Anda di halaman 1dari 8

HAKEKAT SILA-SILA DALAM PANCASILA

{ Juli 14, 2010 @ 5:38 pm } { Uncategorized }


Hakekat Sila Pertama
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Peranan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Untuk memahami peranan Sila Ketuhana YME dalam sistem filsafat Pancasila, kiranya jalan yang
terbaik adalah dengan cara mengikuti intrepratasi dari para negarawan yang tercatat sebagai
golongan pendahulu, The Founding Farher. Mereka termasuk orang-orang yang mengetahui ruh,
jiwa dan semangatnya secara langsung karena keterlibat mereka dalam merumuskan Pancasila itu
sendiri.
Berbagai interpretasi terhadap peran sila Ketuhanan YME dalam filsafat Pancasila tersebut antara lain
adalah :
X
Sila Ketuhanan YME berperan sebagai Leitstaratau bintang pembimbing yang akan
membimbing bengsa Indonesia dalam mengejar kebijakan dan kebaikan. Pendapat ini dinyatakan oleh
bung Karno.
X
Sila ketuhanan YME berperan sebagai Dasar Moral Bangsa dan Negara RI, yang dinyatakan
oleh Bung Hatta
X
Sejalan dengan pernyataan Moh Hatta Natsir menyatakan bahwa Sila Ketuhanan YME berperan
sebagai dasar rohani, moral dan susila bangsa dan negra. Pendapat ini dikemukakan di hadapan
pertemuan Pakistan institute of international Affairs di Karachi pada tanggal 9 April 1952.
X
Sila Ketuhana YME berperan sebagai Dasar dari segala sila-sila. Pernyataan ini ditegaskan
oleh Dyiyarkara yang mengatakan bahwa: Sila Ketuhanan merupakan dasar segala sila
Dari berbagai penilaian para negarawan angkatan pendahulu sebagai mana diatas jelaslah bahwa
peranan sila Ketuhanan YME dalam sistem filsafat Pancasila menempati posisi kunci, posisi yang
paling dasar dari semua dasar. Dan karena posisinya yg seperti itu akhirnya melahirkan kepribadian
atau warna yang khas bani negara RI. Disamping itu, dengan dicamtumkannya sila Ketuhanan YME
dalam tata urutan yang pertama dalam sistem filsafat pancasila akhirnya melahirkan sebuah filsafat
yang khas, yang dalam klasifikasi kefilsafatan kiranya dapat dikategorikan ke dalam aliran Theistic
philosophy, suatu sistem filsafat hidup yang menempatkan keyakinan akan eksitensi Tuhan selaku
satu-satunya sumber inspirasi, aspirasi dan sumber motivasi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Hakikat Sila Ketuhanan YME
Dengan mengikuti beberapa penjelasan dari para Pendiri negara sebagaimana di atas jelaslah bahwa
dicantumkannya sila Ketuhanan YME ke dalam sistem filasafat pancasila bukan merupakan sebuah
rumusan yang menggambarkan hasil telaah fakir yang terpuncak ataupun merupakan warisan dari
budaya luhur manusia Indonesia. Rumusan sila pertama sama sekali bukan merupakan sebuah
formulasi dari hasil kontemplasi manusia Indonesia. Ia bukan sebuah rumusan yang menggambarkan
tangkapan ide abstrak yang terpuncak, yang menjadi ttik akhir dari proses berfikir secara kosmologis
kausalistik, yang dalam dunia filsafat disebut dengan istilah Causa prima atw First Caus sebab
pertama. Sila pertama dirumuskan untuk menggambarkan relitas hidu bangsa Indonesia yang benarbenar yakin dan beriman kepada Allah, sebagaimana yang telah diwartakan oleh agama. Menurut
Syafii Maarif menegaskan bahwa : atribut YME Sesudah Ketuhanan dalam sila pertama jelas
sekali menunjukkan bahwa konsep Ketuhanan dalam pancasila bukanlah suatu fenomena sosiologis,
melainkan refleksi dari ajaran tauhid.
