II - 1
3.
Bolaang Mongondow);
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Posigadon (Kabupaten
4.
dengan
Kecamatan Atinggola
(Kabupaten
Gambar II.2
Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
1
II - 2
Lokasi
stasiun
Jumlah
Bulan
Q%
Iklim
Kering
1052,15
100
Bintauna
2
1813,70
22,
2
Pangkusa
3
1204,78
40
1595,95
12,
II - 3
5
5
Bumbung
6
7
1218,05
66,
7
2107,83
25
1092,63
66,
7
Dari data
tersebut terlihat kecenderungan bahwa curah hujan di wilayah hilir lebih tinggi di
bandingkan dengan daerah hulu.
Tabel II.2. Rata-Rata Curah Hujan(mm) Di Wilayah Hilir DAS
Sangkup-Langi (Stasiun penakar hujan Buko)Tahun 2002-2008.
Bulan
Tahun
Jan
FeP
Mar
Apr
Me
i
0.27
0.00
0.00
0.1
0
Jun
Jul
Aug
Se
p
Ok
t
No
v
De
s
0.1
9
2.33
0.5
5
2002
7.13
0.54
1.48
0.47
1.3
5
2003
4.55
4.29
2.48
1.20
3.1
0
1.67
0.71
0.68
2.0
0
1.9
7
2.17
6.8
1
2004
5.35
4.76
2.42
0.97
2.8
4
0.50
0.81
0.26
0.0
0
0.5
5
1.43
2.8
9
2005
11.74
3.52
2.10
2.27
3.0
0
1.43
0.00
0.61
1.2
7
2.4
8
4.47
2.8
1
2006
7.16
8.18
6.45
1.90
2.5
7.00
0.29
0.00
0.3
0.0
1.97
3.7
II - 4
8
2007
10.61
2008
7.18
6.13
7.32
3.39
3.52
1.37
0.0
0
4.60
0.9
0
4.83
2.33
1.77
3.35
1.45
1.6
3
2.3
9
4.03
4.8
0
3.0
0
7
6.13
5.3
2
3.43
7.1
6
9.53
0.43
0.00
0.96
4.53
1.77
2003
3.76
1.99
1.80
5.00
1.41
5.26
0.00
2.64
2.06
0.10
3.70
2004
2005
3.51
0.00
1.65
4.65
4.13
5.25
2006
7.23
0.67
1.34
0.00
0.00
0.00
2007
12.52
3.06
4.03
2.25
6.34
8.92
2008
7.01
1.05
1.35
1.56
7.13
10.85
2.1.3. Temperatur
Rata-rata temperatur udara bulanan berkisar antara 28 oC - 30oC dengan
suhu udara rata-rata bulanan 29oC (BPP- Bintauna). Suhu terendah terjadi pada
bulan November/Desember dan tertinggi Bulan Juni/Juli. Secara umum pola
sebaran suhu udara mengikuti pola penyebaran lama penyinaran matahari. Makin
lama penyinaran, suhu udara cenderung meningkat.
2.1.3.1.
Kelembaban Udara
II - 5
proses
hilangnya
air
dari
permukaan/vegetasi.
Tingkat
evapotranspirasi di wilayah DAS Sangkup cukup tinggi dengan rata-rata tahun 4,6
mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi
pada bulan Oktober - November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan
Juni yang mencapai 3,7 mm/hari (PPLH-SDA, 2007).
2.1.7. Topografi, Jenis dan Struktur Tanah
Adapun kondisi topografi tanah di Bolaang Mongondow Utara datar sampai
berombak (25%), berombak sampai berbukit (40%) dengan keadaan tanah yang
tergolong subur. Secara umum kondisi topografi tanah di kecamatan Sangkup rata
dan yang berbukit di desa Sidodadi hingga 170 m dpl dan desa Pangkusa hingga
II - 6
50 m dpl. Di kecamatan Bintauna pada umumnya rata dan yang berbukit hanya di
desa Mome dan Huntuk s/d 8 m dpl. Di kecamatan Bolangitang Timur juga
sebagian besar dataran kecuali desa Mokodidek berbukit 60 m dpl dan desa
Biontong 18 m dpl. Wilayah berbukit juga terdapat di desa Solo dan Komus Dua
kecamatan Kaidipang 15 m dpl, dan desa-desa Komus satu dan Batutajam
kecamatan Pinogaluman 25 m dpl diatas permukaan laut.
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: iklim, bahan
induk, topografi, organisme, dan waktu. Diantara lima faktor tersebut, bahan induk
dan topografi tampaknya berpengaruh lebih dominan, sehingga dijumpai sifat-sifat
tanah yang bervariasi. Faktor iklim yang cukup kering, pengaruhnya relatif
seragam untuk seluruh daerah penelitian.
