500 CC
Buatan tahun
: 1992
Diameter silinder
: 80,05 mm
Langkah torak
: 85,2 mm
Bahan bakar
: Preinium (Bensin)
Celah busi
: 0,80 mm
Tekanan kompresi
Perbandingan kompresi
: 8,3 : 1
B. RENCANA PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan di bengkel Toyota Kombos Manado. Penelitian ini
dilakukan secara observasi dengan menggunakan metode penelitian eksperimen, dimana
untuk mengetahui pengaruh perubahan saat pengapian adalah:
32
: Premium
: Konvensional ( Kontak Pemutus )
: 28o C
: 125 ml
: 1 Bar
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Putaran
Mesin
800
1000
2000
3000
4000
800
1000
2000
3000
4000
800
1000
2000
3000
4000
800
1000
2000
3000
4000
Sudut (0)
CO (%)
00
50
100
150
33
O2
C. PERSIAPAN PENGUJIAN
Sebelum melaksanakan pengujian hal penting yang harus diperhatikan adalah:
1. Mempersiapkan mesin yang akan digunakan.
2. Mengisi bahan bakar secukupnya dan memeriksa air pendingin pada radiator.
3. Mengontrol saluran minyak dan tangki ke karburator untuk meyakinkan terhadap
gangguan kebocoran.
4. Menetapkan variabel kontrol, yaitu menyetel sesuai dengan spesifikasi
mesin,yaitu;
a. Sudut dwell pada putaran idle
b. Saat pengapian pada 00(Pas di TMA), 00, 50, 100, 150, sebelum TMA
5. Pastikan bahwa kondisi kerja mesin normal dengan cara menghidupkan mesin
dan melakukan pemanasan awal, persiapkan lembar pengamatan secukupnya.
E. PROSEDU1 PENGUJIAN
Dalam penelitian katup gas (Throttle Valve) terbuka penuh, kemudian
memberikan beban untuk menetapkan variabel speed yang berubah-ubah dan putaran
1000 sampai putaran 4000, di mana hal ml dimaksudkan untuk mengetahui besarnya
daya yang dihasilkan mesin pada putaran tertentu dan emisi gas buang yang dihasilkan
dari hasil pembakaran bahan bakar. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengambilan data pengujian ini adalah:
1. Menghidupkan mesin dengan mengatur posisi stop kontak pada posisi ON
dan mengatur katup gas beberapa derajat sesuai dengan kebutuhan kemudian
di starter.
34
2. Pada putaran idle, yaitu putaran normal tanpa beban, sekitar 750 rpm,
dilakukan pemanasan awal kurang lebih 5 menit. Hal ini untuk meyakinkan
kondisi kerja mesin dan untuk mencapai temperatur kerja mesin.
3. Untuk memulai pengambilan data pertama-tama melakukan pengukuran
putaran mesin dan torsi, dimana hal ini bisa dilakukan dengan membuka
katup gas perlahan-lahan sampai terbuka penuh. Kemudian memberi beban
lengan rem prony pada Tachometer untuk mendapatkan putaran mesin
tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Pertahankan mesin pada putaran
mesin tersebut, catat data pada lembar kerja. Demikian pula lihat jarum pada
dinamometer dan catat pula hasil penunjukannya.
4. Matikan mesin apabila pengujian telah selesai, bebaskan beban dan turunkan
putaran mesin dengan menurunkan katup gas secara perlahan-lahan.
Kemudian putar stop kontak pada posisi OFF.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. SPESIFIKASI MOTOR
Merek mesin
: Toyota Kijang 5K
Volume silinder
: 1500 CC
Buatan tahun
: 1992
Diameter silinder
: 80,05 mm
Langkah torak
: 85,2 mm
Bahan bakar
: Preinium (Bensin)
Celah busi
: 0,80 mm
Tekanan kompresi
Perbandingan kompresi
: 8,3 : 1
Perubahan putaran ditentukan 800, 1000, 2000, 3000 dan 4000 rpm
Dari penelitian yang dilakukan di CV. Toyota Kombos Manado didapat data-data
seperti terlihat pada tabel. Dari data tersebut diolah dengan cara menggambarkan dalam
36
bentuk grafik yang kemudian di interpretasikan agar mudah dipahami dengan urutan
sebagai berikut:
Putaran
1
2
3
4
5
800
1000
2000
3000
4000
Saat Pengapian
50
100
0.20
0.38
0.65
1.01
1.44
1.53
2.92
1.20
3.82
1.11
00
0.78
1.78
1.94
2.53
3.96
150
0.25
0.63
1.78
3.67
5.06
Gambar 4.1
Grafik Hubungan Antara Karbon Monoksida (CO) vs Putaran
37
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena terjadi campuran bahan bakar yang gemuk atau
kaya sehingga bahan bakar tidak terbakar seluruhnya sehingga menimbulkan kadar CO
yang tinggi.
