KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat , fungsi, dan tujuan PKn di SD
Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, yang di singkat dengan PPkn. Istilah Pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak di Undangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun
2003
secara
hukum
istilsh
tersebut
sudah
berubah
menjadi
Pendidikan
Dalam Kurikulum Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat Mata
Pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara.
Menurut Kurikulum PPSP 1973 di perkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi materi Ilmu
pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi Sosial terpadu juga terdapat
Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan Civics dan Hukum sebagai program utama
Jurusan Sosial.
Oleh Somantri (1967) istilah Kewargaannegara merupakan terjemahan dari civics
yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak
didik agar menjadi warga Negara yang baik (good citizen)
Warga Negara yang baik adalah warga Negara yang tahu, mau, dn mampu berbuat
baik
(somantri
1970)
atau
secara
umum
yang
mengetahui,
menyadari,
dan
1. Pembukaan
Undang-Undang
dasar
negara
Republik
Indonesia
dan
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
yang
menyatakan
bahwa
Pendidikan
nasional
berfungsi
diselenggarakan
dengan
memberdayakan
semu
komponen
wajib
memuat
Pendidikan
Agama,
Pendidikan
Dalam konteks itu, Khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekolah
seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-Pedagogis yang kondusif atau
member suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.
Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu member
keteladanan,, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam
proses pembelajaran demokratis.
Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler
pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat,
melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan
keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan
demokrasi.
Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan
demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah
pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat jamak. Sifat
multidimensionalnya itu terletak pada:
1. Pandangan yang pluralistik uniter (bermaacam-macam teetapi menyatu) dalam
pengertian Bhineka Tunggal Ika.
1. Sikapnya dalam menempatkan individu, Negara, dan masyarakat global secara
harmonis.
2. Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, dan
sosial)
3. Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnyayang terbuka,
Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian entang hakikat dan karekteristik aneka ragam demokrasi, bukan
hanya yang berkembang di Indonesia.
Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk
memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi sebagaimana cita-citademokrasi telah
diterjemahkan kedalam kelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dn dalam berbagai
kurun waktu.
Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengekplorasi sejarah
demokrasi di negara untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan
demokrasi yang di terapkan di negaranya itu secara jernih.
Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat mempasilitasi siswa untuk dapat memahami
penerapandemokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang
ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.
Stuasi sekolah dan kelas di kembangkan sebagai democratic laboratory atau lab
demokrasi dengan lingkungan sekolah/kampus yang diperlakukan sebagai micro cosmos of
democracy atau linkungan kehidupan yang demokratis yang bersifat micro ddan
memperlakukan masyarakat luas sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang
terbuka.
Dengan cara itu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam stuasi yang
demokratis dan membangun kehidupan yang lebih demokratis. Itulah makna dari konsep
learning and for democracy,and for democracy dengan PKn sebagai wahana kurikuler
yang utama.
KEGIATAN BELAJAR 2
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 Sedangkan tujuannya digariskan dengan
tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. 1.
Berpikir
secara
kritis,
rasional,
dan
kreatif
dalam
menaggapi
isu
kewarganegaraan.
2. 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3. 3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dpa hidup bersama dengan bangsabangsa lain.
4. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia seccara langsung
atau idak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Ditetapkan pula bahwa Kedalaman muatan Kurikulum pada setiap Mata Pelajaran pada
setia Satuan Pendidikan di tuangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam Struktur Kurikulum
Kompetensi yang dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
dikembangkan berdasarkan standar Kompetensi Lulusan.
Muatan Lokal dam kegiatan Pengembangan Diri merupakan bagian integral dari stuktur
kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006 Ruang lingkup Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum meliputi aspekaspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, Hukum dan Peraturan
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan Warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan Pilitik
7. Pancasila
8. Globalisasi
KEGIATAN BELAJAR 3
PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat
multidimensional. Ia merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral , pendidikan
sosial, dan masalah pendidikan politik.
PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai dan Moral,
dengan alasan sebagai berikut:
1. 1. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta
dinamika peerwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. 2. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3. Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari
peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat
kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat prilaku).
Sebagai pengayaan teoritik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam PKn
tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut Educating for character atau
pendidkan watak
Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael
Novak (Lickona 1992 : 50-51). Yakni compatible mix of all thoese virtues identified sense
down traditions , litersry, stories, the sages, and persons of common sense down through
history. Artinya suatu perpaduan yang harmomis dari berbagai kebijakan yang tertuang dalam
keAgamaaan, Sastra, pandangan kaum,cerdik-pandai dan manusia pada mumnya sepanjang
zaman.
Liickona (1992,51) memamdang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang
saling berkaitan yakni: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Konsep moral,
sikap moral, Prilaku moral)
MODUL 2
Karekteristik PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral
KEGIATAN BELAJAR 1
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah .ussaha dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pendidikan disekengarakan secara demokratis
Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam
kategori afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)
Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia
barat dikenal dengan value education, effective education, moral education, caracteer
education (Winataoutra 2001)
Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni.
Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah pendidikan Nilai
dan Moral?
Pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003, secara khusus tidak menebutkan tetapi secara Implisit, antara lain tercakup
dalam muatan pendidikan kewarganegaraan yang secara substantif dan pedagogis mempunyai
misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsan dan rasa
cinta tanah air.
Hal itu juga di topang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada pasal 36 ayat (3) secara
eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah dan lingkungan dan
peningkatan potensi, kecerdasan dan minat pesrta didik.
Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih besarnya kesenjangan
antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam sumber-sumber normatif
konstitusional dengan fenomena sosial,cultural, politik, ideologis, dan regiositas. Kita
menyaksikan kondisi paradoksl antara nilai dan fakta dalam keidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara RI sampai dengan saat ini.
Alisyahbana (1976) mengatakan bahwa value as integrating forces and personality, society
and culture nilai merupakan perekat-pemersatu dalam diri masyarakat dan kebudayaan.
Secara psikologis dan sosial yang dimaksudkan dengan cerdas itu bukanlah hanya cerdas
rasional tetapi jugs cerdas emosional, ceerdas sosial dan cerdas spiritual. (Sanusi 1998,
winataputra 2001) dengan kata lain indivvidu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan
prilakunya.
Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh dilepaskan dari proses kebudayaanyang pada
akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi inssan yang berbudaya dan berkeadaban.
Secara umum yang dimaksud dengan pembudayaan adalahproses pengembangan nilai norma
dan moral dalam diri individumelalui proses perlibatan pesrta didik dalam proses pendidikan
yang merupakan bagian integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia.
Jika dianalisis lebih cermat dan mendalam, pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis
praktis yang jauh lebih kompleks daripada dimensi teoritasnya karena terkait pada konteks
sosial-kultural dimana pendidian nilai dilaksanakan.
Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang di lakukan secara menyaluaruh dengan
pertimbsngan sebagai berikut:
1. Pendidikan moral merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam suatu generasi merpakan ahana
sosiopsikologis dan sselalu menjadi tugas dari proses peradaban
3. Eranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopsikologis yang berfungsi
sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian
kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya da peranan lembaga
keagamaan semakin kecil.
4. Dalam setiap masyassrakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang
mengandung banyak potensi terjadi konflik nilai.
5. Demokrasi mempunyai banyak kebutuhan khususnya pendidikan moral karena inti
dari demokrasi adalah pemerintah yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
Modul 3
KETERKAITAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS
DAN MATA PELAJARAN LAINNYA
Modul ini akan ini akan membahas tentang keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan
IPS dan Mata Pelajaran lainnya. Masudnya adalah agar para guru SD memahami bahwa
kewarganegaraan terdapat hubungan yang erat antara mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya khususnya dengan IPS.