Tanah-tanah
di
daerah
penelitian
terbentuk
dari
bahan
induk
aluvium/endapan, marin, alluvium & koluvium, breksi dan batu pasir, lavilli, abu
dan batuapung, breksi dan lava, tufa, dan breksi andesit, pada kondisi iklim basah
dengan bentuk wilayah datar hingga bergunung. Ketiga faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap proses pembentukan dan sifat-sifat tanahnya.
Gambar II.3
Proporsi Luas Beberapa Jenis Tanah di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
II - 7
Gambar II.4.
Peta Jenis tanah di kabupaten Bolaang Mongondow Utara
2.1.8. Hidrologi
Secara hidrologis, wilayah kabupaten Bolaang Mongondow Utara
termasuk dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Sangkup Langi. Luas
SWP DAS Sangkub Langi adalah 287.019 Ha, yang terbagi dalam 8 SWP Sub
DAS, yaitu:
a)
SWP Sub DAS Ayong memiliki luas 32.902 Ha yaitu sekitar 11.46 % dari luas total
DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Ayong memiliki 8 sungai yang secara
individual mengalir ke Laut Sulawesi. Di antaranya adalah sungai-sungai Ayong,
Modapaan, Pangi, Sauk, Bayabuta dan Baturapa. Sungai Ayong dipilih menjadi
sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang
lainnya.
II - 8
b)
SWP Sub DAS Biontong memiliki luas 21.333 Ha yaitu sekitar 7.43 % dari luas
total DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Biontong memiliki 6 sungai yang secara
individual mengalir ke Laut Sulawesi. Diantaranya adalah sungai-sungai Bohabak,
Biontong, Mome, dan Nono. Sungai Biontong dipilih menjadi sungai utama karena
memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya.
c)
SWP Sub DAS Biyou memiliki luas 42.906 Ha yaitu sebesar 14.95% dari total luas
DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Biyou memiliki outlet pada sungai Sangkub.
Sungai Biyou merupakan cabang sungai dari sungai Sangkub.
d)
SWP Sub DAS Bolangitang memiliki luas 53.691 Ha yaitu sebesar 18.71% dari
total luas DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Bolangitang memiliki 16 sungai
yang secara individual mengalir ke Laut Sulawesi. Diantaranya adalah sungai
Keakar, sungai Nunuka, sungai Saleo, dan Sungai Bolangitang. Sungai
Bolangitang dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang
terpanjang diantara yang lainnya.
e)
SWP Sub DAS Gambuta memiliki luas 35.061 Ha yaitu sebesar 12.22% dari total
luas DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Gambuta memiliki outlet pada sungai
Sangkub. Sungai Gambuta merupakan cabang sungai dari sungai Sangkub.
a)
SWP Sub DAS Lolak
SWP Sub DAS Lolak memiliki luas 20.582 Ha yaitu sebesar 7.17% dari total luas
DAS Sangkub Langi. Terdapat 3 sungai pada SWP Sub DAS Lolak yang mengalir
menuju Laut Sulawesi yaitu sungai Dulangon, sungai Motobang, dan sungai Lolak.
Sungai Lolak dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang
terpanjang diantara yang lainnya.
f)
SWP Sub DAS Maelang memiliki luas 15.715 Ha yaitu sebesar 5.48% dari total
luas DAS Sangkub Langi. Terdapat 22 sungai pada SWP Sub DAS Maelang yang
mengalir menuju Laut Sulawesi diantaranya sungai Pangi, sungai Domisil, sungai
II - 9
SWP Sub DAS Sangkub memiliki luas 64.830 Ha yaitu sebesar 22.59% dari total
luas DAS Sangkub Langi. Hanya terdapat satu sungai pada SWP Sub DAS
Sangkub yang mengalir menuju Laut Sulawesi yaitu sungai Sangkub.
2.1.9. Morfologi dan Kemiringan Lereng
Kondisi
morfologi
wilayah
kabupaten
Bolaang
Mongondow
Utara
Tabel II.4
Proporsi Luas bentuk Wilayah di kabupaten Bolmut
Kelas lereng
Luas, ha
II - 10
Datar
29,527.73
Landai
5,765.40
Agak Curam
30,433.19
Curam
80,530.10
Sangat Curam
46,894.52
Catatan : tidak terdapat tabel dan peta DAS,serta tabel kondisi air tanah
2.2.
Kondisi Demografi
Luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah 185.686 ha
(1.856,86 km) 12,3% dari luas Sulawesi Utara. Terbagi atas 6 Kecamatan dan
91 Desa/Kelurahan, sedangkan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
hingga akhir Tahun 2010 berjumlah 70.762 jiwa, yang terbagi menurut jenis
kelamin Laki-laki 36.061 jiwa dan Perempuan 34.701 jiwa.
