Anda di halaman 1dari 6

Penanggulangan Permasalahan Sampah di Denpasar

Pendahuluan
Mendengar kata sampah bukanlah hal baru di telinga kita permasalahan sampah adalah
salah satu masalah paling klasik di negeri ini sama halnya dengan masalah korupsi, menurut
Pasal 1 angka 1 UU No.18 Th. 2008 tentang pengelolaan sampah mendefinisikan Sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan
sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat,
asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai
ekonomi (vide; Pasal 3 UU 18 Th.2008). Sampah berasal dari rumah tangga, pertanian,
perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar, dsb. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi:
Sampah organik/basah
Sampah anorganik/kering
Sampah berbahaya
Pasal 4 UU No. 18 Th.2008 menyatakan pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Manajemen

pengelolaan

sampah

yang

diterapkan

di

Kota

Denpasar

adalah

penyapuan,pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir. Kegiatan penyapuan, terutama


di jalan- jalan utama di Kota Denpasar dibagi dalam dua shift waktu, yaitu pagi hari (06.00
11.00WITA) dan siang hingga sore hari (12.00 17.00). Kegiatan utama dalam proses
penyapuan ini adalah menyapu badan jalan dan telajakan rumah tangga di sepanjang jalan yang
dilayani. Proses kedua yaitu pengumpulan sampah juga dilakukan dalam dua shift, yaitu pagi
hari (06.00 11.00 WITA) dan siang sore hari (11.00 16.00). Kegiatan dalam pegumpulan
sampah adalah mengelola, menjaga, dan mengawasi pembuangan sampah di lokasi container dan
transfer depo. Di Kota Denpasar, terdapat 172 banjar/kelompok Pelaksana Swakelola Kebersihan
yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu:
Denpasar Timur : 39 Banjar/Kelompok,

Denpasar Selatan : 51 Banjar/Kelompok,


Denpasar Barat : 82 Banjar/Kelompok.
Kegiatan pembuangan akhir sampah ditetapkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Suwung,yang berada Desa Suwung Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan. Lokasi TPA dengan
sumber sampah berada pada jangkauan 9 km. Sampah yang akan masuk ke TPA Suwung
diseleksi, dan dilakukan pelarangan terhadap sumber sampah seperti:
Sampah medis (rumah sakit)
Sampah dari barang pecah belah
Sampah ban bekas, karet dan sejenisnya yang mudah terbakar
Segala macam bangkai
Tinja

Identifikasi Masalah
Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar,
karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan
mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian
juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke
sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir.
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tak kunjung menemui titik terang, selalu saja
kita melihat sampah berserakan dijalanan yang sangat mengganggu mata kita dan memberikan
kesan kumuh bagi suatu daerah. Masyarakat kota atau daerah yang padat penduduknya pasti
menghasilkan sampah yang begitu banyak tak terkecuali di Denpasar belum lagi ditambah
dengan sampah-sampah sisa upacara adat yang tidak kalah banyaknya.
Dilihat dari aspek sosiologis umumnya masyarakat kita masih sangat kurang kesadaranya
akan kebersihan seakan membuang sampah tidak pada tempatnya sudah menjadi budaya yang

sulit untuk dirubah, hal tersebut menjadi faktor yang selalu mengganjal upaya-upaya pemerintah
pusat maupun daerah untuk menanggulangi permasalahan sampah ini khususnya di Denpasar.
Penanganan masalah sampah di Kota Denpasar berada di dusun Suwung dengan luas areal 22 ha,
Total sampah yang diangkut ke TPA Suwung oleh DKP Kota Denpasar, masyarakat, PD Pasar,
dan swasta mencapai 826.363 m3 atau sebesar 71,77% dari total sampah yang dihasilkan. Ini
berarti sisa sebesar 28,23% sampah tidak diangkut ke TPA Suwung dan sebagian di antaranya
tercecer di jalanan.
Permasalahan sampah yang sering terjadi di kota Denpasar adalah seringnya sampah yang
tidak terangkut di beberapa ruas jalan yang diakibatkan oleh meningkatnya volume sampah
maupun kurangnya armada sampah (dump truck) yang dimiliki oleh DKP Kota Denpasar.
Kebiasaan masyarakat yang tidak memisahkan sampah organik dengan non-organik juga cukup
menyulitkan pada saat pengangkutan karena tidak semua sampah dapat di buang ke TPA
Suwung, peningkatan volume sampah pada saat banyak terjadi upacara-upacara keagamaan di
sekitaran kota Denpasar juga menjadi faktor meningkatnya volume sampah yang signifikan pada
saat-saat tertentu.