Bahwa didalam dunia filsafat terdapat beberapa masalah yang dapat dikategorikan dengan sebutab
kepercayaan atau belief dimana mereka mengakui bahwa akal fikiran, betapapun kritisnya tidak
lagi berkompeten untuk menjawab, khususnya terhadap hal-hal yang berada dalam kawasan dunia
noumenal (inti yang tidak dapat dilihat), sebagai lawan dari dunia fenomin atau sesuatu yang dapat
dilihat. Adapun hal-hal yang terdapat di dalam kawasan dunia noumenal oleh Immanuel Kant

disebutnya sebagai postulat atau dalil yang tidak dapat dibantah lagi. Kant menyatakan bahwa
Persoalan 2 metafisika yang terdalam seperti adanya Tuhan, kekekalan nyawa & kebebasan kemauan
tak dapat diselesaikan dengan intelek. Lapangan yang mutlak, yang dapat dikatakan terletak
dibelakang dunia peristiwa atau fenomin, tak dapat kita capai dengan akal .
Kant mengemukakan empat bukti adanya Tuhan, yaitu pembuktian secara Kosmologis, suatu bukti yg
bertitik tolak dari aspek dunia (cosmos=dunia), Ontologis,yaitu suatu penbuktian dari titik tolak yang
ada (0ntos= Ada), Teleologis, yaitu pembuktian yang bertitik tolak dari aturan alam semesta, dan
tujuan dari aturan itu (telos= tujuan ), dan bukti pengamalan moral.
a)Pembuktian Kosmologis,yaitu sustu bukti yang sering dikemukakan berhubungan dengan ide
tentang sebab (causality). Plato dalam bukunya Timaeus, menyatakan bahwa tiap-tiap benda yang
terjadi pasti ada yang menjadikannya.
b)Pembuktian Ontologis, yaitu pembuktian terhadap adanya Tuhan berdasarkaan refleksi atas
kenyataan obyektif dengan berpedoman pada konsep mengenai Ada Yang Sempurna (perfect Being ).
Anselmus menyatakan bahwa Tuhan adalah Ada Yang Sempurna atau kategori apriori yang dapat
dipikirkan sebagai ada yang universal, yang melebihi dari particular.
c)Pembuktian Teleologis,pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpedoman pada konsep
mengenai desain (keterpolaan ) di dalam alam semesta, yang tidak boleh tidak pasti membutuhkan
desainer. Alam semesta merupkan karya seni terbesar yang menunjukkan adanya a greater
intelligent Desaigner, yaitu Tuhan.
d)Pembuktian moral,yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpegang pada pengandaian
adanya hokum moral umum yang menunjukkan adanya Penjamin Moral (Law-Giver).
Dalam hubunganya dengan sifat-sifat Tuhan sebagaimana telah disinggung di atas ternyata ada
beberapa konsepsi yang patut untuk disimak dan diperhatikan, natar lai seperti faham Pantheisme,
Deisme, serta Theisme. Munculnya faham Pantheisme, Deisme & Theisme bermula dari pemikiran
yang kritis spekulatif terhadap asal-usul dan kejadian alam semesta. Dari pertanyaan yang sangat
mendasa, yang mempersoalakan bagaimanakah asal-usul alam semesta (universum ) ini terjadi,
Pantheisme berpendapat bahwa alam semesgta ini muncul dan ada semata-mata karena limphan
(alfaidl) atau emanasi-Nya sementara Deisme dan Theisme berpendapat bahwa alam semesta beserta
segala isiya terjadi karena diciptakan atas kehendak tuhan. Dan Tuhan dalam konsepsi Ketuhanan
menurut pancasila bila menilik dari ketiga pendapat diatas Ketuhanan yang dimaksud bukanlah
konsepsi sebaimana halnya yang dipahami oleh aliran pentheisme dan Deisme, tetapi sesuai dengan
konsepsi ketuhana Theism, dimana Tuhan digambarkan sebagai dzat yang pribadi yang bersifat
rohani, yang transenden terhadap alam semesta, tetapi immanen trehadap alam itu(Huijbers:26).
Tuhan yang digambarkan dalam falsafah Pancasila ialah Tuhan yang aktif dalam dalam kehuidupan
sehar-hari, Tuhan yang manusia dapat menyembahNya, Tuhan yang senantiasa mencurahkan dan
memberikan berbagai macam kenikmatan kepada hamba-Nya, memberikan barakah serta rahmat-Nya
kepada umat manusia.
