NEGERI 1 DENPASAR
KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
Jl.Hos.Cokroaminoto 84 Kodepos: 80116 Telp. (0361) 422401 Fax. (0361) 425603
Website : www.smkn1dps.sch.id/, Mailto : contact@smkn1dps.sch.id,
: 1 dan 2
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
4. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila mana
terdapat kesulitan konsultasikan hasil pekerjaan pada guru
: 1 dan 2
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI
Satuan pendidikan
Program keahlian
Mata pelajaran
Kelas/semester
Pertemuan ke
:
:
:
:
:
SMK N 1 Denpasar
Teknik Gambar Bangunan
Kompetensi Kejuruan
XII / 2
1 dan 2
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Pertemuan
:1&2
PERTEMUAN I
Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Beton dan Beton-bertulang
2. Bahan pembentuk Susunan Betton dan Betonbertulang
.
Halaman 2 dari 5
tekan yang tinggi akantetapi kekuatan tariknya rendah dan dengan batangan- batangan
baja yang ditanamkan di dalam beton agar dapat memberikan kekuatan tarik yang
diperlukan.
Sesungguhnya baja tulangan mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang sama
tingginya, sehingga sering dipakai baja tulangan selain untuk menahan kekuatan tarik juga
menahan kekuatan tekan bersama- sama dengan beton.
Pada saat sekarang ini, bahan beton bertulang sangatlah penting dalam berbagai
pembangunan, baik untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, jembatan bertingkat (jembatan
laying), bendungan, jalan raya maupun dermaga pelabuhan.
campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang berfungsi
sebagai bahan ikatan
Sedangkan pasir dan krikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dan bahan yang diikat oleh pasta semen.
Ikatan antara pasta semen dengan agregat menjadi satu kesatuan yang kompak,
dan akhirnya dengan berjalannya waktu akan menjadi keras dan padat yang
disebut Beton
Skema bahan susun beton dapat dilukiskan seperti pada gambar 1.1.
B.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Kualitas beton sangat ditentukan oleh kualitas bahan susunnya. Oleh karena itu agar
diperoleh beton yang baik, maka harus dipilih bahan susun yang berkualitas baik pula.
Bahan susun yang baik ini mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan Air
o Air untuk bambuatan beton sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum.
Air yang diambil dari dalam tanah (air sumur) atau air yang berasal dari
Perusahaan Air Minum, cukup baik bila dipakai untuk pembuatan Beton.
o Air yang digunakan untk pembutan dan perawatan Beton tersebut tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis yang
dapat merukak beton atau baja tulangan.
2. Persyaratan semen
Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996), semen disebut dengan: semen
Portland (sp) yang dipakai di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis, yaitu
o Jenis I : Smen Portland(sp) untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus.
o Jenis II : Semen portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang.
o Jenis III: Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal tinggi ( cepat
mengeras ).
o Jenis IV: Semen Portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
o Jenis V: Semen Portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen Portland yang digunakan untuk pembuatan beton, yaitu semen yang berbutir
halus. Kehalusan butir semen ini dapat diraba/ dirasakan dengan tangan. Semen
yang sudah mulai mengeras terjadi/ mengandung gumpalan-gumpalan (meskipun
kecil), tidak baik untuk pembuatan beton.
3. Persyaratan Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang digunakan sebagai bahan beton, harus
mempunyai syarat-syarat :
o
Berbutir tajam dan keras.(di ajak ayak dengan jari terasa tajam )
Bersifat kekal, yaitu tidak mudah lapuk/ hancur oleh perubahan cuaca, seperti
terik matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Jika
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 4 dari 5
kandungan lumpur lebih dari 5%, maka pasir tersebut harus dicuci.
o
Tidak boleh digunakan pasir laut (kecuali dengan petunjuk staf ahli), karena
pasir laut ini banyak mengandung garam yang dapat merusak beton/ baja
tulangan.
4. Persyaratan Kerikil
Kerikil merupakan agregat kasar yang mempunyai ukuran diameter 5 mm ~ 40
mm. Sebagai pengganti kerikil dapat pula dipakai batu pecah (split). Kerikil atau
batu pecah yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 40 mm tidak baik untuk
pembuatan beton.
Kerikil atau Batu pecah yang digunakan sebagai bahan beton harus memenuhi
syarat berikut :
o
Harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Jika kandungan
lumpur lebih dari 1%, maka kerikil/ batu pecah tersebut harus dicuci.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
C. Adukan Beton
1.
2.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 6 dari 5
3.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton menurut Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 disajikan pada table dibawah.
S l u m p (cm)
U r a i a n
1. Dinding,
Pelat
pondasi,dan
maksimum minimum
Pondasi
12,5
5,0
9,0
2,5
15,0
7,5
4. Pengerasan Jalan
7,5
5,0
5. Pembetonan masal
7,5
2,5
Telapak bertulang.
2. Pondasi telapak tidak bertulang,
dan
Besar kecilnya nilai slump pada adukan beton, tergantung pada banyak sedikitnya
jumlah air yang dicampurkan pada adukan. Makin banyak air yang dicampurkan
pada adukan, maka adukan makin encer sehingga penurunan adukan makin besar.
Jadi nilai slump-nya juga makin besar.
4.
Halaman 8 dari 5
Campuran beton yang padat, yaitu 1sp: 2ps: 4kr atau 1sp : 3ps : 5kr
Kelebihan/keuntungan,
yaitu
takaran
setiap
camcuran
dengan
5.
Beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,
maupun beban angin.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Berbagai bentuk konstruksi dapat dibuat dari bahan beton menurut selera
perancang/ pemakai.
Beron mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
Konstruksi beton itu berat, sehingga jika dipakai pada bangunan harus
disediakan pondasi yang cukup besar / kuat.
Untuk memperoleh hasil beton dengan mutu baik, perlu biaya pengawasan
tersendiri.
D.
Kekuatan Beton
a)
Kuat tekan beton. Karena sifat utama dari beton adalah sangat kuat jika
menerima beban tekan, maka Mutu Beton pada umumnya hanya ditinjau terhadap
kuat tekan saja.
Menurut Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI- 1971), Kuat tekan beton diberi notasi
bk
dengan satuan dalam kg/cm2. Berdasarkan benda uji kubus/ silinder yang
Mutu beton dengan kuat tekan 100 kg/ cm2, disebutkan:bk = 100 kg/cm2.
