Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tulisan ini membahas tentang fasies litologi dan sejarah diagenesa yang terekam pada batuan
karbonat Formasi Rajamandala di daerah Padalarang dan sekitarnya, lokasi pengamatan di
daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung
Masigit, Gunung Manik dan Sanghiyangtikoro. Pembelajaran batuan karbonat yang
menyangkut facies, sistem pengendapan, proses dan sejarah diagenesa yang terjadi
bersamaan atau setelah pengendapan batuan sangat penting karena berpengaruh dalam
membangun karakter reservoir batuan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
berdasarkan studi pustaka, analisis data observasi singkapan dan hasil deskripsi petrografi
dari sampel batuan. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik,
indikasi diagenesa dan foto serta pengambilan sampel batuan. Sampel batuan yang telah
diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik seperti fosil, tekstur,
porositas dan mineral mineral yang terbentuk selama proses diagenesa. Interpretasi
didasarkan data observasi lapangan atau singkapan dan analisis petrografi batuan. Batuan
karbonat Formasi Raja Mandala dapat dikelompokan dalam. beberapa facies batuan adalah
a) Facies batuan karbonat berlapis, b) Facies rudstone, c) Lepidocyclina packstone, d)
Foraminifera wackstone, e) Foraminifera wackstone-packstone, f) Facies coral - algae
boundstone, g) Facies platy coral. Batuan karbonat secara umum diendapkan pada daerah
komplek Reef, yaitu mulai dari Backreef/Lagoon, Core reef, Fore reef atau Basinal/Slope.
Beragam indikasi diagenesa berupa kompaksi, sementasi, penggantian, pelarutan, stilolit,
rekahan dan karstifikasi, indikasi tersebut dijumpai diseluruh facies batuan yang ada.
Lingkungan diagenesa ditafsirkan mulai dari zona marine burial, marine phreatic hingga
vadose , sedangkan tahapan diagenesa dapat dibagi tiga (3) fase yaitu fase 1 (satu) Kala
Oligosen akhir Miosen awal pada masa pengendapan, fase 2 (dua) Kala Miosen awal
Pliosen yaitu masa penindihan sedimen di atas formasi Rajamandala dan fase tiga (3) Kala
Pliestosen - Resent yaitu pada masa pengangkatan, perlipatan dan ekspos diikuti denudasi
atau erosi.
Kata kunci : Facies, Reef, Diagenesa, Marine Phreatic, Formasi Rajamandala
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dan Permasalahan
Pemelajaran batuan karbonat
sangat menarik dan penting karena
kepentingannya
dalam
industri
perminyakan dan pertambangan pada
batuan karbonat sangat besar.
Batuan karbonat memiliki jumlah
yang cukup signifikan sebagai penghasil
hidrokarbon, contohnya lapangan besar
seperti, Arun, Natuna dan Cepu yang
menghasilkan dari batuan karbonat yang
berumur Oligocene hingga Miocene.
Keterdapatan ini terjadi dalam beragam
reservoir batugamping dan dolomite
berupa reef, shoals, platform. Banyak
faktor dari reservoir batuan karbonat yang
berhubungan langsung dengan kemas
ditentukan oleh diagenesa dan sistem
pengendapan serta hasil dari interaksi
biologi dan fisika terlihat nyata pada
karakterisasi batuan karbonat.
Permasalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana hubungan
antara facies batuan dengan proses dan
tahapan diagenesa yang terjadi sejak
pengendapan hingga saat ini. Selain itu
pertanyaan atau permasalah yang juga
perlu dijawab adalah bagaimana kualitas
batuan karbonat Formasi Rajamandal
sebagai reservoir.
Batuan karbonat sebagai reservoir
sangat bergantung dengan facies litologi,
tahapan dan proses diagenesa yang dilalui,
dimulai sejak pengendapan, sesaat setelah
pengendapan hingga setelah pengendapan
yaitu
berupa
penindihan
dan
Gambar 1.1. Peta lokasi daerah penelitian dan nomer lokasi pengamatan
Gambar 2.2. Peta Geologi Daerah Togogapo dan Sekitarnya (Koesoemadinata dan Siregar.
1984)
dan
meratanya
foraminifera
discoidal dan ketidakhadiran platy
coral adalah indikasi dari kondisi air
kurang bergerak pada fore reef
shelf.
d. Open Shelf Facies di daerah Togogapu
facies ini dicirikan berwarna abuabu terang ke abu-abu kecoklatan,
bermacam
argilaceous
dan
dolomitik berlapis cukup baik.
Glauconite mengisi rongga adalah
kenampakan umum dan secara
lokal ditemukan nodul. Mudstone
dan wackestone merupakan batuan
yang dominan dimana foraminifera
plangton kadangkala muncul.