Jadi kalau menurut saya bahwa Sila pertama ini adalah memang merupakan sila paling fundamental
dari sila-sila yang ada karena dari sila-sila ini masyarakat Indonesia menjadi masyarakay yang
merupakan masyarakat yang akan menjadi Negara kuat dan menjadi Negara jalan ketiga. Dan dengan
mengikuti pendapat diatas jelaslah bangsa Indonesia dalam kehidupannya benar-benar menyakini
dan menyadari akan kekuasaan serta kedaulatan Allah yang bersifat mutlak tak terbagi.
Sila Ketuhanan YME sebagai Sumber Ajaran Moral Dasar ( Basic Morality)
Manakala ditelaah secara mendalam terhadap difinisi filsafat hidup atau weltanschauung, jelaslah
bahwa sesungguhnya di dalam kerangka pengertia filsafat hidup telah dipermasalahkan pula apa yang
disebut dengan ajaran nilai (doctrine of value). Salah satu obyek yang dibahs dalam filsafat hidup
adalah menyangkut persoalan moral dalam arti moral dasar. Yang menurut Muhammad Rasjidi yang
dimaksud moral dasar ialah suatu aturan yang mendasar, yang kita rasakan tidak mungkin dapat
menyangkalnya, dan Oki ia dapat dijadikan pedoman kita dalam keadaan yang berbeda-beda.
Notonagoro menyatakan bahwa hakekat filsafat Pancasila itu merupakan bentuk pemadatan atau
kristalisasi dari keyakinan hidup beragama bangsa Indonesia serta adapt istiadat & kebudayaan
bangsa. Driyangkara dalam analisanya terhadap moral dasar yang terkandung dalam filsafat

pancasila menyatakan bahwa dengan singkat haruslah dikatakan bahwa ketuhanan adalah dasar dan
tujuan dari seluruh kesusilaan. Tanpa Ketuhanan tidak mungkin ada kesusilaan yang berkembang
batul-betul.
Hakekat Sila Kedua
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Formulasi sila kedua dari falsafah pancasila bila dilihat dari segi sejarahnya adalah merupakan hasil
dari rumusan Panitia Sembila . Sila kedua ini mencerminkan keyakinan bangsa Indonesia terhadap
hakekat sifat manusia sebagai makhluk sosial (homo socius). Rumusan kemanusian yang adil dan
beradab seperti ini dilihat dari segi bahasa adalah mengggambarkan sebuah ungkapan atau ide yang
memuat pengertian yang lebih dari cukup. Karena dengan menggunakan istilah kemanusian saja
tanpa disertai dengan kata sifat yang adil dan beradab sudah cukup mengisyaratkan satu ungkapan
yang didalamnya terkandung sifat-sifat manusia yang luhur dan mulia.
Dalam menjelaskan pengertian Peri kemanusiaan (menselijkheid atau Humanisme) Bung Karno
menyatakan bahwa jika kita berbuat sesuatu yang rendah, yang membikin celaka kepada manusia
lain, kita berkata bahwa kita melanggar peri kemanusian, kita melanggar hukum menselijkheid.
