Asam Lemak
Asam Lemak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak goreng salah satu bahan pangan yang utama digunakan dalam
pengolahan masakan. Minyak goreng sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya untuk menggoreng bahan pangan seperti ayam, ikan,
tempe dan tahu. Minyak goreng termasuk bahan pangan berfungsi sebagai
penghantar panas, penambah rasa gurih pada makanan dan sebagai
penambah kalori pada bahan pangan.
Umumnya masyarakat menggunakan minyak goreng dalam pengolahan
makanan tanpa memperhatikan kondisi minyak goreng tersebut, ada yang
awalnya menggunakan minyak goreng segar hingga menjadi minyak goreng
jelantah. Hal ini terjadi karena penggunaan secara berulang-ulang dan
mengakibatkan kanduangan asam lemak dalam minyak akan berubah
menjadi asam lemak bebas. Hal ini akan berpengaruh terhadap mutu atau
kualitas hasil pangan yang diolah dengan menggunakan minyak goreng
tersebut, tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan
konsumen yang mengkonsumsi hasil pangan seperti gorengan dan
sebagainya.
Minyak goreng memiliki standar mutu yang telah ditentukan seperti
memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah. Hal ini sebagai pengawasan
atau penjagaan kualitas hasil produk pangan. Berdasarkan uraian diatas
maka perlu dilakukan praktikum analisis asam lemak bebas untuk
mengetahui kadar asam lemak bebas pada bahan pangan khususnya pada
minyak goreng.
Mg/kg
Maks 1.5
- Tembaga (Cu)
Mg/kg
Maks 0.1
- Raksa (Hg)
Mg/kg
Maks 0.1
- Timbal (Pb)
Mg/kg
Maks 40.0
- Timah (Sn)
Mg/kg
Maks0.005
- Seng (Zn)
Mg/kg
Maks 40.0/250.0)*
Arsen (As)
% b/b
Angka Peroksida
% mg 02/gr
Catatan * Dalam kemasan kaleng
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI).
Maks 0,1
Maks 1
B. Minyak Sawit
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari
minyak kelapa sawit maupun minyak inti sawit yang melalui proses
fraksinasi, rafinasi, hidrogenasi. Produksi CPO (Crude Palm Oil) diindonesia
sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi
stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
domestik sebagai bahan baku untuk minyak makan. Minyak kelapa sawit
biasanya digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter,
vanaspati. Sebagai bahan pangan, minyak kelapa sawit mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lainnya, antara
lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat
dan linolenatnya rendah sehingga
minyak goreng yang terbuat dari minyak kelapa sawit sebagai minyak
goreng yang bersifat awet dan makanan yang digoreng dengan minyak
sawit tidak cepat tengik (Fauzi, 2002).
Ada dua dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama,
hidrolisis enzimatik yakni pada saat lemak aktif memecahkan enzim,
sebagian besar lipoid yang ada didalam buah sawit. Aktifitasnya
menghasilkan formasi FFA dipercepat bila mesocarp buah sawit pecah atau
memar. Kedua adalah hidrolisis katalis secara spontan yang dipengaruhi
oleh kandungan FFA yang ada didalam buah sawit dan telah berkembang
yang berhubungan dengan suhu dan waktu. Free fatty acid (asam lemak
bebas) dalam minyak produksi adalah untuk menilai kadar asam lemak
bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak tersebut dalam pelarut
organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut dengan alkali dengan
menggunakan
indikator
katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak
kadar ALB yang terbentuk (Anonim, 2001).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya
dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%,
jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik,
namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam
lemak
besar
FFA=
D. Indikator pp
Indikator PP (phenolphtealin) adalah Indikator asam-basa yang
digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja
karena perubahan pH larutan. Indikator ini merupakan senyawa organik
yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan
berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara
kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek
pH 8,2 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna
merah muda dalam larutan basa. Indikator pp digunakan daam pengujian
asam lemak bebas yang ditandai perubahan warna menjadi merah
muda (Anonim, 2011).
E. NaOH
Natrium
hidroksida
(NaOH),
hidroksida,
juga
adalah
dikenal
sebagai
soda
kaustik.
ALB
berbanding
terbalik
dengan
penambahan
pelarut
B.
- alkohol netral
- minyak sawit
- NaOH
- Aluminium foil
- indikator pp
C. Prosedur Praktikum
Adapun Prosedur praktikum Analisis Asam Lemak Bebasadalah sebagai
berikut:
1. Ditimbang bahan sebanyak 5 gram
2. Dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan alkohol netral
sebanyak 50 ml
3. Dipanaskan pada suhu 80OC
% FFA
No
Kelompok
Minyak Curah
0,332%
0,163%
II
0,35328%
0,16384%
III
0,28672%
0,2476%
4
5
IV
V
0,2048%
0,39936%
0,199%
0,33792%
karena minyak
kali
penyaringan,
sedangkan minyak goreng curah proses penyaringan hanya satu kali. Hal ini
sesuai
Citra (2007), yang menyatakan bahwa minyak curah hanya mengalami
penyaringan sampai tahap olein. Dan masih mengandung soft stearin
(minyak fraksi padat) pada tingkat tertentu. Oleh karena itu minyak curah
biasanya lebih keruh dibandingkan minyak bermerek. Selain itu tingkat
sanitasi dan kebersihannya kurang baik, dan tidak sebersih minyak
bermerek.
Minyak sawit adalah produk yang terbuat dari minyak kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang memiliki keunggulan
dibandingkan dengan minyak goreng yang lain karena minyak kelapa sawit
mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E. Selain itu, minyak kelapa sawit juga
mengandung asam linoleat dan linolenat rendah sehingga makanan yang
digoreng dengan minyak sawit tidak cepat tengik. Hal ini sesuai dengan
Fauzi (2002), yang menyatakan bahwa kandungan asam linoleat dan
alkohol
pada
analisis
asamlemak
bebas
juga
minyak,
sehingga
alkohol
(etanol)
yang
digunakan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum analisa asam lemak bebas, maka
dapat disimpulkan bahwa:
Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim, 2011. Indikator Asam Basa pp (phenolphtealin) http://alchemistviole t .
bl ogspot .com/2011/03/indikator-asam-basa.html . Diakses pada tanggal
08 November 2013. Makassar.
Anonim, 2001. Free Fat Acid. http://thi.fp.unsri.ac.id/index.php/posting/71.
Diakses pada tanggal 08 November 2013. Makassar.
BSN 1995. Minyak Goreng. SNI 01-3741-1995. Badan Standardisasi Nasional.
Citra, 2007. Asam Lemak Minyak Curah. http://hal-wanita.blogspot.com/
2007/06/ kandungan-lemak-minyak-curah-lebih.html. Diakses pada
tanggal 08 November 2013. Makassar.
Hadi, 2012. Senyawa Basa Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org/wiki/
Natri m-hid roksida. Pada Tanggal 17 Oktober Makassar. Diakses pada
tanggal
8 November 2013. Makassar.
Himka. 2011. Kimia Organik. http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimiaorganik/89-2/. Diakses pada tanggal 08 November 2013. Makassar.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Pratama, 2010. Senyawa karbon dan Sifat-sifat Alkohol. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/senyawa-hidrokarbon/sifat-sifat-alko
hol/ . Diakses pada tanggal 08 November 2013. Makassar.
LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
ANALISIS ASAM LEMAK BEBAS
OLEH :
NAMA
: A. ASRIL BADANI
NIM
: G31113507
KELOMPOK
: III (TIGA)
ASISTEN
: NURFAIDAH