= 10 MPa
Mutu beton dengan kuat tekan 125 kg/ cm2, disebutkan, bk = 125 kg/cm2
= 12,5 MPa
Mutu beton dengan kuat tekan 175 kg/ cm2, disebutkan, bk = 175 kg/cm2
= 17,5 MPa
Mutu beton dengan kuat tekan 225 kg/ cm2, disebutkan, bk = 225 kg/cm2
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 10 dari 5
= 22,5 MPa
Menurut peraturan SNI, yaitu perubahan dari PBI-1971, diperbaiki dengan SK SNI T15- 1991 dan SNI 03-2847-2002, kuat tekan beton diberi notasi dengan fc, yaitu kuat
tekan silinder beton yang disyaratkan pada waktu berumur 28 hr.
Mutu beton dibedakan atas 3 macam menurut kuat tekannya, yaitu:
1). Mutu beton dengan kuat tekan (fc) kurang dari 10 Mpa, Digunakan untuk beton
non struktur, misalnya: Kolom praktis, balok/ sloof praktis.
2).
Mutu beton dengan kuat tekan (fc) antara 10 Mpa sampai 20 Mpa, digunakan
untuk beton struktur, misalnya: Balok, Kolom, Pelat ataupun Pondasi.
3).
Mutu beton dengan kuat tekan (fc) sebesar 20 Mpa ke atas, digunakan untuk
struktur beton yang direncanakan tahan gempa.
Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa silinder beton
berdiameter 15
cm dan tingginya 30 cm ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban
tekan P, maka terjadi Tegangan tekan pada beton (c) sebesar beban (P) dibagi
dengan luas pnampang beton (A), sehingga dirumuskan:
c' = fc=P / A
Mpa (N/mm2)
Dengan:
= L / Lo
dengan:
c = regangan tekan beton
L = perpendekan beton, mm
Lo = tinggi awal silinder beton, mm.
Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton dilukiskan seperti terlihat pada
gambar 1.3.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 12 dari 5
fct = 0,33.
fc'
kondisi tegangan nol sampai tegangan tekan sebesar 0,45.fc dan garis regangan (c).
Modulus elastisitas beton ( c ) Merupakan tangen dari sudut
tersebut. Menurut
Ec = (Wc)1,5. 0,043.
2.
fc '
tulangan dan kawat baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan
tulangan lain, selain dari baja tulangan dan kawat baja tersebut
Diameter
Berat per m
tulangan
Nominal (mm)
( kg )
Sebutan
Tegangan leleh
minimal (fy)
(Mpa)
2.
0,222
BJTP-24
240 Mpa
0,395
BJTP-24
240 Mpa
10
10
0,617
BJTP-24
240 Mpa
12
12
0,888
BJTP-24
240 Mpa
14
14
1,208
BJTP-24
240 Mpa
16
16
1,578
BJTP-24
240 Mpa
Diameter
Berat per m
tulangan
Nominal (mm)
( kg )
Sebutan
Tegangan
leleh
minimal (fy)
(Mpa)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 14 dari 5
D10
10
0,617
BJTD-30
300 Mpa
D13
13
1,042
BJTD-30
300 Mpa
D16
16
1,578
BJTD-30
300 Mpa
D19
19
2,226
BJTD-30
300 Mpa
D22
22
2,984
BJTP-30
300 Mpa
D25
25
3,853
BJTP-30
300 Mpa
D29
29
5,185
BJTP-30
300 Mpa
D32
32
6,313
BJTP-30
300 Mpa
D36
36
7,990
BJTP-30
300 Mpa
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Gambar 1.5. Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja tulangan.
yaitu sudut antara garis lurus kurve yang ditarik dari kondisi tegangan nol
sampai tegangan leleh (fy) dan garis regangan ( s). Modulus Elastisitas Baja.
PERTEMUAN II
Materi Pembelajaran : 3. Pengertian Pelat Lantai Beton Bertulang
4. Ketentuan Umum Pelat Lantai Beton
Bertulang
3. Pengertian Pelat Lantai Beton Bertulang
- Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu setruktur tipis yang dibuat dari
beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan
Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada
bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/ unsur pengaku horizontal
yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
- Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, diantaranya: sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan, maupun lantai pada
dermaga.
4.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 16 dari 5
1) Terletak bebas.
Apabila tepi pelat itu ditumpu di atas suatu tumpuan yang dapat berputar
(tidak dapat menerima momen), misalnya pelat tersebut terletak di atas
dinding tembok.
2) Terjepit Elastis.
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang merupakan kesatuan monolit
dengan balok pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku dan memungkinkan
pelat
dapat berputar pada tumpuannya.
3) Terjepit Penuh.
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang tidak dapat berputar akibat
beban yang bekerja pada pelat tersebut, misalnya pelat tersebut menjadi satu
kesatuan monolit dengan balok penahannya.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
2 macam,
yaitu:
1. Sistim tulangan pelat dengan tulangan pokok satu arah (disebut: Pelat Satu
Arah/
2. Sistim tulangan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/
Two Way Slab).
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L,
maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut.
Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton)
tidak berubah dari tempat semula, maka dipasang tulang tambahan (disebut
tulang bagi) yang arahnya tegak lurus tulangan pokok.
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan
bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulanga pokok. Tepat
pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat denga kawat
binddraad. Tulangan bagi juga berfungsi sebagai tulangan untuk menahan
retak beton akibat susut dan perbedaan suhu pada beton.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 18 dari 5
maka tulangan pokok dan tulang bagi dipasang diatas. Jika dilihat gambar
II.2(a) TAMPAK DEPAN, maka tampak jelas tulangan pokok dipasang
paling atas (diberi kode 1),sedangkan tulang bagi menempel dibawahnya
(diberi kode 2). Pada gambar II.2(a) TAMPAK ATAS diberi simbul
tulangan, sebagai berikut:
Dimana simbul , tanda berupa segitiga dengan bagian lancip dibawah,
disebut simbul mendukung (menggantung).
Dimana simbul , tanda berupa segitiga denga bagian lancip di atas, disebut
simbul menginjak.
Shingga Tulangan Pokok dengan simbul ( tulangan paling atas) sedangkan
Tulangan Bagi dengan simbul (menempel dibawahnya tulangan pokok).
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
o Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh
pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang saling
sejajar.
o Karena momen lentur bekerja pad dua arah, yaitu searah dengan bentang
lx dan bentang ly, maka tulangan pokok juga di pasang pada 2 arah yang
saling tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan bagi.
o Tetapi pada pelat didaerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah
saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok
dan tulangan bagi, seperti terlihat pada Gambar II.3. dan Gambar II.4
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 20 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 22 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 24 dari 5
Satuan pendidikan
Program keahlian
Mata pelajaran
Kelas/semester
Pertemuan ke
:
:
:
:
:
SMKN ........Denpasar
Teknik Gambar Bangunan
Kompetensi Kejuruan
XII / 2
3, 4 dan 5
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Materi pembelajaran
:
A. Dasar-dasar perencanaan konstruksi pelat lantai.
B. Perhitungan Dimensi Penampang
Tulangan Pelat
Satu arah
C. Perhitungan Dimensi Penampang Tulangan pada
pelat dua arah.
