Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat,
batasan dan asumsi dalam Praktikum Proses Manufaktur.
1.1 Latar Belakang
Manufaktur adalah proses keindustrian untuk membuat suatu barang dari bahan baku
melalui proses teknologi. Sedangkan sistem manufaktur adalah rangkaian aktivitas manusia
yang meliputi desain, pemilihan material, perencanaan, proses produksi, pengendalian
kualitas, manajerial dan pemasaran dari manufaktur. Jadi, sistem manufaktur merupakan hasil
interaksi antara mesin dengan manusia. Interaksi ini bertujuan untuk menghasilkan produk
yang menjadi kebutuhan manusia. Untuk menjadi suatu produk, bahan mentah perlu melalui
sebuah proses yang disebut proses manufaktur. Proses manufaktur adalah rangkaian kegiatan
yang melibatkan mesin, energi, dan tenaga kerja untuk mengkonversi suatu bahan mentah
menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.
Untuk mendapatkan sebuah produk yang berkualitas tinggi, di dalam dunia manufaktur
ada cara untuk mempermudah dalam melakukan hal tersebut. Maka, dibuatlah mesin mesin
yang dapat melakukan pemakanan benda kerja secara cepat, tepat, dan konstan. Saat ini
terdapat bermacam macam mesin yang digunakan dalam proses manufaktur. Seperti mesin
bubut, mesin frais, mesin drill, mesin broaching.
Mesin bubut adalah suatu mesin yang membentuk benda kerja dengan cara menyayat,
dimana gerak utamanya adalah gerak rotasi benda kerja dan gerak pemakanannya adalah
gerak translasi pahat ke kiri dan kekeanan searah dengan sumbu mesin bubut sebagai gerak
bantu. Pergerakan pahat kekiri dan kekanan merupakan fungsi utama mesin bubut untuk
pengerjaan silindris. Pahat juga bisa bergerak untuk facing (menghasilkan permukaan rata
pada sisi datar dari silinder).
Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu mengoperasikan dan memahami
fungsi dari mesin bubut. Sehingga praktikan dapat berguna di kehidupan bermasyarakat baik
dalam merencanakan, memperbaiki, melaksanakan, dan mengendalikan suatu sistem kerja.
Dalam Praktikum Proses Manufaktur ini, dibuat poros bertingkat yang dikerjakan dengan
mesin bubut dengan bahan alumunium. Poros bertingkat dibuat dengan menggunakan teknik
turning dan chamfering.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari Praktikum Proses Manufaktur adalah :
1.

Agar praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi dari mesin

2.

bubut.
Agar praktikan dapat mengoperasikan dan mampu membuat benda kerja dengan mesin

3.

bubut.
Agar praktikan dapat melakukan analisa terhadap proses permesinan dengan mesin
bubut.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari Praktikum Proses Manufaktur adalah :
1.
2.

Praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja dan fungsi dari mesin bubut.
Praktikan dapat mengoperasikan dan mampu membuat benda kerja dengan mesin

3.

bubut.
Praktikan dapat melakukan analisa terhadap proses permesinan dengan mesin bubut.

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan dari praktikum ini adalah :
1.
2.

Bahan yang digunakan adalah alumunium.


Dimensi benda kerja dalam satuan milimeter.

1.5 Asumsi
Asumsi yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.
2.

Mesin bubut dapat bekerja dengan baik.


Material yang digunakan selalu tersedia di Laboratorium Sistem Manufaktur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini akan membahas pengertian mesin bubut, fungsi mesin
bubut, jenis mesin bubut, serta bagian-bagian dari mesin bubut, sehingga praktikan lebih
memahami secara keseluruhan tentang mesin bubut
2.1 Mesin Bubut
Menurut Tim C. Pearce (2003 : 10), mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang
digunakan untuk memotong benda kerja yang diputar. Mesin bubut digunakan untuk
melakukan berbagai operasi seperti cutting, knurling, drilling, facing serta membuat ulir dan
bentuk tirus. Setiap operasi tersebut menggunakan kecepatan yang berbeda dan dengan posisi
pahat yang berbeda pula agar ketika berputar terkena mata pahat yang paling tajam. Sehingga
hasil benda kerja tersebut berupa silinder. Prinsip mekanisme gerakan pada mesin bubut
adalah merubah energi listrik menjadi gerakan putar pada motor listrik kemudian
ditransmisikan ke mekanisme gerak mesin bubut.
Pada dasarnya, prinsip kerja mesin bubut ada dua macam, yaitu :
1.