Prinsip kemanusiaan secara tegas mengandung arti adanya penghargaan & penghormatan terhadap
harkat dan martabat manusia yang luhur, tanpa harus dibeda-bedakan antara satu sama lainnya
dikarenakan adanya perbedaan keyakinan hidup, politik ,status sosial dan ekonomi, asal usul
keturunan, dsb. Tuhan menciptakan umat manusia dalam kedudukan yang sama dan sederajat, tanpa
ada yang dilebihkan dan dianak emaskan, tepat sekali dengan ungkapan yang menyatakan bahwa
Mankind is one, kemanusian adalah satu. Sineca mensifati manusia sebagai Homo Sacra Res
Homini, manusia adalah makhluk yang menghargai terhadap sesamanya. Dalam agama hindu ada
ajaran yang diungkapkan dalam kalimat yang sangat singkat Tat Twam Asi, aku adalah engkau,
engkau adalah aku. Confusius mengajarkan sikap hidup yang berperikamanusian (Jen) dengan sangat
sederhana sekali namun cukup memadai. Sikap kasih saying atau manusiawai antara sesame manusia
mempunyai dua segi, yaitu:
Chung (positif): Berbuat baik kepadamu, maka berbuat baiklah kepada orang lain,
Shu (negatif); mengandung makna apa yang engkau tidak sukai orang lain berbuat sesuatu
kepadamu, maka janganlah engkau berbuat seperti itu kepada orang lain (Tjie Tjay, Ing.tth)
Sila kedua dalam falsafah Pancasila memuat pengertian bahwa bangsa Indonesia dalam merenungkan
hakekat hidupnya menyadari sepenuhnya, bahwa dirinya adalah makhluk Tuhan, yang hidup bersama
dengan sesamanya. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang menyadari bahwa dirinya merupakan
bagian tak terpisahkan dari umat manusia sesungguhnya merupakan perwujudan konkrit dari hakekat
sifat manusia sebagai mahluk sosial, atau homo socius yang menyatu dari sejak kejadiannya, atau
merupakan sifat dasar manusia. Pancasila dengan pengertian sebagai suatu kesatuan yang bulat
(mono pluralis) maka tentu saja pengakuan terhadap hak-hak asasi memiliki ciri-cirinya yang khas
yang menjadikan paham humanisme pancasila berbeda dengan humanisme barat.
Di dunia Barat perhatian kepada kehormatan individu atau persona timbul dari pandangan yang
bersifat antroposentris, yaitu manusia dipandang sebagai ukuran bagi segala sesuatu. Adagium yang
sangat terkenal dari masyarakat Yunani kuno yaitu: man is the measure of all of things, manusia
adalah ukuran segala sesuatu. Faham seperti ini kemudian berkembang di dunia barat lewat tokoh
Desiderius Eramus & diteruskan oleh August Comte. Dengan bersumber pada filsafat Comte yang
terkenal dengan nama filsafat positivisme dunia barat mengakui kelayakan harkat dan martabat
manusia. Faham ini dikenal dengan faham humanisme, dan karena humanisme yang dikembangkan
oleh mereka diletakkan pada ukuran manusia semata, maka dinyatakan bahwa humanisme mereka
adalah humanisme yang bersifat antroposentris (Humanisme Antroposentris).
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam falsafah pancasila faham humanisme tidak dapat
dilepaskan dari sifat monopluralis dimana sila ini berarti sila yang menjadi sumber dari faham
menurut Pancasila bukan merupakan suatu sila yang berdiri sendiri, bersanding dan sejajar dengan
sila-sila lainnya, yang oleh karena itu dari padanya akan melahirkan pengertian yang khalis atau bersih
dari pengaruh yang berada di luar dirinya. Seperti halnya faham humanisme yang secara otomatis
melahirkan pengakuan terhadap HAM, human right, mensens rechten, pengakuan terhadap hak-hak

asasi model Barat yang bersifat antroposentris, akan berbeda pula dengan pemggakuan HAM menurut
Filsafat pancasila. Pengakuan terhadap HAM menurut Filsafat pancasila adalah sebatas hak-hak asasi
yang bersesuaian dengan ajaran Tuhan. Sementara apa yang terjadi di dunua barat penganut faham
humanisme antroposentris seperti aborsi tanpa sebab, perkawinan sejenis, dsbg semua itu mereka
anggap sebagai hak asasi manusia yang tidak semestinya orang ikut campur terhadap urusan tersebut.
Bila melihat makna hakekat sila kedua tersebut maka dapat diuraikan bahwa Indonesia adalah suatun
Negara yang sangat memang teguh prinsip kemanusian yang berdasar pada Sila pertama, dimana
keduanya adalah merupakan dasar negra yang sangat tinggi kedudukanya. Dan dalam sila kedua
tersebut dapatlah kita ambil maknanya bahwa sesungguhnya Indonesia adalah suatu Negara yang
sangat mendukung pengakuan HAM namun yang tidak menyalahi aturan agama. Dalam kehidupan
sekarang di Indonesia ini sila kedua ini sudah mulai luntur seiring dengan westernisasi masyarakat
yang besar-besaran, dimana saat ini sudah banyak orang melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar HAM Indonesia.
