Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS DATA

Pada pengamatan pertama, kami menguji tentang mikrosirkulasi pada selaput renang
katak, Dalam keadaan normal atau sebelum diberi perlakuan dengan diberi tetesan apapun,
terlihat adanya arteriola, kapiler dan venula dengan urutan diameter pembuluh darah dari
yang terkecil hingga yang besar yaitu kapiler, arteriola dan venula. Kecepatan aliran eritrosit
pada arteriola, kapiler, dan venula menujukkan aliran eritrosit yang cepat (+++). Arah aliran
darah pada arteriola dan kapiler meninggalkan jantung sedangkan pada venula menuju
jantung. Jumlah sel pada ketiga pembuluh darah banyak (+++) baik pada arteriola, venula,
maupun kapiler.
Pengamatan selanjutnya, selaput renang katak diberi perlakuan dengan ditetesi secara
bergantian, yang pertama ditetesi dengan air dingin. Jika dibandingkan dengan sebelum
perlakuan, terlihat bahwa kecepatan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula tidak
menunjukkan perubahan, ketiga pembuluh darah tetap menunjukkan aliran eritrosit cepat (++
+). Jumlah sel darah pada ketiga pembuluh bertambah banyak (++++). pada ketiga pembuluh
darah mengalami pelebaran diameter. Arah aliran darah pada arteriola dan kapiler
meninggalkan jantung sedangkan pada venula menuju jantung
Perlakuan kedua yaitu dengan meneteskan air hangat pada selaput renang katak yang
sama. Jika dibandingkan jumlah sel darah pada saat sebelum perlakuan, terlihat bahwa
kecepatan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula meningkat cepat (++++). pada
pembuluh kapiler terjadi pengurangan jumlah sel darah, jumlah sel darah kapiler sangat
sedikit (+), sedangkan pada arteriol dan venula jumlah sel banyak (+++). Diameter ketiga
pembuluh darah mengalami penyempitan. Arah aliran darah pada arteriola dan kapiler
meninggalkan jantung sedangkan pada venula menuju jantung
Perlakuan ketiga yaitu dengan ditetesi epinerfin pada daerah selaput renang katak yang
sama. Jika dibandingkan jumlah sel darah pada saat sebelum perlakuan, terlihat bahwa
kecepatan aliran eritrosit pada arteriola, kapiler dan venula meningkat cepat (++++). pada
pembuluh kapiler terjadi pengurangan jumlah sel darah, jumlah sel darah kapiler sangat
sedikit (+), arterioal tetap banyak (+++) sedangkan pada venula jumlah sel semakin banyak
(++++). Diameter ketiga pembuluh darah tetap, baik pada arteriol, kapiler, dan venula. Arah
aliran darah pada arteriola, kapiler, dan venula meninggalkan jantung.
Perlakuan keempat dengan penetesan asetikolin 1/5000 pada selaput renang katak yang
sama. Jika dibandingkan jumlah sel darah pada saat sebelum perlakuan, terlihat bahwa
kecepatan aliran eritrosit pada kapiler dan venula tetap cepat (++++), sedangkan pada
pembuluh arteriol semakin lambat (++). pada pembuluh kapiler terjadi pengurangan jumlah
sel darah, jumlah sel darah kapiler sangat sedikit (+), arterioal tetap banyak (+++) sedangkan
pada venula jumlah sel semakin banyak (++++). Diameter ketiga pembuluh darah tetap, baik
pada arteriol, kapiler, dan venula. Arah aliran darah pada arteriola, kapiler, dan venula
meninggalkan jantung. Perlakuan terakhir yaitu dengan penetesan asam asetat 1% pada
daerah selaput renang katak yang sama. Jika dibandingkan jumlah sel darah pada saat
sebelum perlakuan, terlihat bahwa kecepatan aliran eritrosit pada kapiler dan arteriol terjadi
penurunan, kecepatan pada kapiler sangat lambat (+), pada arteriol lambat (++), sedangkan
pada pembuluh venula semakin cepat (++++). pada pembuluh kapiler dan arteriol terjadi
pengurangan jumlah sel darah, jumlah sel darah kapiler sangat sedikit (+), arterioal sedikit (+
+) sedangkan pada venula jumlah sel semakin banyak (++++). Diameter ketiga pembuluh
darah tetap, baik pada arteriol, kapiler, dan venula. Arah aliran darah pada arteriola, kapiler,
dan venula meninggalkan jantung.