Main Drive
Gerakan utama pada mesin bubut putaran motor listrik berupa putaran listrik yang

ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam gear box terdapat roda gigi yang
berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindle, sehingga menghasilkan putaran pada
chuck.
2.

Feed Drive
Yaitu gerakan pahat terhadap benda kerja.

2.2 Fungsi Mesin Bubut


Fungsi utama dari mesin bubut adalah untuk memegang dan memutar benda kerja untuk
melakukan operasi permesinan. Menurut JT Black dan Ronald A. Kohser (2008:13), fungsifungsi dari mesin bubut adalah sebagai berikut:
1.

Facing
Facing pada mesin bubut berfungsi untuk membubut bagian muka benda kerja. Proses

pembubutan yang dilakukan untuk memperoleh permukaan benda kerja yang halus dan rata.

Gambar 2.1 Facing


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 15)

2.

Tapering
Tapering pada mesin bubut berfungsi membuat tirus pada benda kerja untuk

merampingkan ukuran diameternya. Ketirusan mempunyai kegunaan untuk pengikat dan


penahan bocor. Ada tiga cara dalam proses pembuatan tirus, yaitu:
a. Menggunakan eretan atas, dengan sudut yang besar, untuk tirus luar dan dalam tidak
dapat dilakukan dengan otomatis.

Gambar 2.2 Proses Pembuatan Tirus Menggunakan Eretan Atas


Sumber : Rochim (2000 : 18)

b.

Menggeser tail stock bagian atas secara melintang, dapat dilakukan secara otomatis
untuk tirus luar dengan sudut kecil.

Gambar 2.3 Proses Pembuatan Tirus Saat Menggeser Tail Stock


Sumber : Rochim (2000 : 21)

c.

Menggunakan tap per attachment dengan sudut kecil untuk tirus luar dan dalam cara
ini dapat dilakukan dengan otomatis.

Gambar 2.4 Proses Pembuatan Tirus Menggunakan Tapper Attachment


Sumber : Rochim (2000 : 23)

3.

Contour turning
Contour turning merupakan proses pembubutan benda kerja untuk membuat bentuk

kontur.

Gambar 2.5 Contour Turning


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 34)

4.

Form turning
Form turning merupakan proses pembubutan benda kerja untuk membentuk benda sesuai

dengan bentuk pahat.

Gambar 2.6 Form Turning


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 33)

5.

Chamfering
Chamfering merupakan proses pembubutan benda kerja untuk membuat chamfer atau

proses untuk menumpulkan benda kerja dengan sudut tertentu.

Gambar 2.7 Chamfering


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 44)

6.

Cut off
Cut off yaitu proses memotong benda kerja dengan cara perkakas dihantarkan secara

radial ke benda kerja yang berputar pada suatu lokasi tertentu.

Gambar 2.8 Cut Off


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 23)

7.

Boring
Boring yaitu proses pembubutan yang bertujuan untuk memperbesar lubang. Diameter

lubang yang dapat dihasilkan sangat terbatas. Maka untuk memperoleh diameter yang lebih
besar harus dilakukan pembubutan dalam dengan menggunakan pahat bubut dalam.
Pembubutan dalam dilakukan apabila diinginkan kehalusan serta ukuran yang teliti apabila
menggunakan twist drill atau bor tidak dapat diperoleh hasil yang sesuai.

Gambar 2.9 Boring


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 45)

8.

Drilling
Drilling yaitu proses pembubutan dengan menggunakan mata bor (drill), sehingga akan

diperoleh lubang pada benda kerja. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan
boring (bubut dalam).

Gambar 2.10 Drilling


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008 : 55)

2.3 Jenis jenis Mesin Bubut


Jenis jenis mesin bubut dapat di bedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan ukurannya
dan berdasarkan prinsipnya.
Adapun jenis mesin bubut berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi :
a. Mesin bubut ringan
Mesin bubut ringan dapat diletakan di atas meja, dan mudah dipindahkan sesuai
dengan kebutuhan, Benda kerjanya berdimensi kecil (mini). Jenis ini umumnya
digunakan untuk membubut benda benda kecil dan biasanya dipergunakan untuk
industri rumah tangga (home industry).

Gambar 2.11 Mesin Bubut Ringan


Sumber: Sumariyanto (2007 : 11)

b. Mesin bubut sedang


Jenis mesin bubut sedang dapat membubut diameter benda kerja sampai dengan
200 mm dan panjang sampai dengan 100 mm cocok untuk industri kecil atau bengkel
bengkel perawatan dan pembuatan komponen. Umumnya digunakan pada dunia
pendidikan atau pusat pelatihan, karena harganya terjangkau dan mudah dioperasikan.