Hakekat Sila Ketiga
PERSATUAN INDONESIA
Sila ketiga dari falsafah pancasila ialah Persatuan Indonesia. Sila ini semula dalam konsepsi Bung
Karno dinamakan Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme. Sila ini merupakan suatu formulasi yang
mencermikan faham hidup yang dikenal dengan faham individualisme, yaitu faham yang manakla
berdiri sendiri tanpa didampingi oleh faham lainnya akan menjadi dasar titik tolak lahirnya faham
liberlisme. Sila ini semula dimaksudkan untuk menjadi pengimbang terhadap internasionalisme tidak
dapak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya nasionalisme. Fritz Kunkel seorang tokoh
psikologi individual dalam teori kepribadiannya merumuskan bahwa pada hakekatnya pada diri setiap
manusia terdapat dua dorongan nafsu yang paling utama, yaitu dorongan ke-aku-an tau ichhaftigkeit,
dorongan ke-kita-an atau dorongan Wirhaftigkeit. Kedua dorongan tersebut manakala salah satunya
terlalu dominant akan mengakibatkan munculnya penyimpangan psikologi yang akan menganggu
stabilitas kepribadiannya. Bila seseorang yang terlalu didominasi oleh Ichhaftingkeit atau didorong
untuk semata-mata mengabdi pada diri pribadinya sendiri akan melahirkan sikap ego oriented segala
sesuatu diukur dari kepentingan dirinya & segala sesuatu diabdikan untuk dirinya sendiri, walaupun
itu merugikan pihak lain. Sebaliknya manusia yang terlalu dikuasai oleh dorongan ke-kita-an akan
melahirkan watak yang terlalu berlebih-lebihan pengorbanannya untuk kepentingan orang lain,
sementara kepentingan pribadinya sendiri terabaikan. Sikap seperti ini adalah sikap altruistik, yaitu
sikap yang menyebabkan dirinya lebur dan luluh ditengah lautan manusia tanpa pribadi. Kebangaan
terhadap golongan atau kelompoknya ini bagi suatu bangsa bila terlalu berlebihan akan terlihat dalam
bentuk rasa nasionalisme yang tidak sehat, yang lazim dikenal dengan istilah Chauvinistik. Sebaliknya
kalau suatu bangsa telah kehilangan rasa bangga akan dirinya sebagai suatu bangsa, telah kehilangan
national pride dan ntional dignity, maka keadaan seperti ini akan mengakibatkan timbulnya
penyimpangan rasa kebangsaan yang lazim disebut dengan kosmopolitanistik, yaitu suatu sikap yang
melihat yang melihat tidak ada artinya merasa bangga sebagai suatu bangsa.
Akhirnya dengan melihat ketiga sila yang tersimpul dalam sila pertama,kedua,ketiga, maka dalam
kesatuan pemehaman terlihat bahwa bangsa Indonesia benar-benar telah menemukan dengan
sempurna akan ketiga persoalan yang paling fundamental bagi umat manusia sepanjang zaman. Ketiga
persoalan ini tergambarkan dalam satu kesatuan (totalitas) yang bulat dan serasi, yang mencerminkan
keyakinan hidup bangsa Indonesia, yaitu:
1)
Sila pertama mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang menyakini akan hakikat
dirinya sebagai makhluk Tuhan.
2)
Sila kedua mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakekat
dirinya sebagai mahkluk sosial.
3)
Sila ketiga mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakikat
dirinya sebagai mahluk individual.