Secara umum ketidakhadiran dari
fauna berukuran besar seperti coral
memberi kesan keadaan air yang
lebih dalam dan kehadiran dari
kumpulan bentonik yang lebih
dangkal bisa dihubungkan dengan
longsoran.
3.2. Diagenesa dan Lingkungan
Diagenesis
secara
umum
bertanggungjawab pada pembesaran
porositas yang ditemukan pada banyak
reservoir karbonat, tapi juga bisa
memperkecil porositas maupun perubahan
pada kemas. Pada batuan karbonat
Rajamandala ini telah mempunyai
pengaruh yang kuat untuk merusak
porositas
secara
umum,
dengan
pengecualian sedikit sekali pada beberapa
porositas interkristalin yang ditemukan
dalam beberapa kemas dolomitik (Table.2).
Mikritisasi dari batas butiran ditemukan
pada beberapa tempat tapi tidak umum.
Peluruhan dari coral kebanyakan tersebar
luas tapi hampir tanpa terkecuali pada
cetakan yang kemudian terisi oleh semen
kalsit.
Kelimpahan
mikrit
telah
menghalangi
pembentukan porositas
Tabel 1.
Analisis Facies dan Paleoekologi Batugamping Formasi Rajamandala
Daerah Padalarang - Jawabarat.
LOKASI
Togogapu
FACIES
Large foraminifera
packstone
Wackstonepackstone
Rudstone
Coral boundstone
FAUNA/FOSIL
Gn. Hawu
Pabiasan
Packstone
Coral boundstone
Coral boundstone
PALEOEKOLOGI
Fore reef, Open
Shelf Facies
slope / basinal
gelombang laut
aktif
Lampegan
Pr. Masigit
Pr. Manik
Pr. Pawon
Pr.
Sangiangtik
oro
LOKASI
Large foraminifera
packstone
Platy
coral
boundstone
WackstonePackstone
Large foraminifera
packstone
INDIKASI DIAGENESA
LINGKUNGAN
DIAGENESA
Gn. Hawu
Pabiasan
Lampegan
Gn. Manik
Gn.
Masigit
Packstone
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Semen
kalsit
Coral
boundstone
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Semen
kalsit
Wackstone-
Packstone
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Semen
kalsit
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Dolomitik
Semen
kalsit
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Dolomitik
Semen
kalsit
Packstone
Platy coral
boundstone
Fase 3
Patahan
Rekahan isi
Stalakmit
stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Rekahan isi
Stalakmit
Stalaktit,
Stilolit
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Rekahan isi
Stalakmit
Stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Stalakmit
Stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Stalakmit
Stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Stalakmit
Stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Fase 1-2
Fase 3
Marine
Burial
Phreatic
Vadose, Freshwater - Phreatic
Togogapu
Wackstone-
packstone
Rudstone
Coral
boundstone
Fase 1-2
Kompaksi
Rekahan isi
Dolomitik
Semen
kalsit
Marine
Deep
Burial
10
Gn.
Pawon
Sangiangti
koro
Platy coral
boundstone
Coral
boundstone
Wackstonepackstone
Rudstone
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Dolomitik
Semen
kalsit
Kompaksi
Rekahan isi
Stilolit
Dolomitik
Semen
kalsit
3.3. Pembahasan
Hasil analisis facies, komponen
penyusun batuan berupa fosil dan butiran
cukup mudah untuk diamati bahkan
dibeberapa lokasi singkapan juga sayatan
tipis, hal ini sangat baik untuk mengenali
sistem pembentukan awal dan lingkungan
pengendapan, sedangkan dari perubahan
tekstur dan mineralogi akan dapat
memberikan gambaran proses diagenasa
yang sudah terjadi pada batuan.
Sejarah diagenesa batuan karbonat
Formasi Rajamandala dapat dibagi
kedalam tiga fase (Table 2.), fase pertama
yang dimulai pada kala Oligosen akhi
hingga Miosen awal adalah fase
pembentukan batuan karbonat pada
lingkungan pengendapan komplek reef
yang tentunya tercerminkan dari facies
batuan (Tabel 1.), jejak facies primer masih
terekam baik pada batuan, diagenesa yang
terjadi bersamaan dengan pengendapan
dan sesaat setelah pengendapan diindikasi
oleh sementasi kalsit dan pelarutan dari
cangkang dan butiran primer serta
kehadiran dolomit, pada fase pertama ini
diperkirakan tidak terjadi pemunculan
terumbu diatas permukaan air laut (zona
vadose).