Dengan semakin meningkatnya putaran dari mesin maka kadar CO yang
dikeluarkan akan semakin membesar pada sudut pengapian selain 15 0. Hal ini
disebabkan karena semakin cepat putaran mesin maka waktu pembakaran semakin
singkat dan proses pembakarannya pun semakin baik.
Putaran
1
2
3
4
5
800
1000
2000
3000
4000
Saat Pengapian
50
100
11.9
11.9
10.6
10.6
12.2
12.0
11.7
12.6
11.6
13.1
0
10.6
11.8
11.7
11.9
11.5
150
11.3
10.3
12.0
11.2
10.5
38
Gambar 4.2
Hubungan Antara Karbon Dioksida (C02) vs Putaran
Dari gambar 4.2 dapat dilihat dengan semakin meningkatnya perbandingan sudut
pengapian dengan putaran motor, maka semakin meningkat pula kadar C0 2 yang terjadi.
Hal ini disebabkan oleh sudut pengapian yang tinggi campuran bahan bakar dan udara
terbakar hampir sempurna sehingga gas yang terbentuk adalah gas C0 2. Pada sudut 150
campuran bahan bakar dan udara mendekati campuran yang sebanding atau campuran
yang ideal sehingga hampir seluruh campuran bahan bakar dan udara terbakar dengan
sempurna sehingga gas oksigen dan karbon monoksida yang terbentuk akan semakin
kecil.
39
3.
Putaran
1
2
3
4
5
800
1000
2000
3000
4000
Saat Pengapian
50
100
3.6
3.3
4.7
4.5
2.4
2.1
0.9
1
0.4
0.7
0
5
5.8
1.4
1
0.4
150
4.1
5.2
1.7
0.7
0.4
Gambar 4.3
Grafik Hubungan Antara Oksigen (02) vs Putaran
Pada gambar 4.3 dapat kita lihat kadar emisi oksigen mengalami penurunan
dengan semakin meningkatnya perbandingan sudut pengapian dengan putaran motor.
Hal ini disebabkan oleh dengan semakin banyaknya campuran bahan bakar dengan
40
udara yang terbakar dengan sempurna maka oksigen yang digunakan pada waktu
pembakaran bereaksi dengan karbon dan menghasilkan gas C0 2 yang merupakan hasil
dari suatu pembakaran sempurna.
Pada gambar 4.3 dapat kita lihat dengan semakin meningkatnya putaran mesin
maka semakin menurun pula gas oksigen (O2) yang dikeluarkan melalui knalpot. Hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan oksigen yang akan digunakan
untuk melakukan proses pembakaran di dalam ruang bakar. Dengan semakin banyak
oksigen yang terbakar maka semakin, sedikit pula oksigen yang dikeluarkan.
4.
Putaran
1
2
3
4
5
800
1000
2000
3000
4000
Saat Pengapian
50
100
0.21
0.24
0.15
0.19
0.1
0.17
0.17
0.16
0.18
0.15
0
0.32
0.17
0.17
0.17
0.19
150
0.24
0.18
0.17
0.2
0.22
41
Gambar 4.4
Hubungan Antara Hidrokarbon (HC) vs Putaran
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa dengan semakin meningkatnya putaran motor
terhadap tiap sudut pengapian maka semakin menurun pula kadar HC yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan pada perbandingan sudut dan putaran yang lebih besar terjadi
pembakaran yang makin sempurna sehingga bahan bakar yang merupakan mata rantai
hidrokarbon bereaksi dengan sempurna dengan oksigen sehingga membentuk gas karbon
dioksida (C02) dan air (H20) sehingga kadar HC yang dikeluarkan oleh mesin akan
semakin berkurang.
42
Dari kandungan kadar gas buang tersebut dapat diidentifikasi bahaya gas buang
sebagai berikut :
1. Bagi Kesehatan Manusia
a.
HC dan NOx
b. CO dan NOx
c. HC dan CO
: mengakibatkan pusing
Pb
b. Gas SOX : Sulfur Oksida menimbulkan hujan asam yang berakibat menurunnya
kesuburan tanah dan mematikan ikan di anak.
43
D.
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 800 x 4
4
2
450.000
8.633.312,62
450.000
= 19.1851 PS x O,986
= 18,92 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 18,92 x 70 %
Ne = 13,244 HP
44
Dengan cara seperti di atas maka diperoleh hasil perhitungan data seperti pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Daya Motor
No.