PERTEMUAN III
A. DASAR-DASAR PERENCANAAN TULANGAN PELAT LANTAI
1.
perencanaan
pelat
beton
bertulang,perlu
diperhatikan
beberapa
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
(a)
dengan pendukung
dengen pendukung
pelat
Tabel III.1 Tinggi (h) Minimal Balok Non Pratekan atau Pelat Satu Arah
Bila Lendutan tidak dihitung.
Tinggi minimal, h
Komponen
struktur
Pelat solid
Satu arah
Balok atau
pelat jalur
satu arah
Satu
Kedua
Kantilever
ujung
ujung
tumpuan
menerus
menerus
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan
dengan partisi
Atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan
yang besar
L/ 20
L/24
L/28
L/10
Dua
L/16
L/18,5
L/21
L/8
b). Untuk Pelat Dua Arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal pelat
bergantung pada m = rata-rata, (disebut rasio kekakuan lentur penampang
balok) terhadap kekakuan lentur pelat dengan rumus berikut: =
E cb / I b
E cp / I p
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
120 mm
Halaman 26 dari 5
n (0,8 + f y / 1500)
dan 120 mm
36 + 5. ( m 0,2)
n (0,8 + f y / 1500)
dan 90 mm
36 9.
memendek.
Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan Tabel VII,1
tergantung
yang
diinterpolasi linear.
Tabel VII,1 Tebal minimal pelat tanpa balok interior
Tegangan
Leleh fy
(Mpa)
300
400
500
Tanpa penebalan
Panel luar
Panel
dalam
Tanpa Dengan
Balok
balok
pinggir pinggir
n/33
n/36
n/36
n/30
n/33
n/33
n/28
n/31
n/31
Dengan penebalan
Panel luar
Panel
dalam
Tanpa Dengan
Balok
balok
pinggir pinggir
n/36
n/40
n/40
n/33
n/36
n/36
n/31
n/34
n/34
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
* fc 31,36 Mpa,
As
1/ 4
.b.d dan
fy
fc '
4. f y
.b.d
b. Tulangan Bagi/ tulangan Susut dan Suhu, Pasal 9.21.2.1 SNI 032847- 2002.
* Untuk fy 300 Mpa, maka Asb 0,0020 .b.h.b.h
* Untuk fy = 400 Mpa, maka Asb 0,0018.b.h
* Untuk fy 400 Mpa, maka Asb 0,0018.b.h.(400// fy)
* Tetapi Asb 0,0014.b.h
2.
Halaman 28 dari 5
suhu).
2). Penulangan pelat dua(2) Arah, yaitu Pelat dengan Empat(4) Tumpuan
Saling Sejajar. Penuangan pelat dua(2) arah, masih dibedakan lagi
antara penulangan didaerah tumpuan dan penulanga didaerah lapangan,
yaitu:
a). Daerah Tumpuan direncanakan/ dihitung tulangan pokok serta
tulangan
1.
2.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
3.
1)
K=
Mu
.b.d 2
atau =
Mn
dengan b = 1000 mm
b.d 2
Kmaks =
K Kmaks (?)
ya
2.K
a = 1 1
0,85. f c '
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
fc
4. f y
.b.d
Halaman 30 dari 5
dihitung K =
K Kmaks (?)
3).
Mn
b.K maks
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Atau min =
1,4
jika fc 31,36 MPa
fy
fc
'
4. f y
'
382,5. 1 . f c
(600 + f y ). f y
maks = 0,75. b =
Dihitung : a =
As . f y
.
0,85. f c .b
Catatan :
Jika < min pelat diperkecil
Jika > maks pelat diperbesar
TABEL-TABEL :
Tabel III.2 Rasio Tulangan Maksimal ( maks) dalam Prosen (%)
Mutu
Beton fc
( M pa )
15
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
300
350
400
450
500
2,419
1,805
1,467
1,219
1,032
0,887
Halaman 32 dari 5
20
3,225
2,408
1,956
1,626
1,37666
1,182
25
4,032
3,010
2,445
2,032
1,720
1,478
30
4,838
3,616
2,933
2,438
2,064
1,773
35
5,405
4,036
3,277
2,724
2,306
1,981
40
5,912
4,414
3,585
2,980
2,522
2,167
45
6,344
4,737
3,848
3,197
2,707
2,325
50
6,707
5,008
4,067
3,380
2,862
2,458
55
7,002
5,228
4,245
3,529
2,988
2,567
60
7,400
5,525
4,486
3,729
3,157
2,712
maks = 0,75. b =
'
382,5. 1 . f c
(600 + f y ). f y
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
240
300
0,583
0,467
0,400
0.350
0,311
0,280
35
0,616
0,493
0,423
0,370
0,329
0,296
40
0,659
0,527
0,452
0,395
0,351
0,316
45
0,699
0,559
0,479
0,419
0,373
0,335
50
0,737
0,589
0,505
0,442
0,393
0,354
55
0,773
0,618
0,530
0,464
0,412
0,371
60
0,807
0,645
0,553
0,484
0,430
0,387
500
2). Tabel III.3 menunjukkan 2 keadaan yang sama dengan Tabel III.2, yaitu:
a). Pada mutu baja (fy) sama, makin tinggi mutu beton (makin besar nilai fc),
nilai
b). Pada mutu Beton (fc) sama, makin tinggi mutu baja (makin besar nila
fy),nilai min makin turun.
fc (Mpa)
240
300
350
400
450
500
15
4,4839
4,2673
4,1001
3,9442
3,7987
3,6627
20
5,9786
5,6897
5,4668
5,2569
5,0649
4,8836
25
7,4732
7,1121
6,8335
6,5736
6,3311
6,1045
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 34 dari 5
30
8,9679
8,5345
8,2002
7,8883
7,5973
7,3254
35
10,1445
9,2595
9,2595
8,9016
8,5682
8,2573
40
11,2283
10,6639
10,2313
9,8296
9,4563
9,1087
45
12,1048
11,5704
11,0930
10,6509
10,2407
9,8593
50
13,0485
12,3683
11,8497
11,3705
10,9266
10,5145
55
13,7846
13,0535
12,4977
11,9850
11,5109
11,0716
60
14,6670
13,8816
13,2853
12,7358
12,2283
11,7583
2). Tabel III.4 menunjukkan 2 keadaan yang sama seperti pada tabel III.2 dan Tabel
III.3, yaitu :
a). Pada mutu baja (fy) sama, makin tinggi mutu beton (makin besar nilai fc),
nilai Kmaks makin besar.
b). pada mutu beton (fc) sama, makin tinggi mutu baja (makin besar nilai fy),
nilai Kmaks makin turun.