Kehadiran
dolomit
juga
mengindikasikan formasi yang terbentuk
tetap berada di bawah muka air laut
Patahan
Stalakmit
Stalaktit,
Travertin
Dolomitik
Cave
Patahan
Travertin
Dolomitik
Marine
Burial
Phreatic
11
Gambar 2.3. Foto (1,2 dan3) singkapan di Pabeasan coral reef facies, masiv, kekar isi, Foto (4,5
dan 6) singkapan di Cikamuning Togogapu, masiv coral reef dan Lagre foram facies, patahan
dan gua gua kecil, stalaktit dan stalakmit, Foto (7,8 dan 9) singkapan di Gn. Manik, large foram
facies, patahan, kekar isi, oksidasi dan stalaktit dan stalakmit.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
12
Gambar 2.4. Foto (1,2 dan3) singkapan di Gn. Pawon, coral reef facies, karstifikasi, gua dengan
stalaktit stalakmit, Foto (4,5 dan 6) singkapan di Gn. Masigit, Platy coral facie dan foram facies,
bidang patahan dan kekar terisis kalsit struktur gigi anjing.
1
Gambar 2.5. Foto (1,2 dan3) singkapan di daerah Bende, coral reef facies, masiv coral,
terkekarkan dan terisis urat kalsit, keras dan kompak. Foto (4,5 dan 6) singkapan di Gn. Manik,
Coral reef facies dan large foram facies, keras dan kompak, stilolit terlihat baik.
13
Gambar 2.6. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Togogapu, memperlihatkan facies
Large foram berassosiasi dengan foram plankton secara keseluruhan memperlihatkan effek
sementasi kalsit deep burial phreatic, kalsit semen mengisi interpartikel (K, L, M, N, O dan P)
maupun intrapartikel semen (A-J dan Q-T).
A
Gambar 2.7. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Gn. Pabeasan, memperlihatkan facies
Large foram berassosiasi dengan foram plankton dan ostracoda secara keseluruhan
memperlihatkan effek sementasi kalsit deep burial phreatic, semen kalsit mengisi
interpartikel dan meniscus semen (G, H, I, J, K dan L) maupun intrapartikel semen (A-F).
14
Gambar 2.8. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Gn. Masigit, memperlihatkan
Dolomit facies berassosiasi dengan algae secara keseluruhan merupakan effek marine burial
terjadi pergantian kalsit menjadi dolomit (A-D), semen kalsit blocky mengisi interpartikel (G,
H, dan I).
V. SIMPULAN
1. Facies litologi yang terdapat dalam
batuan karbonat Formasi Raja
Mandala dapat dikelompokan
dalam a. Core Reef Facies ditipikal
masiv, large coral, red algal yang
melimpah, b. Back Reef Facies
tipikal klastik coral umum, algae,
encrusting dan milliolid. c. Fore
Reef Facies tipikal foram besar
dominan, coral platy, algal dan
echinoderm. c. Open Shelf Facies
tipikal argilaceous dan dolomitik
berlapis cukup baik dan kehadiran
foraminifera plangton.
2. Sejarah diagenesa batuan karbonat
Formasi Rajamandala dapat dibagi
kedalam tiga fase,
a. Fase pertama kala Oligosen
akhir hingga Miosen awal
adalah diagenesa yang
terjadi bersamaan dengan
pengendapan dan sesaat
setelah pengendapan pada
lingkungan diagenesa zona
marine burial yang
dipengaruhi zona phreatic.
b. Fase kedua berakhirnya
pengendapan
Formasi
Rajamandala
diikuti
pengendapan
batuan
sedimen
dari
Formasi
Citarum
dan
Formasi
Saguling pada kala Miosen
Awal hingga Miosen Akhir,
fase
kedua
terjadinya
diagenesa
berupa
penindihan , kompaksi,
proses diagenesa pada zona
deep burial.
c. Fase
ketiga
tahapan
diagenesa yang terjadi
adalah sejak kala PlioPlistosen hingga saat ini
(recent), fase pengangkatan
dan perlipatan hingga
tereksposnya
Formasi
Rajamandala,
gejala
diagenesa karstifikasi.
d. Tahapan diagenesa dari
Formasi Rajamandala mulai
dari kala Oligasen akhir
hingga
Miosen
awal
merupakan
tahapan
Eogenetic, selanjutnya kala
Miosen Awal hingga Miosen
Akhir
adalah
tahapan
Mesogenetic dan Kala Plio-
15
DAFTAR PUSTAKA
Dunham, R.J., 1962. Classification of
Carbonate Rocks According to
Depositional Texture. In: W.E. Ham
(ed.), Classification of Carbonate
Rocks. American Association of
Petroleum Geologist Memoir, 1, h.
108-121.
Embry, A.F. dan Klovan, J.E., 1971. A Late
Devonian Reef Tract on NorthEastern Banks Island, North West
Territory. Bulletin of Canadian
Petroleum Geology, 19, h. 730-781.
James, N.P., 1983, Reef environment in
Scholle, Peter A, Don G. Bebout and
Clyde
H.
Moore
(Editors),
Carbonate
depositional
environments: Memoir 33, AAPG,
Tulsa, Oklahoma 74101 USA, p.345350.
James, N.P., 1991. Diagenesis of Carbonate
Sediments. Notes to Accompany a
Short Course. Geological Society of
Australia.
16