1
2
3
4
5
Putaran
800
1000
2000
3000
4000
Daya
13,42
16,55
33,10
49,66
66,21
E. PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan dan analisa data di atas, maka dapat dikatakan bahwa semakin
besar saat pengapian (TIMING) ternyata dapat mempengaruhi terhadap besar-kecilnya
kadar emisi gas buang pada motor bensin jenis TOYOTA Kijang 5-K.
Oleh karena itu dengan penyetelan saat pengapian (TIMING) yang tidak tepat
(misalnya terlalu awal), maka akan menyebabkan langkah kompresi belum sampai
langkah maksimal, busi sudah memercikkan bunga api listrik. Hal ini menyebabkan
pembakaran yang terjadi terlalu dini, yang mana dapat mengakibatkan gas campuran
bahan bakar dan udara yang ada dalam ruang bakar tidak dapat terbakar semua
(pembakaran menjadi tidak sempurna). Sehingga sebagian bahan bakar yang tidak
terbakar pada proses pembakaran tersebut akan ikut terbuang dengan percuma melalui
saluran gas buang (Exhaust Manifold). Begitu pula halnya bila penyetelan saat
pengapian (TIMING) terlalu lambat. Namun hal inilah yang menyebabkan pemakaian
bahan bakar dari motor menjadi variatif (ada yang boros dan ada juga yang irit), karena
45
memang penyetelan sudut timingnya pun juga bervariasi ada yang terlalu cepat, ada
yang tepat, dan ada pula yang terlalu lambat.
Selain itu, penyetelan waktu pengapian yang tidak tepat akan menyebabkan putaran
mesin cenderung berkurang, sedangkan dalam penelitian ini putaran mesin harus tetap
konstan untuk 800 rpm, 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm atau 4000 rpm. Oleh karena
turunnya putaran mesin tersebut, maka untuk menaikkan putaran mesin agar kembali
mencapai 800 rpm, 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm atau 4000 rpm, caranya ialah dengan
menambah pembukaan posisi katup gas.
Dengan semakin meningkatnya putaran mesin / motor maka semakin besar pula daya
yang dihasilkan. Dengan demikian perubahan putaran akan berubah pulah daya yang
dihasilkan motor.
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengapian pada motor
bensin mobil kijang tipe 5K, 1500 cc dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pada saat 100 Poros Engkol yang mempunyai hasil kadar
1.
emisi gas buang yang paling baik dibandingkan dengan saat pengapian yang
lain ( 00, 50, dan 150) dengan putaran motor yang paling bervariasi. Hal ini
dapat dilihat dengan semaki meningkatkan kadar CO 2 dan semakin
menurunnya kadar O2, HC, dan CO.
2.
3.
4.
47
B. SARAN
Setelah penulis melakukan pengujian dan analisis data, penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1.
Agar data yang diperoleh dapat lebih akurat sebaiknya terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen yang digunakan dalam
pengujian.
2.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Lampiran 1
D. PERHITUNGAN DAYA MOTOR
Untuk daya motor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pada Putaran 800
Ne = Ni . m (PS) ............................................ (Eka Yogaswara, hal 62)
Dimana Ni (daya indikator) di dapat dari rumus:
2
1
D .Pm.L. n.z
Ni = 4
PS ................................... (Eka Yogaswara, hal 62)
2
450.000
2
1
D .Pm.L. n.z
Ni = 4
Ps
2
450.000
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 800 x 4
= 4
2
450.000
8.633.312,62
450.000
= 19.1851 PS x O,986
= 18,92 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 18,92 x 70 %
Ne = 13,24 HP
50
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 1000 x 4
4
2
450.000
10.791.640,77
450.000
= 23,981 PS x O,986
= 23,65 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 18,92 x 70 %
Ne = 16,55 HP
51
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 2000 x 4
4
2
450.000
21.583.281,55
450.000
= 47,963 PS x O,986
= 47,291 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 47,291 x 70 %
Ne = 33,10 HP
52
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 3000 x 4
4
2
450.000
32.374.922,32
450.000
= 71,944 PS x O,986
= 70,936 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 70,936 x 70 %
Ne = 49,66 HP
53
3,14
1
x8,005 2 x12,59 x8,52 x 4000 x 4
4
2
450.000
43166563,09
450.000
= 95,926 PS x O,986
= 94,583 HP
Daya Efektif :
Ne = Ni x m
= 94,583 x 70 %
Ne = 66.21 HP
54