PERHITUNGAN IV
B). Pemahaman perhitungan Pelat Satu Arah
Pengertian Pelat Satu Arah dibedakan 2 macam, yaitu:
1.
2.
1). Yang dimaksud Pelat Satu Tumpuan, ialah pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan
jepit). Pada umumnya pelat satu tumpuan sering disebut: pelat luifel/ kontilever.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Karena beban lentur hanya bekerja pada satu arah saja yang menghasilkan momen
negatif (momen lenturnya negatif).
Karena momen lenturnya negatif, maka tulangan pokok dan tulangan bagi
(tulangansusut dan suhu), dipasang pada bagian atas. Selanjutnya diberikan
penyelesaian soal-soal.
Penyelesaian soal-soal:
SOAL 1
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 36 dari 5
90 mm, dengan
Diminta:
Rencanakan Tulangan pelat luifel tsb.
Penyelesaian :
a). Gambar kerja simbul Mek Tek, terlihat Beban-bebannya
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
= 1 kN/m
qu (beban perlu)
= 1,2 qD + 1,6 qL
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 38 dari 5
= 20 MPa.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Mu
K < Kmak karena lebar balok (b) = 1000 mm = 100 cm = 1.00 m
.b.d 2
2.K
.d
a = 1 1
0,85. fc '
As =
0,85. fc '.a.b
fy
Penyelesaian Hitungan:
K=
Mu
7,184.10 6
71840
=
=
= 1,496 MPa < Kmaks
2
2
48000
.b.d
0,8.1000.60
2. K
2.1,496
.d = 1 1
.60 = 5,54 mm
0,85. fc '
0
,
85
.
20
a = 1
As =
= 392,4267 mm
Luas pembanding: SNI fc < 31,36 MPa, As.u =
1,4
.b.d (diambil)
fy
fc
4. f y
.b.d
1,4
.b.d = (1,4.1000.60)/ 240 = 350 mm.
fy
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4 .8 2.1000
=
=
As, u
392,4267
= 128,088 mm
Jarak pembanding:
Persyaratan SNI: s = 3.h = 3. 120 = 360 mm
Dipilih (S) yang kecil,
jadi dipakai: S = 128,088 dibulatkan 100 mm. (8100)
As(baru) =
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4 .8 2.1000
=
= 502,64mm > 392,43
s
100
mm.
Dipasang Tulang Pokok : As= 8 100 = 502,64 >
392,43 mm okey.
.
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4 .6 2..1000
=
= 157 mm.
Asb
180
1 / 4 .D 2. .b
sb, u
1 / 4 .6 2..1000
=
= 226,195 mm > 180 mmokey.
125
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Kumpulan :
Dipasang tulangan pokok : As = 8 100 = 502,64 mm
Dipasang tulangan Bagi
mm.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 42 dari 5
Penyelesaian soal-soal:
SOAL 1 :
Pelat luifel dari suatu atap beton bertulang setebal 90 mm,dengan bentang L=2,5 m,
mendukung beban (qu)= 4,9kN/m. Mutu beton
Diminta:
Rencanakan Tulangan pelat luifel tsb.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Penyelesaian :
Mu = . qu. L = 1/2. 4,9. 2,5 = 15,3125 kNm
ds (Lindungan efektif)= 20 + 10/2 = 25 mm.
d ( tinggi efektif) = h ds = 90 25 = 65 mm.
K = Mu / .b.d = 15,3125. 106/ 0,8. 1000. 65 = 153,125/ 52 =2,9447 MPa < (Kmaks
=
a=(1-
2K. ).d=
0,85.fc.
( 1 - 1 -
2. 2,9447). 65 = 12,454 mm
0,85.20
Tulangan Pokok:
Tulangan Pokok: As = 0,85. fc.a.b = 0,85. 20. 12,454.1000 = 705,7267 mm
fy
300
fc < 31,36 MPa, jadi A s,u = 1,4 . b. d = ( 1,4. 1000. 65 )/ 300 = 303,333 mm
fy
Dipilih Luas yang besar, jadi: As,u = 705,7267 mm
Jarak tulangan: s = . .D.b = ..10. 1000 = 111,233 mm
As,u
705,7267
Syarat,
s ( 3.h = 3. 90 ) = 270 mm )
Halaman 44 dari 5
Tulangan bagi
Tulangan Bagi : Asb = 20%. As,u = 0,2 . 705,7267 = 141,145 mm
Syarat,
s ( 5h = 5.90 = 450 mm )
150
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 46 dari 5
SOAL 2 :
Pelat kontilever atau pelat luifel atau plat konsol pada lantai dengan ukuran seperti
pada gambar disamping, diketahui: Menahan beban hidup (qL) = 3 kN/m. Mutu
beton (fc) = 20 MPa, Mutu baja =300 MPa, Berat beton (c} = 24 kN/m3 Dan
tersedia tulangan D10 dan D6
Diminta :
1. Hitung dan gambarkan Tulangan Pelat.
2. Hitung pula Momen yang dapat didukung oleh Pelat tersebut.
Penyelesaian :
Gambar kerja simbul Mek Tek, terlihat Beban-bebannya
- Dicari beban qu
- Dicari baban Pu
- Disederhanakan qu.L = Q
- Jadi Momen Pelat Luifel (Mu(-) ) = Q . 1/2L + Pu.L
= qu.L . 1/2L + Pu.L
= 1/2qu L + Pu.L
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
= 20 mm.
Mutu baja
= 20 MPa.
Halaman 48 dari 5
* Berat sendiri pelat (qD) = 1,2.(h c)=1,2.( 0.12 24) = 3,456 kN/m
* Beban berguna (qL)
= 1,6.(qL) = 1,6. 3
qu = 1,2. qD + 1,6. qL
= 4,800 kN/m
= 8, 256 k N/m
b. Menentukan Momen :
Mu(-) = 1/2quL + Pu L
= 1/2 8,256 2 + 4,704 2 = 25,92 kNm
c.
Menentukan tulangan
Ditentukan ds = 20 + 10/2 = 25 mm, d = h ds = 120 25 = 95 mm.
K=
Mu
25,92.10 6
= 3,4105 MPa < (Kmaks = 5,6897 MPa lihat Tabel
=
.b.d 2 0,8.1000.95 2
III.4
2.K
2.3,4105
.d = 1 1
.95 = 21,4891 mm
a = 1 1
0,85. fc'
0,85.20
Tulangan Pokok:
As =
1,4
.b.d = (1,4.1000.95)/ 300 = 443,333 mm.
fy
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4.3,14.10 2.1000
=
= 64,465 mm
As, u
1217,72
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4 .10 2.1000
=
= 1308.997mm > 1217,72
s
60
mm.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
1 / 4 .D 2. .b 1 / 4 .6 2..1000
=
= 116 mm.
Asb
243,544
1 / 4 .D 2. .b
sb, u
1 / 4 .6 2..1000
= 257 mm > 243,544 mmokey.
110
Kumpulan :
Dipasang tulangan pokok : As = D10 60 = 1308,997 mm
Dipasang tulangan Bagi : Asb = D6 110 = 257 mm.
Halaman 50 dari 5
a=
As. fy
'
0,85. f c .b
Hitungan :
a=
As. fy
1308,997.300
=
= 23,10 mm.= 2,31 cm
0,85. fc'.b 0,85.20.1000
Mn = As.fy. ( d a/2)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 52 dari 5
PERTEMUAN V
C. Pemahaman Perhitungaan Pada Pelat Dua (2) Arah.
1)
Pengertian
Pada pelat dengan empat tumpuan yang saling sejajar ini termasuk pelat dua arah,
karena menahan momen lentur dalam dua arah (yaitu arah lx dan arah ly). Beban
merata (q) yang bekerja diatas pelat dapat mengakibatkan lendutan pada pelat,
sehingga pelat melengkung kebawah. Lendutan maksimal pada pelat akan terjadi
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Lendutan dan momen lentur yang terjadi merupakan fungsi dari beban yang bekerja
pada pelat. Semakin besar beban yang bekerja diatas pelat, semakin besar pula
lendutan maupun momen lentur yang akan ditimbulkannya. Cara yang baik untuk
menghitung/ menentukan besar momen lentur ialah dengan analisis tiga dimensi.
Tetapi cara analisis tiga dimensi ini tidak praktis, maka para prancing bangunan
gedung dalam menghitung momen lentur lebih menyukai menggunakan Tabeltabel dari hasil hutungan para ahli struktur yang telah dipublikasikan.
2)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 54 dari 5
Bertulang Indonesia Tahun 1971, seperti terihat pada lampiran ( Tabel untuk
penentuan momen pelat, PBI-1971).
Berdasarkan tabel pelat dari PBI-1971, Momen lentur dibedakan menurut 3jenis
tumpuan, yaitu: Terletak bebas, Terjepit elastis (menerus), dan Terjepit penuh.
Besar momen lentur dihitung dengan rumus berikut:
M l = 0,001 . q . l 2x .C i
Dimana:
Subscript i = menunjukkan arah bentang yang ditinjau (lx dan ly).
M l = Momen (lapangan atau tumpuan) pada arah bentang i, kNm.
C i = Koefisien momen sesuai arah bentang i, yang tercantum pada tabel
PBI- 1971.
q = beban terbagi rata yang bekerja pada pelat, kNm.
lx = bentang arah x (bentang pada sisi pelat yang pendek), m.
ly = bentang arah y (bentang pada sisi pelat yang panjang, m.
3)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
4).
Perhitungan Tulangan.
Pada hitungan tulangan untuk menahan momen lentur di daerah tumpuan dan
daerah lapangan ada perbedaan, yaitu :
a). Untuk daerah tumpuan: dihitung tulangan pokok (disebut juga tulangan utama)
dan tulangan bagi (sebagai tulangan penahan susut dan perbedaan suhu), baik
pada bentang arah lx maupun bentang arah ly.
b). Untuk daerah lapangan: dihitung tulangan pokok saja (tanpa tulangan bagi),
karena didaerah ini terjadi persilangan antara tulangan pokok arah lx dan ly.
Agar diperoleh tulangan hemat, diusahakan sebagian tulangan lapangan (yang
berada dibawah) dibengkokkan ke atas (pada pembatasan antara daerah lapangan
dan tumpuan) untuk dimanfaatkan sebagai bagian dari tulangan tumpuan. Keadaan
ini dapat dicapai, jika jarak tulangan lapangan merupakan kelipatan dari jarak
tulangan tumpuan (umumnya kelipatan setengan, satu atau dua kali).
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 56 dari 5
5).
Tabel V.1 Contoh Koefisien C i dari Pelat Dua Arah Terjepit Penuh( P B I
1971 )
Ly/lx
1,0 1,1
...
...
1,5
...
...
2,5
>
2,5
I
lx
Mlx= 0,001
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
21
25
...
...
36
...
...
42
42
21
21
...
...
17
...
...
10
52
59
...
...
76
...
...
83
83
52
54
...
...
57
...
...
57
57
...
...
...
...
..
...
...
...
...
...
...
...
....
...
...
...
q.lx.Clx
ly
II
Mly=
0,001.q.ly.Cly
Mtx=
0,001.q.lx.Ctx
Mtx=
0,001.q.lx.Cty
III
...
Soal Pelat dengan Bentang dua arah. (skesa penulangan hal 16)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Soal No 1 :
Pelat berukuran 6m x 4m dengan tebal (h) 120 mm, terjepit penuh pada keempat
sisinya, Berat spesi tebal 1cm= 0,21 kN/m, Berat penutup kramik tebal 1 cm=
0,24 kN/m Berat beton = 24 kN/m 3 , menahan beban hidup, untuk gedung
sekolah (q l ) = 3 kN/m. Mutu beton fc= 20 MPa, mutu baja fy = 300 MPa,
selimut beton = 20 mm, dan tersedia tulangan D10 dan D6.
Penyelesaian:
1). Pembebanan Pelat Lantai
1.1.
= 2 x 0,21 = 0,42 kN / m
= dihitung = 0,20 kN / m
Beban Mati (qD) = 3,74 kN / m
Halaman 58 dari 5
qu = (1,2 x qD ) + (1,6 x ql )
= (1,2 x 3,74) + (1,6 x 3 )
= 9,288 Nk/m
2). Menghitung Momen-Momen Pelat dari 4 Tumpuan
2.1. Pelat lantai ( 400 x 600 cm )
Bentang panjang, ly = 600 cm = 6,00 m
Bentang pendek, lx = 400 cm = 4,00 m
y
yaitu
Tabel untuk menentukan besarnya Momen Pelat, untuk pelat yang terjepit
Cly = 17 ;
Cty = 57
Momen perlu:
Mlx (+ ) = 0,001. qu. lx. Clx = 0,001. 9,288. 4. 36 = 5,3499 kNm.