Keadaan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara datar sampai
berombak (25%), berombak sampai berbukit (40%) dengan keadaan tanah yang
tergolong subur. Kecamatan Sangkub rata, sedangkan yang berbukit terletak di
Desa Sidodadi hingga mencapai 170 m dpl dan Desa Pangkusa hingga 50 m dpl.
Kecamatan Bintauna pada umumnya rata, sedangkan yang berbukit terletak di
Desa Mome dan Huntuk hingga mencapai 8 m dpl. Kecamatan Bolangitang Timur
juga sebagian besar dataran, kecuali terletak di Desa Mokoditek bergelombang
sampai benrbukit 60 m dpl dan Desa Biontong 18 m dpl. Sedangkan
Kecamatan kaidipang terdapat beberapa Desa yang berbukit yaitu Solo dan
Komus Dua 15 m dpl.Kecamatan Pinogaluman topografi berbukit terdapat pada
Desa Komus Satu dan Batutajam mecapai 25 m dpl diatas permukaan laut.
Terdapat 2 gunung di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, yaitu gunung
Gambuta dengan ketinggian 1.954 M sedangkan yang paling rendah adalah
gunung Paupau dengan ketinggian 1.815 M dengan letak di Kecamatan
Bolangitang.
2.1. Sebagai daerah yang terletak pada lintasan garis Katulistiwa, Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara memiliki suhu 200 C - 320 C. Mengenal dua
musim saja sebagaimana umumnya wilayah tropis yaitu musim kemarau
dan musim hujan yang selalu basah dan banyak hujan. Curah hujan di
daerah ini cukup tinggi dapat mencapai 211,17 mm per tahun, dan terendah
pada bulan Agustus yaitu 61,00 mm. dengan kondisi iklim seperti ini maka
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di untungkan khususnya di sektor
II - 11
Tabel II.5
Luas Wilayah Perkecamatan dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Tahun 2011.
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Luas (km)
Kepadatan Penduduk
(Org/Km)
Sangkub
8.906
567,85
15,68
Bintauna
12.654
348,94
36,26
Bolangitang Timur
Bolangitang Barat
12.859
14.042
12.334
293,75
445,64
85,09
43,78
31,51
144,95
Kaidipang
Pinogaluman
Total
9.898
115,59
85,63
70.693
1.856,86
38,07
II - 12
No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
4.606
6.475
4.300
6.179
8.906
12.654
107.12
104.79
6.288
6.814
6.049
4.812
12.859
14.042
12.334
9.898
104.50
106.08
103.90
105.69
34.442
70.693
105.25
Sangkub
Bintauna
Bolangitang Timur
Bolangitang Barat
Kaidipang
6.571
7.228
6.285
5.086
Pinogaluman
Total
36.251
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
3.685
3.548
7.233
5-9
4.368
4.006
8.374
10 - 14
3.851
3.455
7.306
15 - 19
2.146
2.966
6.112
20 - 24
2.333
2.305
4.638
25 - 29
2.813
2.778
5.591
UMUR
0-4
II - 13
30 - 34
2.866
2.846
5.712
35 - 39
3.104
2.846
5.950
40 - 44
2.512
2.301
4.813
45 - 49
2.101
2.061
4.162
50 - 54
1.761
1.586
3.347
55 - 59
1.293
1.229
2.522
60 - 64
855
822
1.677
65 - 69
654
679
1.333
70 - 74
437
475
912
75 +
472
539
1.011
Jumlah
36.251
34.442
70.693
Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011.
Tabel II.8
Posisi Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara
Jenis Kota
Terendah
Rata-rata
Kota Metropolitan
3,99 %.
-1,41 %.
1,66 %
Kota Besar
7,57%
-1,65 %.
2,86 %
Kota/Kabupaten
Sedang
6,06 %
-1,76 %.
1,64 %.
Kota/Kabupaten
Kecil
3,87 %
0,86 %.
2,3 %
Kab. Bolaang
Mongondow
Utara
Kota/Kabupaten di
Indonesia
2,22%
1,82%
Gambar II.6
Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2003-2009
II - 14
tergolong
sebagai
Kabupaten
Kecil
dimana
tingkat
Tabel II.9
Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009
Agama / Kepercayaan
No
Kecamatan
Jumlah
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Sangkub
6.522
2.819
62
Bintauna
10.696
2.138
9.472
3.022
14.232
Kaidipang
10.099
1.259
Pinogaluman
9.113
1.239
Budha
-
Lainnya
-
9.403
12.845
12.499
14.232
70
11.428
10.355
II - 15
Jumlah / Total
60.134
Prosentase
84,98%
10.477
14,81%
143
0,20%
0,01%
0,01%
70.762
0,00%
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2009, di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara tercatat sebanyak 1.332 pencari kerja terdaftar di Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dari
tabel dibawah ini dapat diketahui juga bahwa di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara masih banyak terdapat pengangguran intelektual
(65,54%).