Hal itu dimungkinkan olehh karena baik pendidikan kewarganegaraan maupun IPS adalah
berasal dari satu rumpun, ,yaitu rumpun-rumpun ilmu sosial. Hubungan dengan Mata
pelajaran lainnya adalah dimaksudkan agar mempelajari pendidikan kewarganegraan tidak
dibangun atas dasar-dasar pengetahuan yang luas. Keterkaitanya dengan demikian tidak
terbatas hanya antar mata pelajaran serumpun (Ilmu-ilmu sosial), tetapi juga dengan lintas
rumpun, misalnya rupun humaniora (Bahasa dan Seni, pedidikan Agama) dan juga denan
rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
KEGIATAN BELAJAR 1
GAMBARAN UMUM DAN KAREKTERISTIK PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN SERTA MATA PELAJARAN IPS DAN MATA
PELAJARAN LAINNYA DI SD
A. PENGANTAR
Pembahasan tentang hubungan tau keterkaitan anar mata pelajaran di SD. Maksudnya tiada
lain adalah upaya mengaitkan antar mata pelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai
dengan dasar-dasar pertimbangan psikologis untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Dasar pertimbangan untuk hal tersebut adalah siswa SD berpikir dalam kerangka yang
bersifat holistic (menyeluruh) dan belum bersifat fragmentaris dan detail. Artinya, upaya
mengsitkansecara alami tersebut memang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan anak, dengan demikian anak akan belajar lebih wajar, bermakna, dan dalam
suasana yang menanang.
B. GAMBARAN UMUM, HAKIKAT DAN KAREKTERISTIK
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
1. Latar belakang masalah
Pembaruan dan inovasi dalam pendidikan kewarganegaraan serta keterkaitan dan aplikasinya
menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif, produktif, yang bersifat kooperatif,dan
kolaboratif, menuntut konsep pembelajaran terpadumelalui pengkajian dan pelatihan yang
berwawasan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memang mengalami
perubahan nama dengan sangat cepatkarena mata pelajaran tersebut memang rentan terhadap
perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali-kali, tetapi secara umum serta
pendekatan cara penyampaianya kebanyakan tidak berubah.
Dari sisi isi misalnya,lebih menekankan pengetahuan untuk dihafal dan bukan materi
pembelajaran yang mendorong berpikir apalagi berpikir kritis siswa.
Dari segi pendekatan yang lebih ditonjolkan adalah pendekatan politis dan kekuasaan
Dari segi pembelajaran atausistem penyampaiannya lebih menekankan padapembelajaran
satu arahdengan dominasi guru yang lebih menonjolsehingga hasilnya sudah dapat diduga,
yaitu verbalisme yang selama ini sudah dianggap sangat Melakat padapendidikan umumnya
di Indonesia.
Unntuk dapat mengatasi hal itulsh kiranya dibutuhkan oerubahan-perubahan dalm pendidikan
kewarganegaraan psling tidak untuk ketiga aspek tersebut.
2. Tujuan pendidikan kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembagkan
kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisifasi secara aktifdan bertanggung jawab, serta beeertindak cerdas dalam
kegiatan kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara.
3. Berkembang secara positif dan demokratisuntuk membentuk diri beerdasarkan pada
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa
lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secar langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
C.
HAKIKAT DAN
KAREKTERISTIK
BIDANG
STUDI
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
1. Hakikat bidang studi pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai
pancasilasebagai wahana untuk mengembangkan dan melestatikan nilai luhur dan Moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan
dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para Mahasiswa baik sebagai individu,
sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
Hakikat Pendidikan kewarganegaraan
adalah merupakan
memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945.
Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagaii berikut:
1. Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yng benar
dan sah
2. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan cirri khas
serta watak ke-Indonesian
https://h4dyme.wordpress.com/2010/05/17/hakikat-fungsi-dan-tujuanpendidikan-kewarganegaraan-di-sd/