PILIHAN KEBIJAKAN

Dalam rangka menjaga kebersihan kota dan mewujudkan misi pemerintah provinsi Bali
yaitu Bali Clean & Green pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang nantinya
dapat membantu penanggulangan sampah di kota Denpasar yang mengalami beberapa kesulitan
seperti yang sudah di jelaskan dalam identifikasi masalah di atas.
Adapun beberapa kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah kota Denpasar ialah
mengadakan kampanye atau sosialisasi ke banjar-banjar yang ada di kota Denpasar untuk
menginformasikan bahwa sampah organik dan non-organik harus dipisahkan yang nantinya
dapat memudahkan petugas DKP pada saat pembuangan ke TPA Suwung dan beberapa sampah
plastik akan di daur ulang sesuai kreatifitas pemuda-pemudi maupun ibu-ibu PKK di setiap
banjar, hal ini juga dapat menekan volume sampah di kota Denpasar selain itu juga menjalankan

amanat Pasal 6 huruf a UU 18 Th.2008 yang mengamanatkan untuk menumbuhkembangkan dan


meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Demi mengatasi kurangnya armada pengangkut sampah yang dimiliki DKP kota Denpasar
nantinya pemerintah kota Denpasar memberikan himbauan kepada pengelola sampah swasta
untuk menambah intensitas armada pengangkut sampahnya agar tujuan kebijakan ini dapat
berjalan baik dan dapat terwujudnya Denpasar sebagai kota yang bersih. Dalam hal ini kerjasama
dan komunikasi antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat sangat penting dan krusial.

KONKLUSI

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari apa yang sudah di bahas dan dijabarkan diatas kita
sepakat bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan dalam pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan (vide; Pasal 11 huruf a). Permasalahan sampah yang terjadi di kota
Denpasar tidak begitu saja dapat diselesaikan dengan mudah melalui usulan kebijakan diatas
namun perlu juga dukungan dari semua pihak dan terwujudnya rekomendasi-rekomendasi dalam
naskah ini yang pada akhirnya akan bermuara pada kota Denpasar yang bersih seperti yang kita
inginkan bersama. Intinya semua pihak tidak hanya pemerintah mempunyai peran penting bagi
terciptanya kebersihan kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali.

REKOMENDASI

Tambahan Armada

Tambahan armada atau dump truck sangat memainkan peran penting dalam pengelolaan
sampah di suatu kota dalam hal ini khususnya Denpasar, jadi jika nantinya pemerintah dapat
memperbanyak armada pengangkut sampah tentunya akan mempermudah dan mempercepat
proses pengambilan sampah di ruas-ruas jalan kota Denpasar.

Tanggung Jawab Produsen dalam Pengelolaan Sampah


Hambatan terbesar daur-ulang, bagaimanapun, adalah kebanyakan produk tidak dirancang untuk
dapat didaur-ulang jika sudah tidak terpakai lagi. Hal ini karena selama ini para pengusaha tidak
hanya mendapat insentif ekonomi yang menarik untuk melakukannya. Perluasan Tanggung
jawab Produsen (Extended Producer Responsibility EPR) adalah suatu pendekatan kebijakan
yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini
memberikan insentif kepada mereka untuk mendesain ulang produk mereka agar memungkinkan
untuk didaur-ulang, tanpa material-material yang berbahaya dan beracun.

Sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3)


Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor penting dari
sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya penanganannya. Namun
demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang
dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah
kota pada umumnya. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan
agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum.
Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan pembuangan,
dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologiteknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila
dibandingkan dengan insinerator. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk
obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak
sesuai diinsinerasi. Beberapa seperti merkuri harus dihilangkan, dengan cara merubah pembelian
bahan-bahan, bahan lainnya dapat didaur-ulang, selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati

dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat
diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan
rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak
variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang
berbahaya secara kimia

Produksi Bersih dan Prinsip 4R


Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang
industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang
berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbahlimbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah
prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip
4R yaitu:
Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.
Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa
didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri nonformal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang
hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya
memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong kresek kita
dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini
tidak bisa didegradasi secara alami.

Anda mungkin juga menyukai