Mly (+ ) = 0,001. qu. lx. Cly = 0,001. 9,288. 4. 17 =2,5664 kNm.
Mtx (+ ) = 0,001. qu. lx. Ctx = 0,001. 9,288. 4. 76 =11,2942 kNm.
Mty (+ ) = 0,001. qu. lx. Cty = 0,001. 9,288. 4. 57 = 8,4707 kNm.
Data-data perencanaan :
o Tebal pelat lantai (h) = 120 mm
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
o Tulangan pokok
= D10 mm
o Tulangan bagi
= D6 mm
= 20 mm
halaman 59 dari 111
= h ds1 = 120 25
= h ds2 = 120 35
= 95 mm.
= 85 mm
K=
M lx
.b.d 2
5,3499.16 6
5349900
=
= 0,74098 MPa < Kmaks.
2
7220000
0,8.1000.95
(Tabel I.2.1, Kmaks = 5,6897).
2.k
2.0,74098
95 = 4,2352mm
a = 1 1
.d = 1 1
0,85. f c '
0,85.20
Tulangan Pokok: As =
Asu =
fc
4. f y
.b.d
1,4
.b.d = (1,4.1000.95)/300= 443,333 mm
fy
mm.
Jarak Pembanding :
Syarat SNI,
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
* Tulangan Tumpuan:
M tx
K =
( )
M tx
=11,2942 kNm.
()
.b.d 2
11,2942.10 6 11294200
=
= 1,564293629 MPa < (Kmaks=5,6897
7220000
0,8.1000.95 2
MPa)
2.k
2.1,5642936
95 = 9,1857 mm.
a = 1 1
.d = 1 1
0,85. f c '
0,85.20
Tulangan Pokok: As =
1,4
.b.d = (1,4.1000.95)/300= 443,333 mm
fy
lapangan).
1 / 4. .D 2 b 1 / 4. .6 2.1000
=
= 117,810 mm.
240
As ,b
(Asb,u) =
1 / 4. .D 2 .b 1 / 4. .6 2.1000
=
s
115
D 6 115
M ly
(+ )
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
= 2,5664 kNm,
Halaman 62 dari 5
ds2 = 25 + 10 = 35 mm.
dY = h ds2 =120 35 = 85 mm
K=
M ly
(+)
.b.d 2
2,5664.10 6
= 0,4440 MPa. < (Kmaks=5,6897 MPa)
0,8.1000.85 2
2.k
2.0,4440
1 1
85 = 2,2498 mm.
a = 1 1
.
d
=
0
,
85
.
f
'
0
,
85
.
20
c
Tulangan pokok: As =
1,4
.b.d = (1,4.1000.85)/300= 396,667 mm
fy
1 / 4. .D 2 .b 1 / 4. .6 2.1000
=
s
165
Tulang tumpuan.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Mty=8,4707 kNm,
ds2 = 25 + 10 = 35 mm.
dy= 120 35 = 85
K=
=
M ty
()
.b.d 2
8,4707.10 6
0,8.1000.85 2
8470700
= 1,465519 MPa < Kmaks=5,6897 MPa.
5780000
2.k
2.1,465519
1 1
85 = 7,674 mm.
a = 1 1
.
d
=
0
,
85
.
f
'
0
,
85
.
20
c
Tulangan Pokok,
As =
1,4
.b.d = (1,4.1000.85)/300= 396,667 mm
fy
Jarak tulangan:
S =
1 / 4. .D 2 .b 1 / 4. .6 2.1000
=
s
165
Halaman 64 dari 5
= 86,972 mm.
1 / 4. .D 2 b 1 / 4. .6 2.1000
=
As ,u
240
= 117,810 mm.
1 / 4. .D 2 .b 1 / 4. .6 2.1000
=
s
115
Kumpulan data.
I). Tulangan bentang arah lx.
Tulangan lapangan:
Tulangan lapangan :
Tulangan tumpuan :
Gambar penulangan
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 66 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
1. Kegiatan Akhir
1). Diskusi/ Tanya jawab
2). Menyimpulkan materi pelajaran yang diajarkan.
3). Soal, rencanakan penulangan pelat lantai (sesuai tugas masing-masing)
Halaman 68 dari 5
Satuan pendidikan
Program keahlian
Mata pelajaran
Kelas/semester
Pertemuan ke
:
:
:
:
:
SMK N 1 Denpasar
Teknik Gambar Bangunan
Kompetensi Kejuruan
XII / 1
6, 7 dan 8 ( 3x pertemuan )
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
:
1.
2.
3.
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berlangsung maka tujuannya sebagai berikut :
1. Siswa dapat menggambar rancangan denah dan rancangan penulangan
Pelat Lantai dan menempatkan tulangan dengan benar.
2 .Siswa dapat menggambar potongan penampang pelat dan menempatkan
tulangan dengan posisi yang benar
3 Siswa dapat menerapkan notasi bahan elemen penggambaran pelat lantai
dengan bener.
PERTEMUAN VI
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 70 dari 5
Tabel 2
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Tablel 3
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 72 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Tabel 4
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 74 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Gambar
Denah Penulangan Pelat Luifel
Ditentukan :
Pelat luifel (lihat gambar di atas)
Luas tulangan yang diperlukanA= 5,35 cm2
Diminta:
Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 76 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Gambar
Penulangan Pelat Atap Satu Petak
Ditentukan:
Pelat atap satu petak (lihat gambar di atas)
Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat =Alb = 5,82 cm2
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 78 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Gambar
Denah Penulangan Pelat Lantai Satu Petak
Ditentukan:
Pelat lantai satu petak (lihat gambar di atas)
Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat =Alb =Alx = +6,82 cm2
Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat =All =Aly = +4,74 cm2
Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat =Atb =Atx = 8,16 cm2
Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat =Atl =Aty = 5,89 cm2
Diminta:
Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Catatan:
Tulangan pokok yang dipasang hanya boleh menggunakan besi tulangan
diameter 8 mm dan 10 mm.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 80 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 82 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 84 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Gambar
Penulangan Pelat Lantai Lebih Dari Satu Petak
Ditentukan:
Pelat lantai lebih dari satu petak (lihat gambar di atas)
Pelat (a) : A lx = +5,42 cm2
A ly = +2,42 cm2
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 86 dari 5
A tx = 6,28 cm2
A ty = 3,59 cm2
Pelat (b) : A lx = +2,82 cm2
A ly = +2,62 cm2
A tx = 3,52 cm2
A ty = 3,14 cm2
Pelat (c) : A t = 5,82 cm2
Diminta:
Gambarkanlah penulangan pelat lantai tersebut di atas dengan skala 1 : 50!