Hakekat Sila Keempat
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Sila ini dalam konsep Bung Karno dinamakan: Mufakat atau Demokrasi. Sila keempat ini mrupakan
rumusan yang menegaskan tentang cara atau langakah yang dipih oleh bangsa Indonesia untuk
mewujudkan tercapainya tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Sila kerakyatan diyakini sebagai
salah satu alternatif dari sekian alternatif keyakinan yang dipilih oleh bangsa Indonesia. Kerakyatan
atau demokrasi di samping berfungsi sebagai alat (tool), ia juga merupakan suatu kepercayaan, satu
keyakinan bahwa hanya lewat cara ini sajalah yang dapat dibenarkan oleh pandangan atau keyakinan
hidupnya, dan hanya dengan cara seperti inilah yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai
tujuan hidup berbangsa dan bernegara. .bagi kita(demokrasi) bukan sekedar satu alat tehnis saja,
tetapi suatu gellof, satu keperjayaan dalam usaha mencapai bentuk masyarakat yang kita citacitakan.
Istilah kerakyatan dalam filsafat mengandung pengertian adanya sifat-sifat dan keadaan dati dan di
dalam negara yang harus sesuai dengan hakekat rakyat, dan semuanya adalah untuk kepantingan dan
keperluan rakyat. Dan karena sifat dan keadaan maka Negara bukan untuk satu orang, bukan negara
satu golongan,walau golongan kaya,.tetapi negara semua untuk semua, satu untuk semua, semua
untuk satu..negara didasarkan atas rakyat, tidak pada golongan, tidak pula pada perseorangan
(notonagoro). Demokrasi filsafat Pancasila tidak semata-mata berfungsi sebagai lat untuk mencapai
tujuan,melainkan di samping ia berfungsi sebagai alat demikrasi juga merupakan satu keyakinan
(gellof, belief).
Dikatakan sebagai kepercayaan, sebagai keyakinan karena hanya dengan:
Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang paling sesuai dengan
hakekat manusia selaku mahluk Tuhan. Manusia diciptakan dalam kedudukan dan martabat yang
sama sederajat, tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang.
Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang sesuai dengan
hakekat manusia selaku mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia wajib memperlakukan
kepada sesamanya sebagai mahluk yang menyandang kemuliaan dan kehormatan. Adagium yang
menyatakan Manking is one hanya dapat diaktualisasikan secara konkrit ditengah-tengah
kehidupan bersama manakala kehidupan bersama diletakan di atas prinsip demokrasi.
Prinsip demokrasi sajalah satu-satunya alat yang sesuai dengan hakekat manusia selaku
makhluk individu.
Istilah demokrasi pada asalnya berarti rakyat yang berkuasa atau government or rule by people.
Dalam perkembangannya lebih jauh istilah demokrasi memuat pengertian yang beragam. Di satu sisi
dapat diamati adanya kecenderungan anggapan bahwa semua bentuk pemerintahan-kecuali sistem
monakhi absolute-dapat menyebut dirinya sebagai pemerintahan yang demokratik. Demokrsi
Pancasila betapapun memiliki sifat-sifat yang khas tetapi ia adalah demokrasi yang tetap berpijak pada
konstitusi atau lazim disebut demokrasi konstitusional.
Pemerintahan berdasarkan Konstitusi mengandung arti bahwa apapun yang dilakukan oleh
pemerintah adalah hanya sebatas apa yang telah ditegaskan dalam konstitusi, dan tidak boleh lebih
dari itu. Makna yang hakiki dari pengertian rule of law tidak lain dimiliknya syarat-syarat esensial
tertentu antara lain harus terdapat kondisi2 minimum dari suatau system hokum di mana HAM dan
human dignity dihormati.
Adapun nilai yang mengikat sistem demokrasi yang didasarkan pada falsafah Pancasila adalah bahwa:
X
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada Allah,
Tuhan YME. Artinya bahwa dalam mlaksanakan proses demokrsi, baik dalam bidang politik ataupun
dalam bidang2 lainbetapapun rakyat yang akan mengukur dan memtuskannya, namun nilai-nilai yang
mendasari pengukuran dan keputusan tersebut harus berpijak pada nilai-nilai ajaran Allah, Tuhan.
Nilai ajaran parameter bagi pelaksanaan demokrsasi pancasila.
X
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang harus sepenuhnya bertanggung jawab kepada
manusia. Artinya bahwa dalam penerapan demokrasi benar-benar harus juga didasarkan pada
kepentingan kemanusian atau rakyat banyak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada manusia. Dan
karena demokrasi pancasila adalah seperti ini maka dalam pengambilan keputusan harus diupayakan
dengan penuh hikmah kebijaksanaan dan kearifan demi kemaslahatan.