PEMBAHASAN

Praktikum Mikrosirkulasi pada katak single pith dengan perlakuan pada selaput renang
diamati arteriol, kapiler dan venula pada mikroskop. Mikrosirkulasi merupakan system
peredaran darah kecil yang dimulai dari arteriol kemudian ke kapiler dan berakhir pada
venula. System ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Pada praktikum kali ini parameter
yang diamati adalah kecepatan, diameter, jumlah sel darah, dan arah aliran darah pada
pembuluh darah arteriol, kapiler, dan venula, katak diberi lima perlakuan, yaitu tanpa
perlakuan (normal) sebagai kontrol, pemberian air dingin, pemberian air hangat, pemberian
epinefrin, pemberian asetil kolin, dan pemberian asam asetat. Katak yang telah dirusak
otaknya masih menunjukkan respon saat diberi perlakuan, hal ini karena system sirkulasi
pusat pengintegrasinya berada di sumsum tulang belakang.
Pada pengamatan kecepatan aliran darah pada selaput renang katak, didapatkan hasil
bahwa dalam keadaan normal kecepatan aliran darah pada arteriol, kapiler, dan venula
memiliki kecepatan yang sama. Hal ini memang kurang tepat dengan teori yang ada, bahwa
pada kecepatan aliran darah yang paling cepat adalah arteriol, dan yang paling lambat adalah
venula. Sedangkan kapiler darah mempunyai kecepatan sedang (Sherwood, 2001), Menurut
Ganong (2001) arteri berfungsi untuk menyalurkan darah bertekanan tinggi ke jaringan. Oleh
karena itu arteri memiliki dinding vaskular yang tebal dan kuat, sehingga darah dapat
mengalir dengan cepat ke jaringan-jaringan. Percabangan pada venula adalah percabangan
konvergen dan dindingnya tipis. venula berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler
melalui sistem venula, masuk ke atrium kanan atau dengan kata lain kembali ke jantung,
sehingga aliran darah pada venula mengalir dengan lambat. Sedangkan pada pembuluh
kapiler, alirannya agak cepat dan dindingnya agak tebal. Kecepatan aliran darah arteriol,
kapiler, dan venula menurun ketika diberi air dingin, meningkat ketika diberi air hangat dan
epinefrin, Arteriol menurun ketika diberi asetonkolin dan asam asetat, kapiler menurun saat
diberi asam asetat, sedangkan venula meningkat saat diberi asam asetat. Hal ini berarti
kecepatan aliran darah disebabkan oleh faktor suhu dan factor kimia. Berdasarkan hasil
pengamatan kecepatan aliran darah pada ketiga pembuluh darah tetap saat diberi air dingin,
hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, menurut Sherwood (2001) mengkerutnya otot-otot
polos pada pembuluh darah karena terkena air dingin. Sehingga diameter pembuluh darah
menjadi kecil yang disebut vasokontriksi. Mengecilnya pembuluh darah ini menyebabkan
resistensi arteriol meningkat dan terjadilah penurunan kecepatan aliran darah. Bisa juga
kemungkinan karena darah menjadi lebih kental, sehingga aliran darah menjadi lambat.
Sedangkan pada perlakuan diberi air hangat telah sesai dengan teori bahwa pada saat
diteteskan air panas, aliran darah lebih cepat karena air panas membuat dinding pembuluh
darah menjadi lemas dan mudah membesar (vasodilatasi). Vasodilatasi mengacu pada
pembesaran diameter lingkaran pada pembuluh darah dan jari-jari pembuluh akibat
melemasnya lapisan otot polos (penurunan kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol).
Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi arteriol, sehingga akan lebih banyak
darah yang mengalir ke daerah-daerah dengan resistensi arteriol rendah (Sherwood, 2001).
Dari hasil pengamatan diatas dapat diketahui bahwa arteriol, kapiler, dan venula dapat
mengalami vasokontriksi (menyempit) dan vasodilatasi (pelebaran). Menurut Ganong (2001)
Perlakuan pemberian faktor kimia seperti epinefrin 1/5000 (adrenalin), asetil kolin 1/5000,
dan asam asetat 1% berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah (dilatasi), sehingga aliran
darah menjadi lancar dan lebih cepat. Hal ini tidak sesuai dengan pengamtan pada pembuluh
darah arteriol dan kapiler, Arteriol menurun ketika diberi asetil kolin dan asam asetat, kapiler
menurun saat diberi asam asetat.
Aliran darah berbanding lurus dengan tekanan. Arteri memiliki tekanan yang besar,
dan memiliki kecepatan aliran darah yang tinggi, sehingga memungkinkan darah mengalir