Tabel II.10
Jumlah Pencari Kerja Terdaftar yang Belum Ditempatkan Menurut
Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009.
Pencari Kerja Terdaftar
No
Jenis Pendidikan
Laki-Laki
Perempuan
Total
Prosentase
(%)
SD
0,15%
SLTP
0,08%
SLTA
60
8
0
140
10,51%
106
21
0
316
23,72%
Sarjana
602
27
1
873
65,54%
771
561
1.332
100,00%
Jumlah
Catatan : tabel jumlah penduduk kab. Bolmut tidak 3-5 tahun hanya tahun
2011, serta tidak ada proyeksi jumlah penduduk 5 tahun mendatang.
2.3.
II - 16
2.
3.
II - 17
bahwa pada tahun 2009 kontribusi terbesar berasal dari sektor primer yaitu
sebesar 44,08 persen diikuti sektor tersier sebesar 43,34 persen, dan sektor
sekunder sebesar 14,58 persen.
Struktur perekonomian tahun 2009 dilihat dari PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer sebesar 44,89 persen diikuti
sektor tersier sebesar 40,61 persen, dan sektor sekunder sebesar 14,50 persen.
Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang masih sangat
tergantung kepada sektor primer jika dilihat menurut lapangan usaha maka
sebagian besar output yang dihasilkan berasal dari lapangan usaha pertanian.
Keadaan tahun 2009 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga
berlaku sebesar 34,87 persen yang diikuti oleh sektor Jasa-Jasa sebesar 31,09
persen; kemudian sektor Bangunan sebesar 11,39 persen;
Dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan besarnya kontribusi menurut
lapangan usaha terhadap PDRB menunjukkan bahwa sektor pertanian sebesar
36,54 persen; sektor Jasa-Jasa sebesar 26,53 persen; kemudian sektor Bangunan
sebesar 11,20 persen.
Tabel II.12
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 2011
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHK)
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
II - 18
354,035.03
juta
rupiah. Pertumbuhan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 6.5% dan dari 2008 ke
2009 sebesar 6.8%.
Sektor pertanian yang menjadi penyumbang terbesar dalam struktur
perekonomian, juga memiliki angka LQ (Location Quotien) PDRB yang cukup
bagus terhadap provinsi Sulawesi Utara, yakni dengan angka 1.93 pada tahun
2008 dan 1.94 pada tahun 2009. Selain itu sektor jasa-jasa ternyata juga memiliki
daya saing yang cukup baik, dengan LQ sebesar 1.61 pada tahun 2009. Sektor
lain yang memiliki angka LQ yang baik adalah sektor pertambangan dan
penggalian yakni dengan angka 1.96 pada tahun 2009. Hanya tiga sektor tersebut
(pertanian, pertambangan dan jasa-jasa) yang memiliki angka LQ lebih dari 1,
yang berarti memiliki potensi keunggulan komparatif (ekspor) di tingkat provinsi.
Dari gambaran struktur diatas menunjukkan bahwa kontribusi sektor tersier
cukup signifikan terhadap perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
dan sebagian besar berasal dari sub sektor pemerintahan.
Berdasarkan pentingnya angka kontribusi sektor primer dan tersier yang
menopang pertumbuhan perekonomian daerah, maka dapat dikatakan bahwa
perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih sangat tergantung
kepada sumber daya alam yang melimpah dan bantuan dana dari pemerintah.
Selain itu, dalam kelompok sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan
makanan dan sub sektor perkebunan menempati posisi terbesar dalam prosentasi
kontribusi PDRB pada tahun 2009, masing-masing sebesar 13.86% dan 11.33%.
Tabel II.13
PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009
II - 19
2.3.1
Pertumbuhan Ekonomi;
Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil
pembangunan terutama pada bidang ekonomi di suatu wilayah yaitu
dengan melihat pertumbuhan ekonomi.Indikator tersebut digunakan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah, yang juga
memberikan
indikasi
tentang
sejauh
mana dampak
dari
aktivitas
II - 20
TAHUN
PERTUMBUHAN EKONOMI
BOLMONG UTARA
SULAWESI UTARA
NASIONAL
2007
(%)
6,89
(%)
6,47
(%)
6,28
2008
6,50
7,56
6,06
2009
6,83
7,83
4,30
2010
6,91
7,12
6,10
2011
7,62
7,30
6.50
Sektor Pertanian
II - 21
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sawah Irigasi
Sawah Irigasi Setengah Tehnis
Sawah Tadah Hujan
Ladang Atau Tegalan
Perkebunan
Tambak Atau Kolam
Hutan
Pekarangan
Lain-Lain
Jumlah
1.637
907
5.871
16.288
13,27
49,25
121.637,75
4.882
5.402
169.950
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
komoditas
bara,
granit,
batu
gamping
dan
lain-lain.
Dalam
rangka
II - 22
c.
2.
3.
4.
5.
Pulau Bongkil;
6.
Pulau damar;
7.
Batu Pinagut;
8.
Tanjung Haji;
9.
Pelabuhan Boroko.
II - 23
kontribusi
sektor
diatas,
memberikan
gambaran
bahwa
2.3.2
II - 24
Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
suatu
indikator
dari
dampak
ekonomi
tersebut
merupakan
kontribusi dari
dijiwai nilai-nilai
2.
II - 25
4.
pemantapan
kehidupan
beragama,
pelayanan
dasar,
infrastruktur,
kelembagaan
serta
kepastian
dan
keamanan berinvestasi.
6.
sumber-sumber
pendapatan
tanpa
membebani
masyarakat.
7.
nilai
tambah
bagi
pendapatan
daerah,
melalui
profesionalisme manajemen.
8.
9.
perekonomian lainnya.
10. Setiap pengeluaran daerah harus mendasarkan pada, standar analisa
belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan
minimal serta memperhatikan prinsip efisien dan efektif.
II - 26
Pertama,
Meningkatkan
penguatan
kelembagaan
menuju
good
yang
harus
pengelolaan
keuangan
daerah
berdasarkan
prinsip-prinsip
tersebut,
dikembangkan
sistem
perencanaan
yang
samping
itu,
untuk
menciptakan
akuntabilitas
kurang
gizi,
tingginya
angka
kematian
bayi
dan
ibu
II - 27
bertahap
harus
terus
mempersiapkan/memantapkan
dan
masyarakat
agar
lebih
efektif,
produktif
dan
II - 28
pariwisata sektor jasa dan lain-lain. Kondisi letak daerah yang berada
dijalur perdagangan trans Sulawesi baik melalui darat dan laut, dan
adanya ketersediaan infrastruktur yang memadai berupa prasarana/sarana
diberbagai
sektor
serta
tersedianya
sumber
daya
manusia
yang
mempunyai ethos kerja baik diperkirakan akan menjadi daya dukung dan
pendorong yang sangat kuat bagi upaya membangun daerah kedepan.
Catatan : untuk tantangan dan prospek perekonomian sebaiknya
dipersingkat
2.3.3
dan
bertanggungjawab
proporsional.Pemberian
kewenagan
kepada
ini
telah
daerah
secara
diwujudkan
dengan
Daerah
diperoleh
berdasarkan
asas
desentralisasi,
II - 29
berjalan
lancar
serta
berdayaguna
dan
berhasilguna.
mulai
dengan menjaring
kebutuhan masyarakat
dengan
II - 30
URAIAN
REALISASI TAHUN
2011
PROYEKSI TAHUN
2012
PROYEKSI
/TARGET TAHUN
2013
4.122.000.000
4.827.900.000
5.081.095.000
5.081.095.000
599.750.000
637.725.000
700.345.000
700.345.000
1.880.750.000
REALISASI TAHUN
2010
1.1
1.1.1
1.1.2
1.862.250.000
1.775.750.000
1.880.750.000
1.1.3
1.660.000.000
2.414.425.00
2.500.000.00
2.500.000.00
1..2
DANA PERIMBANGAN
268.283.716.000
292.010.167.200
293.057.131.200
293.057.131.200
1.2.1
16.396.772.000
18.031.994.200
18.031.994.200
18.031.994.200
208.126.844.000
228.524.637.000
228.524.637.000
228.524.637.000
43.760.100.000
45.453.500.000
46.500.500.000
46.500.500.000
38.639.772.000
57.668.734.345
60.286.734.345
60.286.734.345
Pendapatan Hibah
2.801.543.000
1.300.000.000
1.300.000.000
1.300.000.000
5.938.259.950
6.532.085.945
7.532.085.945
7.532.085.945
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
Pendapatan Lainnya
2.3.5
29.900.000.000
50.454.648.400
51.454.648.400
51.454.648.400
311.045.518.950
354.506.801.545
358.424.960.545
358.424.960.545
II - 31
kapabilitas
dan
profesionalisme
Sumber
Daya
tidak
langsung
secara
terencana
sesuai
kondisi
kebijakan
masyarakat,
pendapatan
partisipatif,
daerah
bertanggung
yang
jawab
dapat
dan
berkelanjutan;
10.Perluasan sumber-sumber penerimaan daerah.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, komponen Pendapatan Daerah terdiri dari 3 (tiga)
kelompok yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan cerminan kemampuan dan potensi
daerah, sehingga besarnya penerimaan PAD dapat mempengaruhi kualitas
otonomi
daerah.Semakin
tinggi
kualitas
otonomi
daerah,
maka
II - 32
mendekatkan
dan
memudahkan
masyarakat
serta
percepatan
waktu
dan
kepuasan
masyarakat
terhadap
Daerah,
peningkatan
hubungan/kerjasama
antar
Kabupaten/Kota dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Lainlain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang potensial,
profesional serta;
c) Membangun sistem kelembagaan yang berbasis kompetensi.