X
Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung jawab dan didasari asas
melestarikan keutuhan kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Dari tiga nilai yang dijadikan parameter di atas akan terlihat nilai lebih demokrasi pancasila
dibandingkan dengan demokrasi yang dipraktekan di berbagai Negara lain.
Hakekat Sila Kelima
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Dalam konsepsi Bung karno sila ini diformulasikan dengan rumusan Kesejahteraan Sosial. Sila
kelima dari falsafah pancasila ini dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan sebagai sila yang
berkedudukan sebagai tujuan. sila kelima ini bukanlah dasar negra, tetapi adalah tujuan paling
utama, tujuan pokoknya, yaitu mewujudkan suatu keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Hazairin). Dengan menunjuk sila kelima sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan berarti telah
sempurnalah unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk satu kesatuan pandangan hidup (way of
life atau weltanschuung). Apabila silapertama, kedua dan ketiga merupakan sila-sila yang
menggambarkan pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia, sila keempat menggambarkan
cara-cara yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan, maka sila kelima
menggambarkan tujuan hidup berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan bangsa Indonesia.
Sila kelima intinya terletak pada rumusan Keadilan Sosial (social Justice). Plato dalam bukunya
Republic The four cardival virtues. Empat kebajikan tersebut adalah pengendalian diri
(discipline), keberanian(courage),kearifan (wisdom), dan keadilan (justice). Sedan Liang Gie
berpendapat bahwa kebajikan adalah yang mencakup seluruhnya di atas ( all-embracing virtue).
Istilah keadilan berasal dari bahsa arab :al-ada:lah, yang padanan bahasa I adalah : justice. Namun
sesungguhnya justice sendiri semula berasal dari bahasa latin: justitia (dari akar kata: jus).Al-adlu
yang kemudian berubah kata menjadi al-ada:lah diartikan sebagai menempatkan atau lmeletakan
sesuatu pada tempat yang semestinya (proposional). Sedang istilah justice mempunyai arti ganda. Ia
dapat berarti hukum, bisa berarti sikap tidak memihak (impartiality), dan dapat bearti persamaan
dalam perlakuan (equality of treatment). Dalam khasanah kefilsafatan akan ditemukan beberapa
difinisi atau batasan mngenai keadilan antara lain sbb:
X
Aristoteles mendifinisikan keadilan sebagai kelayakan dalam tindakan manusia (fairness in
human action).adapun yang dimaksud dengan kelayakan adalah sebagai titik tengah di atara kedua
ujung yang ekstrim, atau lebih terkenal dengan teori The Golden Means.
X
Thomas Aquino merumuskan makna keadilan sebagai suatu kemauan untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya
X
Samuel pufendorf mendefinisikan keadilan sebagai kecenderungan yang bersifat tetap dan tak
kunjung hilang untuk memberikan kepada setiap orang akan haknya
X
Isaiah Berlin, mendefinisikan keadilan dengan kalimatkeadilan terlaksanan bilamana hal-hal
yang sama diperlakukan secara sama, & hal-hal yang tak sama secara tidak sama
X
Notonagoro membatasi pengertian keadilan sabagai dipenuhinya segala sesuatu yang
merupakan sesuatu hak di dalam hubungan hidup kemanusiaan sebagai sesuatu wajib
X
Sayid Qutub membatasi pengertian keadilan sebagai satu sikap yang mutlak, yang tidak
memunjukkan kecenderungan cinta atau marah, tidak merubah ketentuan-ketentuan karena kasih
sayang atau benci.
Dari beberapa batasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud KEADILAN
adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban, atau sikap yang mutlak
untuk meletakkan hak dan kewajiban secara prorposional, dan tidak merubah ketentuan-2 karena kasih
saying atau benci.