Gambar 2.12 Mesin Bubut Sedang (Medium Lathe)


Sumber: Sumariyanto (2007 : 15)

c. Mesin bubut meja panjang (long bed lathe)


Mesin bubut meja panjang (long bed lathe) termasuk mesin bubut industri yang
digunakan untuk mengerjakan pekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi dan
lainnya.

Gambar 2.13 Mesin Bubut Meja Panjang (Long Bed Lathe)


Sumber: Sumariyanto (2007 : 19)

Sedangkan jenis mesin bubut berdasarkan prinsipnya dibedakan menjadi:


a.

Mesin bubut centre lathe


Mesin bubut ini dirancang untuk berbagai macam bentuk dan yang paling
umum digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang (dicekam) pada poros spindle
dengan bantuan chuck yang memiliki rahang pada salah satu ujungnya, yaitu pada
pusat sumbu putarnya, sementara ujung lainnya dapat ditumpu dengan center lain.

Gambar 2.14 Mesin Bubut Centre Lathe


Sumber: Sumariyanto (2007 : 21)

b.

Mesin bubut sabuk


Poros spindle akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga
memutar roda gigi yang digerakkan sabuk atau puli pada poros spindle. Melalui roda
gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem
berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang
membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk
ulir.

Gambar 2.15 Mesin Bubut Sabuk


Sumber: Sumariyanto (2007 : 23)

c.

Mesin bubut vertical turning and boring milling


Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja yang dibubut
dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara otomatis hanyalah pemasangan
batang batang yang baru dan menyalurkan produk produk yang telah dikerjakan,
oleh sebab itu satu pekerja dapat mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan
mudah.

Gambar 2.16 Mesin Bubut Vertical Tuurning and Boring Milling


Sumber: Sumariyanto (2007 : 25)

d.

Mesin bubut facing lathe


Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut benda kerja
berbentuk piringan yang besar. Benda benda kerjanya dikencangkan dengan cakar
cakar yang dapat disetting pada sebuah pelat penyetting yang besar, tidak terdapat
kepala lepas.

Gambar 2.17 Mesin Bubut Facing Lathe


Sumber: Sumariyanto (2007 : 26)

e.

Mesin bubut turret


Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama menyesuaikan terhadap
produksi. Pembubut mesin memerlukan operator yang sangat terampil dan
mengambil waktu yang lebih lama untuk memproduksi kembali beberapa suku
cadang yang dimensinya sama.
8

Gambar 2.18 Mesin Bubut Turret


Sumber: Sumariyanto (2007 :28)

2.4 Bagian Bagian Mesin Bubut


Adapun penjelasan mengenai bagian-bagian mesin dapat dilihat pada gambar 2.21:

Gambar 2.19 Bagian-bagian Mesin Bubut


Sumber: Laboratorium Sistem Manufaktur Teknik Industri Universitas Brawijaya.

Adapun penjelasan mengenai fungsi dari masing-masing bagian mesin bubut dapat
dilihat pada tabel 2.1.
No.
1
2
3

Head Stock
Pitch Selector

Tabel 2.1 Bagian bagian Mesin Bubut


Part
Fungsi
Kepala tetap dimana gear box dan quick change gear box
dipasang.
Untuk memilih jarak pitch ulir yang diinginkan.

On Off/ Emergency Button

Tombol untuk menyalakan dan mematikan mesin.


Untuk mengatur putaran spindle searah atau berlawanan
4
CW/ CCW spindle switch
arah jarum jam.
Untuk melindungi pengguna dari geram yang dihasilkan
5
Chuck Protector
benda kerja saat proses pembubutan berlangsung.
6
Spindle
Berfungsi untuk memutar benda kerja.
7
Chuck
Bagian untuk mencekam dan memutar benda kerja.
8
Tool Post
Bagian untuk untuk memegang pahat mesin bubut.
9
Carriage
Meja penggerak pahat dan kontrol gerak pahat.
10
Carriage longitudinal feed handwheel
Kontrol untuk menggerakan carriage.
11
Cross Slide Handwheel
Kontrol untuk menggerakan cross slide
Digunakan untuk menggerakan split nut yang nantinya
12
Split Nut Lever
akan memutar lead screw
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakan
13
Leadscrew
carriage saat melakukan penguliran
14
Compundrest hand wheel
Kontrol untuk menggunakan compund rest
Berfungsi untuk menahan ujung benda kerja saat
15
Tail Stock
pembubutan dan juga dapat digunakan untuk memegang
pahat
Sumber: Laboratorium Sistem Manufaktur Teknik Industri Universitas Brawijaya.