Hitunglah kebutuhan baja/besi beton bertulang dan kubikasi beton!
Dasar- dasar penetapan teori gambar pelat lantai diatas, maka dapat
diterapkan untuk perencanaan gambar pelat lantai dan tahapan
perencanaan gambar :
1.
1.
2.
D6 ?
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
5. Kegiatan Akhir
- Diskusi/ Tanya jawab
-
PERTEMUAN VII
2. Menggambar Detail Potongan Perencanaan pelat lantai.
Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk pelat luifel,
pelat atap dan Pelat lantai sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan perlu memahami Ketentuan ketentuan yang terkandung
dalam konstruksi beton bertulang.
Jenis tulangan
Tulangan-tulangan yang terdapat pada konstruksi pelat beton bertulang
adalah:
1). Tulangan pokok
a. Tulangan pokok primer, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah lebar (sisi pendek) dan dipasang mendekati sisi
luar beton.
b. Tulangan pokok sekunder, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah panjang dan letaknya di bagian dalam setelah
tulangan pokok
primer.
2). Tulangan susut ialah tulangan yang dipasang untuk melawan penyusutan/
pemuaian dan pemasangannya berhadapan dan tegak lurus dengan
tulangan pokok dengan jarak dari pusat ke pusat tulangan susut maksimal
40 cm.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 88 dari 5
3). Tulangan pembagi ialah tulangan yang dipasang pada pelat yang
mempunyai satu macam tulangan pokok, dan pemasangannya tegak lurus
dengan tulangan pokok. Besar tulangan pembagi 20% dari tulangan pokok
dan jarak pemasangan dari pusat ke pusat tulangan pembagi maksimum
25 cm atau tiap bentang 1 meter 4 batang.
Pemasangan tulangan pembagi biasanya terdapat pada konstruksi pelat
luifel/atap/lantai dan dinding. Tulangan pembagi berguna:
Menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya
Meratakan pembagian beban
Mencegah penyusutan konstruksi
Pemasangan tulangan
Keterangan :
Pemasangan
T = Tebal pelat
T = jarak bersih
t = 2,5 cm ( miniman )
t = 25 cm ( maksimal
t = 2T
a = Selimut beton
a = 1,5cm, bilamana berhubungan dengan air laut atau asam
ditambah1cm
.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Apabila momen yang bekerja kecil, maka jarak tulangan pokok dari pusat ke
Pusat maksimal 40 cm.
Tebal Pelat
Pelat atap = 7 cm minimal 7 cm
Pelat lantai = 12 cm minimal 12 cm
Diameter Tulangan Pelat
Baja lunaktulangan pokok = O 8mm dan tulangan pembagi O 6mm
Pada pelat yang tebalnya lebih dari 25 cm, penulangan pada setiap tempat
harus dipasang rangkap (dobel) dan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.
Dinding
Untuk konstruksi dinding, yang perlumendapatkan perhatian adalah tebal
dari
dinding
vertikal (T) adalah:
T = 1/ 30 bentang bersih
Apabilamenerima lenturan (Mlentur) T = 12 cmminimal 12 cm
Apabila tidak menerima lentur T = 10 cm minimal 10 cm
Untuk dinding luar di bawah tanah tebalnya = 20 cm tebal minimal 20 cm
Penulangan dinding untuk reservoir air dan dinding bawah tanah:
Tebal dinding (T) 30 cm < T = 12 cm
Penulangan senantiasa dibuat rangkap
Penulangan dinding yang horizontal dan untuk memikul susut serat
perubahan suhuminimal 20%F beton yang ada
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 90 dari 5
Contoh:
Tebal dinding 12 cm. Penulangan yang dibutuhkan setiap 1m2 = 25% x 12
cm2
= 3 cm2
Diameter tulangan pokokminimalO8mmdan tulangan pembagiminimal
O 6 mm
Apabila terdapat lubang pada dinding,maka harus dipasangminimal
2O16mm dan diteruskan paling sedikit 60 cmmelalui sudut-sudut lubang
gambar
Penulangan Dinding ReservoirAir dan Dinding Bawah Tanah
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 92 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
.
bentang pelat. Pada tulangan tumpuan perlu besi beton pengait atau
tulangan pembagi dengan diameter O 820
Untuk pelat luifel terdiri dari tulangan pokok dan pembagi serta
bilamana perlu diberikan juga tulangan susut yang menyilang terletak di
bawah dengan diameter 6 mm jarak 40 cm (O 640).
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 94 dari 5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Untuk pelat luifel sebuah bangunan kantor lihat gambar dibutuhkan tulangan
A = 5,31 cm2. Gambarlah rangkaian penulangan luifel tersebut dengan mutu
beton K 125 dan baja U22! Penyelesaian:
A = 5,31 cm2 dipilih O 1014 = 5,61 cm2 > 5,31 cm2 (OK)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 96 dari 5
Gambar
Penulangan Pelat Lantai
Suatu pelat lantai satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,37 cm2; Aly =
2,37 cm;Atx = 7,05 cm2 ; Aty = 5,00 cm2
Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K175 dan baja :
U22
Alx = 3,37 cm2 dipilih O 814,5 = 3,47 cm2 > 3,37 cm2 (OK)
Masuk tumpuanAtx = 3,47/2 = 1,73 cm2 O 8 29
Tulang tumpuan tambahanAtx = 7,05 1,73 = 5,32 cm2 dipilih O 1014,5
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
gambar
Penulangan Pelat Atap
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Halaman 98 dari 5
Pelat atap satu petak dibutuhkan tulangan seluas :Alx = 3,36 cm2 ;Aly = 1,89 cm;
Atx = 6,83 cm2 ; Aty = 4,63 cm2
Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K125 dan baja :
U24
Alx = 3,36 cm2 dipilih O 814,5 = 3,47 cm2 > 3,36 cm2 (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 O 829
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,83 1,73 = 5,10 cm2 dipilih O 1014,5
= 5,42 cm2 > 5,10 cm2 (OK)
Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 6,83 cm2
Aly = 1,89 cm2 dipilih O 820 = 2,51 cm2 > 1,89 cm2 (OK)
Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 O 840
Tulang tumpuan tambahan Atx = 4,63 1,25 = 3,38 cm2 dipilih O 1020
= 3,93 cm2 > 3,38 cm2 (OK)
Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 4,63 cm2 OK
Tulangan pembagi yang dibutuhkan untuk tumpuan Atx = 20% x 7,15
= 1,43 cm2 dipilih O 615 = 1,89 cm2 > 1,43 cm2
Untuk tumpuan Aty = 20%x 5,18 = 1,04 cm2 O614,5 = 1,95 cm2 > 1,04 cm2
Tulangan susut perlu dipasang karena pelat atap tidak terlindung dari
perubahan-perubahan.