1.Keadilan Sosial (Social justice)
Ernest barker seorang tokoh pengarang merumuskan makna keadilan sosial sebagai suatu pengaturan
yang tepat dari suatu masyarakat nasioanl, yang bertujuan memupuk dan medorong perkembangan
seganap kapasitas yang setinggi mungkin dari kepribadian seluruh anggota masyarakat. Umar kayam
mendefiniskan keadilan social sebagai suatu kondisi dimana setiap warga Negara memperoleh
kepuasan dalam menggunakan kesempatan yang diberikan oleh system soaial, dan sistem-sistem yang
lain.
Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:
1)
Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama. Keadilan
disrtibutif ini dalam bentuk konkritnya adalah sikap adilnya Negara terhadap seluruh warga negara,
atau Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganegaranya.
2)
Keadilan Legal (legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota masyarakat melaksanakan
fungsinya dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bentuk konkrtinya ialah sikap
adilnya warga masyarakat terhdap Negara. Keadilan ini disebut juga keadilan bertaat, yaitu warga
Negara bersikap adil dalam wujud mentaati segala peraturan perundang-undangan & peraturan lainya
yg dikeluarkan Negara.
3)
Keadilan komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang berlangsung dalam bentuk
timbal balik secara proposional dalam kehidupan bersama.
Di samping pembagian macam keadilan seperti di atas, ada pula yang membedakan keadilan menjadi
enam macam, yaitu:
1)
Justitia Comunitative, memberikan kepada masing-masing haknya atas dasar kesamaan, di mana
prestasi seharga dengan kontra prestasi
2)
Justitia Distributive, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar perbedaan,
dimana diperhitungkan perbedaan kualita antara satu dengan lainnya.
3)
Justitia Vindicativa, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar proporsi, dimana
berat ringanya hukuman disesuaikan dengan berat ringanya pelanggaran hokum.
4)
Justitia creative; memberikan kepada masing-masing bagian kebebasannya untuk menciptakan
sesuai dengan daya kreatifnya dalam bidang kebudayaan .
5)
Justitia Protectiva; keadilan yang berupa memberikan pengayoman hukum kepada manusia.
6)
Justitia Legalis; keadilan yang berupa kebajikan yang menyeluruh yang mencakup semua
kebajikan, kebajikan yang menyeluruh.
Secara prinsip John Rawls menggambarkan adanya dua asas keadilan sosial, yaitu:
Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap system yang menyeluruh dan yang
terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dasar
adalah meliputi:
a)
freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)
b)
liberty of conscience (kebebasan hati nurani)
c)
freddom of thought (kebebasan berfikir)
d)
freedom of the person (kebebasan Pribadi)
e)
right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi) &
f)
freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan penangkapan
yang sewenag-wenang).
Perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya diatur sedemikan hingga
a)
meberikan manfaat yang terbesar bagi mereka yang berkedudukan paling tak menguntungkan
b)
bertalian dengan jabatan dan kedudukan yg terbuka bagi semua orang berdasarkan persamaan
kesempatan dan kekayaan.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Makna keadilan sosial yang bernotasi pada dua aspek pencapaian hidup, dapat disimpulkan bahwa
dalam suatu tatanan masyarakat yg berkeadilan didalamnya akan dapat dikemukakan dua kondisi
dasar, yaitu:
1)
Masyarakat yang berkeadilan
Kondisi masyarakat yang seperti ini menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi kebutuhan hidup
manusia dalam bidang kejiwaan, rohani, mental, spiritual dsb, yang cirinya antara lain :
X
Berbahagia semua orang
X
Tidak ada penghinaan
X
Tidak ada penindasan
X
Tidak ada penghisapan atau tidaka da eksploitasi
X
Masyarakat yang tentram
2)
Masyarakat yang Berkemakmuran
Kondisi masyarakat yang berkemakmuran menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi berbagai
hidup dari segi lahiriyah, atau aspek fisik materiilnya, yang ciri-cirinya:

X
Kemakmuran yang merata di antara seluruh rakyat, dalam arti kemakmuran yang bersifat
dimanis, hidup & berkembang
X
Karta raharja atau makmur sejahtera, masyarakat yang berkecukupan kebutuhan pokoknya
Dan yang terpenting untuk semua ini adalah adanya idealisme spiritual, suatu idealisme yang akan
mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia ketingkat yg lebih luhur dan terpuji.

Anda mungkin juga menyukai