hingga kapiler. Sedangkan pembuluh darah venula yang memiliki tekanan yang lebih kecil
dibandingkan arteri, sehingga kecepatan aliran darah lebih lambat. Sedangkan pembuluh
kapiler adalah pembuluh kecil yang menghubungkan antara arteri dan venula, memiliki
tekanan darah yang paling kecil dan memiliki kecepatan paling rendah (Mycek, 1995).
Menurut Guyton (1995) vena umumnya berdiameter lebih besar tetapi dindingnya
lebih tipis dari arteri. kapiler merupakan cabang pembuluh darah halus, pembuluh darah
kapiler memiliki diameter paling kecil. Diameter pembuluh darah arteriol, kapiler, dan venula
menurun ketika diberi air hangat, meningkat ketika diberi air dingin, dan tetap ketika diberi
epinefrin, asetonkolin, dan asam asetat. Hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada,
bahwa pada mekanisme sirkulasi, suhu merupakan kontrol local pada pembuluh darah.
Kontrol local menyesuaikan aliran darah dengan kebutuhan metabolic jaringan tempat
pembuluh darah tersebut berada. Respon panas atau dingin merupakan kontrol local pengaruh
fisik. Panas menyebabkan vasodilatasi (membesar) pembuluh darah. Sedagkan suhu dingin
menyebabkan vasokontriksi (menyempit) melawan vasodilatasi (Ganong, 1995). Menurut
Bray (2003) pada penambahan adrenalin/epinephrine terjadi peristiwa vasokonstriksi yang
mengakibatkan penyempitan diameter pembuluh darah, Asetilkolin melebarkan pembuluh
darah (vasodilatasi), dan asam asetat dapat mengakibatkan penyempitan diameter pembuluh
darah (vasokontriksi).
Menurut Tenzer dkk (2014) arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari jantung ke jaringan, arteri berukuran besar bercabang menjadi arteri yang berukuran
sedang yang akn bercabang lagi menjadi arteriol. Ketika akan memasuki jaringan, anteriol
akan bercabang menjadi pembuluh kecil yaitu kapiler. Melalui dinding kapiler terjadi
pertukaran substansi antara darah dan jaringan. Sebelum meninggalkan jaringan, kapilerkapiler bergabung untuk membentuk venula yang akan membawa darah ke system vena dan
masuk ke jantung.
Pada percobaan kali ini beberapa hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada
disebabkan kurang teliti praktikan dalam mengamati mikrosirkulasi pada selaput renang
katak. Kurang telitinya praktikan diakibatkan mata praktikan kurang fokus, sehingga
semakin lama pembuluh darah menjadi kabur dan tampak tidak jelas aliran
darahnya.

DAFTAR RUJUKAN
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Ganong, F.William. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC.
Penerjemah H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review of Medical
Physiology.
Ganong, F.William. 2001. Fisiologi Manusia (Review of Medical Physiologi). Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A. D., & Mills, R.G. 2003. Human Phsiology Fourth
Edition. Tokyo : Blackwell Printing.
Mycek, M.J. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Jakarta: Widya
Medika.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Penerjemah
Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.
Tenser, A. dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1). Malang: Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai