Slide Asfiksia Neonatorum
Slide Asfiksia Neonatorum
Oleh :
Surya Bayu Prajayana
Pembimbing :
Dr. I Made Kardana, Sp.A
Pendahuluan
Persalinan pada dasarnya merupakan proses
alamiah yang sudah merupakan tugas seorang
ibu yang harus dihadapi. Namun demikian, tidak
jarang terjadi penyimpangan, sehingga keadaan
ini bukan saja menimbulkan risiko bagi ibu,
tetapi juga berisiko terhadap bayinya. Salah satu
risiko yang mungkin terjadi bagi bayi akibat
persalinan ini adalah afiksia neonatorum.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
memperkirakan prevalen asfiksia neonatorum
sedang dan berat di Indonesia setiap tahun
sekitar 144.900 bayi.
Definisi
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan
bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
Berasarkan Dorlands Medical Dictionary,
asfiksia merupakan suatu kondisi yang
disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam
tubuh, yang bisa mengakibatkan
penghentian kehidupan.
Etiologi
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu
Gangguan aliran darah uterus
2. Faktor Plasenta
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus
4. Faktor Neonatus
Patogenesis
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan
Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien)
Patogenesis
Proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat
pernafasan agar terjadi primary gasping
yang kemudian akan berlanjut dengan
pernafasan teratur
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan
periode apnu pertama(primary apnoea)
disertai dengan penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur
Patogenesis
Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen selama
kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia
yang lebih berat.
Pada asfiksia berat, usaha bernafas
(gasping) tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (secondary apnoea) bradikardia
+ punurunan tekanan darah
Skema perubahan selama asfiksia dan saat resusitasi dengan ventilasi tekanan positif
Patogenesis
Di samping adanya perubahan klinis, akan
terjadi pula gangguan metabolisme dan
perubahan keseimbangan asam-basa
pada tubuh bayi
Pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik
Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi
akan terjadi proses metabolisme anaerobik
yang berupa glikolisis glikogen tubuh
asidosis metabolik
Patogenesis
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaan :
hilangnya sumber glikogen dalam jantung
akan mempengaruhi fungsi jantung
terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan,
termasuk otot jantung, sehingga menimbulkan
kelemahan jantung
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan tetap tingginya resistensi
pembuluh darah paru ggn. sirkls.
Clinical events
pO2
Onset of
asphyxia
pCO2
Primary gasping
pH
Aerobic metabolism
Anaerobic metabolism
Glycolisis
Especially in
Heart & liver
Pulmonary vascular
resistance
lactic acid
blood pH
Pulmonary
Blood flow
Cerebral
Blood flow
Metabolic
acidosis
Primary
apnea
Glycogen
Especially
cardiac
Loss of
substrate
Heart rate
Secondary gasping
secondary
apnea
Cardiac intra
Cellular pH
Brain intra cellular
pH
Skin
cyanosis
Heart rate
Blood pressure
skin
white
Klasifikasi
Apgar mengusulkan beberapa kriteria klinis
untuk menentukan keadaan bayi baru lahir.
Cara ini dianggap yang paling ideal dan telah
banyak digunakan dimana-mana. Patokan klinis
yang dinilai ialah:
Memperhatikan warna kulit
Menghitung frekuensi jantung
Menilai refleks rangsangan
Menilai tonus otot
Melihat usaha bernafas
APGAR Score.
Features
Evaluated
0 Point
1 Point
2 Point
<100/min
>100/min
Apnea
Weak cry
Vigorous cry
Color
Blue
Muscle tone
None
Some extremity
fleksion
Reflex irritability
None
Some motion
Cry, withdrawal
Heart rate
Respiratory effort
Klasifikasi
Vigorous baby. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi
dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor
APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak
ada.
Severe asphyxia. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis, berat dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Diagnosis
Menurut Brann dan Schwartz, hal-hal
yang mengkarakteristikkan suatu asfiksia
bila terdapat:
Asidosis (pH<7,00)
Nilai APGAR rendah yang menetap
selama lebih dari 5 menit
Gejala-gejala gangguan neurologi saat
baru lahir seperti kejang, hipotoni, coma,
atau HIE
Kegagalan multi organ saat baru lahir.
Pengobatan
Tujuan utama mengatasi asfiksia adalah
untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa
(sekuele) yang mungkin timbul di
kemudian hari
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim
disebut resusitasi bayi baru lahir
Pengobatan
Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat
adalah:
Memberikan lingkungan yang baik pada bayi
dan mengusahakan saluran pernafasan tetap
bebas serta merangsang timbulnya pernafasan,
yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2
berjalan lancar.
Memberikan bantuan pernafasan secara aktif
pada bayi yang menunjukkan usaha pernafasan
lemah.
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang
terjadi.
Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
ya
Perawatan Rutin
Berikan kehangatan
Bersihkan jalan nafas (bila
perlu)
30
30
Bernafas
kemerahan
Perawatan suportif
Berikan VTP
Berikan epinefrin
bernafas
HR > 100 &
kemerahan
Perawatan lanjut
Semua bayi yang lahir harus diberi
vit K (phytomenadion) 1 mg (IM)
atau 0,5 mg untuk BBL < 2000 gr
Pengobatan
Cara resusitasi terbagi atas tindakan
umum dan tindakan khusus.
Tindakan umum:
Pengawasan suhu
Pembersihan jalan nafas
Rangsangan untuk menimbulkan
pernafasan
Tindakan khusus:
Cara yang dikerjakan disesuaikan dengan
beratnya asfiksia yang timbul pada bayi
yang dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya
APGAR
Pengobatan
APGAR skor 1 menit 7-10
Bersihkan jalan nafas, keringkan bayi.
Observasi, tidak memerlukan tindakan khusus.
Komplikasi
Perdarahan dan sembab otak
Obstruksi usus fungsional
Oligouria, anuria
Hiperbilirubinemia
Prognosis
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan
semua gradasi retardasi mental, kelainan
neurologis, bahkan kematian
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Bayi Fitriani
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: PERUM Penta III No. 1
Jimbaran, Kuta, Badung
Tempat/Tgl Lahir : 25 Maret 2006
No CM
: 01031963
HETEROANAMNESA
Anamnesa Ibu:
Anak ini merupakan anak pertama dengan
riwayat ANC (Ante Natal Care) pada bidan.
Dikatakan ibu penderita tidak pernah melakukan
pemeriksaan USG pada saat kehamilan.
Riwayat keputihan (-), Nyeri saat BAK (-),
Demam (-), Riwayat trauma selama kehamilan
disangkal. Ibu penderita lupa hari pertama haid
terakhir (HPHT).
Riwayat penyakit Ibu:
Hipertensi (-), Asma (-), Diabetes Melitus (-),
Penyakit jantung (-).
HETEROANAMNESA
Riwayat Intranatal:.
Ibu penderita merasakan sakit perut yang
hilang timbul sejak pukul 08.00 (25 maret
2006). Blood slym (+), keluar air (-),
Perdarahan (-), Gerak anak (+).
Diagnosa Ibu:
G2 P0010 A/T/H, Letli, PK I SC
Bayi :
Lahir pada tanggal 25 Maret 2006 pada
pukul 16.56 wita. Jenis kelamin laki-laki
dengan berat badan lahir 2850 gram,
panjang badan 49 cm, LK/LD = 34/33 cm.
Anus (+), Kelainan (-). Bayi lahir melalui
proses SC dan tidak langsung menangis.
Ketuban berwarna hijau kental.
APGAR Score
1
10
15
DIAGNOSA
N-Aterm + Asfiksia Berat.
PLANNING
DL
BUN/SC
Elektrolit
BS
Thorax Foto
MONITORING
Vital Sign