Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
21040113130114
Film ini menceritakan mengenai sebuah kota bernama Portland, salah satu kota di negara bagian
Oregon, Amerika Serikat, yang memiliki sistem transportasi yang sangat baik sehingga menjadi sebuah
kota yang mejadi permodelan global pembangunan berorientasi transit (TOD). Selama lebih dari 40
tahun, perencana kota memiliki keputusan transportasi terintegrasi unik dalam pertumbuhan dan
perkembangan usaha perkotaan. Hasilnya: Portland secara konsisten medapat peringkat sebagai salah satu
kota paling layak huni negara, membual pertumbuhan penduduk dua persen per tahun yang sehat - dan
pengeluaran transportasi per kapita terendah kedua dari 28 daerah metropolitan AS terbesar.
Gambar 1
Konstelasi Wilayah Kota Portland, Oregon, Amerika Serikat
Portland yang kini telah begitu maju dan berhasil, awalnya juga merupakan sebuah kota yang
identik kondisinya seperti kota-kota lain di Amerika pasca perang dunia kedua. Pada tahun 50-an dan 60an, Portland memiliki kualitas hidup yang sangat rendah, kawasan pusat kotanya berubah menjadi lahanlahan parkir dan jalan yang kosong. Hal ini dilakukan karena gedung-gedung perbelanjaan bertingkat
tinggi dibangun di pusat kota, yang diikuti dengan pembangunan lahan parkir. Pada saat itu, penggunaan
1
Sumber : www.fastcompany.com
Gambar 2
Moda Transportasi Kota Portland, Oregon
Dari ulasan di atas dapat digarisbawahi bahwa pemerintah Kota Portland memiliki komitmen dan
tekad yang sangat bulat dan utuh untuk benar-benar mewujudkan sebuah kota sesuai impian semua orang.
Yaitu kota yang penduduknya bepergian menggunakan moda transportasi umum yang efektif, efisien,
ramah lingkungan, baik, dan berkualitas; atau pergi ke sekolah menggunakan sepeda; bukan penduduk
yang senang membeli mobil satu atau dua buah. Visi untuk mewujudkan pembangunan kota yang
berkonsep transit-oriented terus berlangsung dan terjaga hingga ke pemerintah kota di masa jabatan
setelahnya.
Di Kota Semarang, bukanlah hal yang mustahil jika konsep ini turut akan diterapkan. Mengingat
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang dilalui jalan pantura, sehingga orientasi transitnya dapat
ditujukan untuk pergerakan dalam Kota Semarang dan pergerakan antar kota di Jawa Tengah. Hal yang
perlu dicermati ialah bahwa di Kota Semarang, belum terdapat trip behavior yang dapat cukup
mendukung sistem transportasi berbasis transit. Masyarakat umumnya cenderung malas berjalan karena
cuaca yang sangat panas. Selain daripada itu, kebutuhan biaya untuk investasi juga sangat besar
jumlahnya. Oleh karena itu, sebelum membangun suatu armada streetcar, jalan-jalan untuk perlu didesain
dengan konsep walkability. Atau jika masih belum dapat memotivasi masyarakat untuk berjalan,
disediakan ojek becak dan sepeda untuk sampai di jalur angkutan. Jika akan dibangun streetcar seperti di
Portland, maka streetcar tersebut lebih cenderung dialokasikan untuk menghubungkan daerah-daerah
6