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
gambar
Penulangan Pelat Atap dan Luifel
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Sebuah rumah jaga dengan atap pelat datar dari beton bertulang. Luas
tulangan Alx = 3,66 cm2
Aly = 4,45 cm2
Atx = 9,00 cm2
Aty = 6,79 cm2
Luifel A = 5, 30 cm2
Untuk menjaga puntiran maka setiap sudut pelat dipasang tulangan dengan luas =
5,30 cm2
Alx = 3,66 cm2 dipilih O 1020 = 3,93 cm2 > 3,66 cm2 (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,93/2 = 1,96 cm2 O 1040
Tulang tumpuan tambahan Atx = 9,00 1,96 = 7,04 cm2 dipilih O 1010
= 7,85 cm2 > 7,04 cm2 (OK)
Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,96 + 7,85 = 9,81 > 9,00 cm2
VW = 1/5 x 9,81 = 1,96 cm2 O 614 = 2,02 cm2 > 1,96 cm2 OK Aly
= 3,45 cm2 dipilih O 814 = 3,59 cm2 > 3,45 cm2 (OK) Masuk
Tumpuan Aty = 3,59/2 = 1,79 cm2 O 828
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,79 1,79 = 5,00 cm2 dipilih O 1014
= 5,61 cm2 > 5,00 cm2 (OK)
Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,79 + 5,61
= 7,40 > 6,79 cm2 OK
VW = 1/5 x 7,40 = 1,48 cm2 O 615 = 1,89 cm2 > 1,48 cm2 OK
Luifel A= 5,30 cm2 O 1010 // lx
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
O 1014 // ly
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
gambar
Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak
Pelat (a) Atx = 2.77 cm2 O 813 = 2,87 cm2 > 2,77 cm2
Aty = 2.90 cm2 O 817 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1.90 cm2 O 820 = 2,57 cm2 > 1,90 cm2
Aly = 1,66 cm2 O 820 = 2,57 cm2 > 1,66 cm2
Pelat (b) Atx = 4.16 cm2 O 812 = 4,19 cm2 > 4,16 cm2
Aty = 2.90 cm2 O 817 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1,90 cm2 O 820 = 2,51 cm2 > 1,90 cm2
Ay = 1.66 cm2 O 820 = 2,51 cm2 > 1,66 cm2
Pelat Luifel (c) : 3,25 cm2 O 812 = 3,87 cm2 > 3,28 cm2 //Atx
O 87 dan O 868 = 2,70 > 3,28 cm2 // Aty
lantai.
2.1. Menjelaskan dan memberi arahan cara memandang menyelesaiakn
gambar Detail potongan pelat.
2.2. Membuat garis potongan pada dua(2) arah bentang pada gambar
denah penulangan pelat lantai (arah bentang memanjang dan
melintang).kemudian diambil bagiannya gambar diperbesar
2.3. Membuat
gambar
detail
potongan
dari
arah
potongan
Arah
PERTEMUAN VIII
3. Pekerjaan memberikan notasi pada elemen-elemen penggambaran pelat
lantai.
3.1. Memberi notasi dimensi gambar denah penulangan pelat lantai, untuk
:
a. Jarak bentang denah pelat (dua arah bentang pelat)
b. Jarak tulang pokok as ke as dan jarak tulang bagi as ke as dan juga
notasi simbul pengkodean tulang (lakukan dengan benar)
3.2. Memberi notasi dimensi pada potongan penampang pelat, untuk:
a. Jarak tebal (h) pelat, jarak bentang pelat, jarak tulang yang sejajar
asas. (untuk potongan pada 2 arah bentang).
3.3. Lakukan pemberian notasi/keterangan/simbul dengan benar,dan
asitensikan pada struktur.
3.4. Kegiatan Akhir
1. Diskusi/ Tanya jawab
2.
:
:
:
:
:
SMK N 1 Denpasar
Teknik Gambar Bangunan
Kompetensi Kejuruan
XII / 1
9, dan 10
halaman 105 dari 111
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pelajaran
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran berlangsung maka tujuannya sebagai berikut :
1. Siswa dapat membuat daftar kebutuhan tulangan untuk menghitung
volume tulangan dan volume bahan beton.
PERTEMUAN IX
1.
lantai
1.1.
.
1.2. Menghitung jumlah dan panjang tulangan arah memanjang, jenis
bengkokan yang
yaitu:
Daerah lapangan: Tulangan Pokok = ?
Daerah tumpuan: Tulangan Pokok = ?
Tulangan Bagi = ?
1.3. Menghitung jumlah dan panjang tulangan arah melintang, jenis
bengkokan yang
yaitu :
Daerah lapangan: Tulangan Pokok = ?
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Bukaan tulangan :
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
NO.
JML
GRS
PAN
BRT
PE-
TU
BA-
TE
JAN
DLM
LAT
TAN
NG
(KG)
AN
AH
BAT
TL
AN
AN
(mm
(mtr)
Lxa
Lxb
Txa
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
BENTUK TULANGAN
CATATAN
Txb
Tb.
tx
Tb
ty
Tb
lf.a
Tb
lf.b
8
8
8
8
PERTEMUAN X
Menghitung volume beton pelat, berdasarkan macam tipe pelat dalam satuan
meter kubik (m)
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
3.3.
Kegiatan Akhir
1. Diskusi/ Tanya jawab
2. Assitensi materi tugas gambar detail potongan pelat, hitungan volume tulangan
dan
4. Sumber pembelajaran
1. Modul menggambar konstruksi pelat lantai.
2. Media Pembelajaran tampilan LCD dan tampilan Power Point
5.
6. Penilaian
Penilain selama kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LP 1 - LP 5.
Daftar Pustaka
BALOK DAN PELAT BETON BERTULANG/H. Ali Asroni Edisi Pertama Yogyakarta
Diperiksa/mengetahui
Denpasar,
Guru Mata Pelajaran
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007
Form : F.04.07
Revisi : 01/ 01 Agustus 2007