SDM dalam pengertian ini mencakup kuantitas dan kualitas.Kedua aspek
tersebut harus dikembangkan secara berimbang dan paralel.Beberapa
kebijakan yang dilakukan adalah melalui diklat, pelatihan etika pelayanan,
pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pemungutan Pendapatan Asli Daerah.
b.
II - 33
a) Memprioritaskan alokasi anggaran belanja daerah pada sektorsektor peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
pangan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang berkualitas;
b) Meningkatkan anggaran belanja daerah untuk program-program
penanggulangan kemiskinan serta pemberdayaan masyarakat yang
berkelanjutan serta partisipatif;
c) Mengarahkan alokasi anggaran belanja daerah pada pembangunan
infrastruktur pedesaan dalam rangka memperluas lapangan kerja di
pedesaan melalui pendekatan program padat karya;
d) Stimulasi pertumbuhan sektor riil melalui penyediakan bantuan
dana bergulir bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam
rangka memberdayakan UMKM;
e) Meningkatkan
efisiensi
kepedulian
belanja
dalam
terhadap
pelayanan
penerapan
publik
prinsip-prinsip
sesuai
Peraturan
kecenderungan
masyarakat
terhadap
pelayanan
efektivitas
kebijakan
belanja
daerah
melalui
belanja
sesuai
urusan-urusan
yang
menjadi
II - 34
Belanja
Bantuan
Keuangan
Kepada
Provinsi/
Belanja
Barang
dan
Jasa
sebesar
Rp.
REALISASI
TAHUN
2010
2.1
114.749.642.58
7
127.539.792.24
6
135.814065.690
142.604.768.97
3
2.1.
1
Belanja Pegawai
93.327.642.587
107.578.792.24
6
115.092.692.76
4
120.847.327.40
2
2.1.
2
Belanja Hibah
7.910.000.000
4.675.000.000
6.443.445.000
6.765.617.250
2.1.
3
2.862.000.000
4.126.000.000
1.550.000.000
1.627.500.000
2.1.
4
10.000.000.000
10.660.000.000
12.227.927.925
12.839.324.321
2.1.
650.000.000
500.000.000
500.000.000
525.000.000
NO
REALISASI
TAHUN
2011
TAHUN
BERJALAN
2012
PROYEKSI
/TARGET PADA
TAHUN 2013
II - 35
JUMLAH
NO
REALISASI
TAHUN
2010
URAIAN
REALISASI
TAHUN
2011
TAHUN
BERJALAN
2012
PROYEKSI
/TARGET PADA
TAHUN 2013
5
2.2
BELANJA LANGSUNG
248.732.197.34
2
256.679.937.28
6
208.213.447.16
3
218.624.119.52
1
2.2.
1
Belanja Pegawai
12.965.765.500
16.107.862.500
15.437.360.000
16.209.228.000
2.2.
2
79.227.802.496
83.045.812.015
77.077.459.180
80.931.332.139
2.2.
3
Belanja Modal
156.538.629.34
6
157.526.262.771
115.698.627.98
3
121.483.559.38
2
363.481.839.9
29
384.219.729.5
32
344.027.512.8
53
361.228.888.4
94
c.
pembangunan
ke
semua
urusan
yang
menjadi
dana
untuk
melaksanakan
pembangunan.
Namun
II - 36
keuangan
pengeluaran
daerah
yang
surplus.dan
yang
di
harus
diharapkan
digunakan
dari
untuk
sumber-sumber
Tahun
Lalu
(Silpa);
Pencairan
dana
II - 37
Pangan,
Perikanan,
Kelautan,
Industri
dan
Pariwisata
yang
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
II - 38
PKWp yaitu Desa Boroko Kecamatan Kaidipang, PKL yaitu Desa Pimpi,
Kecamatan Bintauna, dan Desa Bolangitang, Kecamatan Bolangitang Barat. PKLp
sebagaimana dimaksud meliputi Desa Bohabak, Kecamatan Bolangitang Timur,
Desa Buko Kecamatan Pinogaluman; dan Desa Sangkub Kecamatan Sangkub.
