Saat ini klausula attentat termaktub dalam pasal 5 UU tentang Ekstradisi
Pasal 5 (1) Ekstradisi tidak dilakukan terhadap kejahatan politik. (2) Kejahatan yang ada pada hakekatnya lebih merupakan kejahatan biasa daripada kejahatan politik, tidak dianggap sebagai kejahatan politik. (3) Terhadap beberapa jenis kejahatan politik tertentu pelaku dapat juga diekstradisikan sepanjang diperjanjikan antara negara Republik Indonesia dengan negara yang bersangkutan. (4) Pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap kepala negara atau anggota keluarganya tidak dianggap sebagai kejahatan politik. Kerancuan pada pasal ini terjadi apabila kita memaknai ayat 4 tentang pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap kepala negara atau keluarganya yang tidak dianggap sebagai kejahata politik. Kejahatan politik dalam konteks ekstradisi adalah kejahatan yang tidak dapat diekstradisikan. Pengertian klausula attentat adalah klausula yang menyatakan kejahatan politik tidak sebagai kejahatan politik. Pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap kepala negara dan keluarganya pada dasarnya merupakan kejahatan politik namun karena kejahatan tersebut dianggap sangat dapat menggoyahkan masyarakat dan negara , maka untuk kepentingan ekstradisi dianggap tidak merupakan kejahatan politik. Dalam rumusan UU Ekstradisi yang akan dating: Pertama, Sistematika diubah agar menggambarkan satu kesatuan sistem, cara berpikir dan pendekatan yang runtut, serta mudah dimengerti. Kedua, mengenai syarat-syarat dan prosedur permintaan ekstradisi dari negara lain, permintaan ekstradisi dari Pemerintah Republik Indonesia, penahanan dan pemeriksaan terhadap orang yang dimintakan ekstradisi termasuk didalamnya pemberian kerangka waktu ditentukan secara pasti. Ketiga, dalam Undang-undang ini untuk mengantisipasi perkembangan adanya jenis-jenis kejahatan baru yang dapat diperjanjikan dalam perjanjian ekstradisi tidak ditentukan dalam Undang-undang ini. Keempat, kalau perlu dibuat pasal yang tegas tentang attetant clause agar tidak menimbulkan kerancuan.
Dalam perjanjian Bilateral dan Multilateral
Harus dibicarakan secara detail dan jelas dengan para pihak tentang batasan Attetant Clause. Dinyatakan dengan jelas bahwa kepala negara adalah representasi dari kedaulatan negara maka apabila ada sesuatu yang mengancam keselamatan dirinya maupun keluarganya akan meimbulkan dampak yang besar pada negara. Oleh karena itu pelakunya harus dapat diekstradisi walaupun meminta suaka pada negara lain. Dalam perjanjian bilateral maupun multilateral bisa dibuat kesepakatan baru tentang attentat clause sepanjang para pihak menyetujui.