PPK sebagaimana dimaksud pada huruf d, terdiri atas Desa Binjeta Kecamatan
Bolangitang Timur,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
usaha
pembangunan
jalan
pembangunan
untuk
menuntut
memudahkan
pula
mobilitas
peningkatan
penduduk
dan
II - 39
Persentase panjang jalan menurut kondisi jalan ialah 75.2 persen jalan
aspal, dan 24.8 persen jalan belum diaspal
Gambar II.7
Persentase Panjang Jalan menurut Pemerintahan yang Berwenang
Gambar II.8
Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan, di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara
II - 40
Tabel II.18
Panjang Jalan menurut Pemerintahan yang Berwenang
di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
( Km )
Tahun
Negara
Propinsi
Kabupaten
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2009
93.1
171.83
264.93
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Prasarana Wilayah Kab. Bolaang
Mongondow Utara
Tabel II.19
Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan
di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
No
Dibawah Wewenang
Aspl
Tidak Aspal
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Negara
93.1
93.1
Propinsi
Kabupaten
106.13
65.7
171.83
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Prasarana Wilayah Kab. Bolaang
Mongondow Utara.
Gambar II.19
Jaringan Jalan Existing di Kab. Bolaang Mongondow Utara
II - 41
Jalan Arteri
Tatanan kepelabuhanan
Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
sebagaimana dimaksud terdiri atas :
Pelabuhan pengumpan (Ke depan Sebagai Pelabuhan Pengumpul
Tersier/Nasional), yaitu Pelabuhan Laut Tanjung Sidupa di Tuntung
Kecamatan Pinogaluman serta Terminal khusus, yaitu Pelabuhan
Wisata di Boroko Kecamatan Kaidipang.
Alur pelayaran sebagaimana dimaksud terdiri atas :
1.
Tanjung Sidupa-Tolitoli-Tarakan
2.
II - 42
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
Tanjung Sidupa-Manado
4.
5.
6.
2.4.3. Kelistrikan
1. Rencana Pengembangan Pembangkit tenaga listrik
sebagaimana dimaksud terdiri atas :
2. Rencana PLTD Bintauna kapasitas kurang lebih 1,9 MW;
3. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), di
Sungai Bumiong desa
4. Paku dengan Kec. Bolangitang Barat kapasitas kurang lebih
1,6 MW.
5. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), di
Sungai Sangkub
6. desa PangkusaKec. Sangkub kapasitas kurang lebih 5 MW.
7. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), di Desa
BinjeitaKec. Bolangitang Timur
8. kapasitas kurang lebih 2 x 25 MW.
9. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dengan kapasitas
kurang lebih 1,0 MW;
10. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (PLTO), dengan kapasitas
kurang lebih 1,0 MW;
Daerah Aliran Sungai (DAS) Dumoga, DAS Sangkub, DAS Buyat, DAS
Andagile, DAS Bulawa, dan DAS Tutiawa yang rinciannya tercantum
II - 43
pantai
normalisasi sungai;
b.
perbaikan drainase;
c.
d.
1)
Sistem
prasarana
pengelolaan
lingkungan
121dsistem
jaringan
persampahan;
2)
a.
b.
c.
d.
II - 44
5)
II - 45
Untuk kab. Bolmut belum ada tabel dan peta rencana dan pola ruang.
2.5.
Angka Indeks
Kondisi dan ketersedian gedung sekolah dan peralatan yang belum memadai;
Penyediaan guru yang belum cukup dan belum merata terutama untuk mata
pelajaran pokok seperti Matematika, Ipa, Biologi, Bahasa Inggris,dll;
Masih rendahnya usia harapan hidup, masih tingginya angka kesakitan dan
angka kematian anak yang diakibatkan oleh :
pemerintah
daerah
untuk
memacu
pembangunan
ekonomi
II - 46
ditekan hingga angka 14,21% dari angka 25,62% tahun 2007. Walaupun demikian
angka tersebut masih jauh diatas capaian provinsi dan nasional namun komitmen
pemerintah daerah untuk terus memperbaiki taraf hidup masyarakat
sehingga
ditargetkan angka kemiskinan pada tahun 2011 dapat dicapai hingga dibawah
10%.
Sebaran penduduk miskin perkecamatan dengan prosentase tertinggi
terdapat di Kecamatan Pinogaluman, sedangkan yang terendah terdapat di
Kecamatan Bintauna
Catatan : belum terlihat hal-hal dibawah ini :
Tabel fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA/setara) di
kab./kota tersedia
Tabel jumlah penduduk miskin per kecamatan
Tabel jumlah rumah per kecamatan
2.6.
KEPALA
BADAN
STRUKTUR ORGANISASI
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DAERAH
PERENCANA
AN
DAN
PELAPORAN
KEUANGAN
BIDANG
MAKRO
BIDANG
PERENCANA
AN
WILAYAH
BIDANG
PERENCANA
AN
BIDANG
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
UMUM
II - 47
II - 48
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
CIPTA KARYA
BIDANG
BINA MARGA
SUB BAGIAN
UMUM
BIDANG
PENGAIRAN
SEKSI
Pembangunan
Jalan/Jembatan
SEKSI
Pengembangan Wilayah dan
Tata Ruang
SEKSI
Pengembangan Pengairan
SEKSI
Pemeliharaan Jalan/Jembatan
SEKSI
Pemeliharaan Pemukiman
SEKSI
Operasi dan Pemeliharaan
Pengairan
SEKSI
Lab dan Pengendalian Mutu
SEKSI
Bangunan Gedung
SEKSI
Sumber Daya Air Bersih
UPTD
UPTD
UPTD UPTD
Peralatan
Workshop
UPTD
UPTD
UPTD
UPTDUPTD
II - 49
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
DAN PELAPORAN
BIDANG
PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN
PENYEHATAN
LINGKUNGAN
BIDANG
PELAYANAN DAN
FARMASI
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG BINA
KESEHATAN
MASYARAKAT DAN
PROMOSI KESEHATAN
SUB BAGIAN
UMUM
BIDANG
BINA PROGRAM
SEKSI
Surveylan Epidemiologi
Imunisasi dan
Kesehatan Matra
SEKSI
Bina Pelayanan
Kesehatan Dasar dan
Rujukan
SEKSI
Kesehatan Gizi
Masyarakat
SEKSI
Perencanaan dan
Penyusunan Anggaran
SEKSI
Pengendalian Penyakit
Menular dan Penyakit
Tidak Menular
SEKSI
Bina Keperawatan dan
Kesehatan Lainnya
SEKSI
Kesehatan Ibu dan Anak
SEKSI
Monitoring dan Evaluasi
Program Kesehatan
SEKSI
Penyehatan
Lingkungan
SEKSI
Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
SEKSI
Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Komunitas
SEKSI
Data dan Informasi
UPTD
II - 50
PERSAMPAHAN
AIR BERSIH
DRAINASE
REGULATOR :
REGULATOR :
REGULATOR :
BAPPEDA
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
DINAS KESEHATAN
OPERATOR :
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
BAPPEDA
DINAS PEKERJAAN UMUM
DINAS KESEHATAN
OPERATOR :
DINAS PEKERJAAN UMUM
BAPPEDA
DINAS PEKERJAAN UMUM
OPERATOR :
DINAS PEKERJAAN UMUM
2.10
II - 51
2.
3.
sektor
dan
mengurangi
ketergantungan
terhadap
fasilitas
pemerintah.
4.
5.
II - 52
Sekunder B
Tersier C
Kota
Boroko
Bintauna
Orde
Kota
II
Perikanan tangkap
Pariwisata
III
-
Orde Kota
Skala Pusat
Pelayanan
Kegiatan
Boroko
III
PKW
Bolang Itang
III
PKL
Bintauna
III
PKL
2.10.2
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
II - 53
kabupaten. baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budidaya. Pola ruang
wilayah kabupaten merupakan penjabaran lebih rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang direplikasikan kedalam sistem
pemanfaatan Ruang Kabupaten.
2.11
b.
c.
Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 (dua puluh) tahun.
b.
c.
2.12
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara merupakan rencana
distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang
II - 54
meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara berfungsi:
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow
Utara;
b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Boalaang
Mongondow Utara.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dirumuskan
berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow
Utara;
b. Dayadukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten Boalaang
Mongondow Utara;
c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dirumuskan dengan
kriteria:
a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
b. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta rencana
rincinya;
c. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara
yang berbatasan;
d. Memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow
Utara;
e. Memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah Kabupaten
Boalaang Mongondow Utara;
f.
II - 55
h. Menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; dan
i.
Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara bersangkutan;
j.
Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara
yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.
Catatan : seharusnya bagian ini tata ruang wilayah ada sebelum sosial budaya, tata
ruang wilayah 2.4 diganti dengan 2.10
Catatan : isi bab 2, sebaiknya lebih singkat, padat, jelas sehingga jumlah halaman
lebih berkurang, disaran kan jumlah halaman hanya 10 halaman.
II - 56