2.5 Pahat Bubut


9

Menurut Kalpakjian (2003 : 40), macam-macam pahat pada mesin bubut adalah sebagai
berikut.
1. Pahat bubut rata kanan
Pahat bubut rata kanan memilki sudut baji 80 dan sudut-sudut bebas lainnya, pada
umumnya digunakan untuk pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari
kiri ke arah kanan mendekati posisi cekam.

Gambar 2.20 Pahat Bubut Rata Kanan


Sumber: Kalpakjian (2003 : 44)

2.

Pahat bubut rata kiri


Pahat bubut rata kiri memilki sudut baji 55, pada umumnya digunakan untuk

pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke arah kanan mendekati
posisi kepala lepas.

Gambar 2.21 Pahat Bubut Rata Kiri


Sumber: Kalpakjian (2003 : 46)

3.

Pahat bubut muka


Pahat bubut muka memiliki sudut baji 55, pada umumnya digunakan untuk pembubutan

rata permukaan benda kerja (facing) yang pemakanannya dapat dimulai dari luar benda kerja
ke arah mendekati titik center dan juga dapat dimulai dari titik center ke arah luar benda kerja
tergantung arah putaran mesinnya.

Gambar 2.22 Pahat Bubut Muka


Sumber: Kalpakjian (2003 : 48)

10

4.

Pahat bubut ulir


Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir yang akan dibuat, sudut

puncak 55 adalah untuk membuat ulir jenis whitwhort, sedangkan untuk pembuatan ulir
jenis metrik sudut puncak pahat ulirnya dibuat 60.

Gambar 2.23 Pahat Bubut Ulir


Sumber: Kalpakjian (2003 : 50)

5.

Pahat bubut luar


Proses penggunaan pahat bubut luar adalah benda kerja yang akan dibubut bergerak

berputar sedangkan pahatnya bergerak memanjang, melintang atau menyudut tergantung


pada hasil pembubutan yang diinginkan.

Gambar 2.24 Pahat Bubut Luar


Sumber: Kalpakjian (2003 : 51)

6.

Pahat bubut dalam


Selain pahat bubut luar, pada proses pembubutan juga sering menggunakan pahat bubut

dalam. Pahat jenis ini digunakan untuk membubut bagian dalam atau memperbesar lubang
yang sebelumnya telah dikerjakan dengan mata bor. Contoh pemakaian pahat bubut dalam
ketika memperbesar lubang dan membubut rata bagian dalam.

Gambar 2.25 Pahat Bubut Dalam


Sumber: Kalpakjian (2003 : 66)

7.

Pahat potong
Pahat potong adalah jenis pahat potong yang menggunakan tangkai digunakan untuk

memotong benda kerja.

11

Gambar 2.26 Pahat Potong


Sumber: Kalpakjian (2003 : 67)

8.

Pahat bentuk
Pahat bentuk digunakan untuk membentuk permukaan benda kerja, bentuknya sangat

banyak dan dapat diasah sesuai bentuk yang dikehendaki pembuat dan jenis-jenis pahat
berbentuk radius.

Gambar 2.27 Pahat Bentuk


Sumber: Kalpakjian (2003 : 69)

9.

Pahat keras
Pahat keras yaitu pahat yang terbuat dari logam keras yang mengandung bahan karbon

tinggi yang dipadu dengan bahan-bahan lainnya, seperti cemented carbid, tungsten, wide dan
lain-lain.

Gambar 2.28 Pahat Keras


Sumber: Kalpakjian (2003 : 70)

10. Bor center


Bor center digunakan untuk membuat lubang center diujung benda kerja sebagai tempat
kedudukan center putar atau tetap yang kedalamannnya disesuaikan dengan kebutuhan yaitu
sekitar 1/3 atau 2/3 dari panjang bagian yang tirus pada bor center tersebut.

Gambar 2.29 Bor Center


Sumber: Kalpakjian (2003 : 72)

11. Kartel
Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur kecil pada permukaan
benda kerja, agar tidak licin yang biasanya terdapat pada batang-batang penarik atau pemutar

12

yang dipegang dengan tangan. Hasil pengkartelan ada yang belah ketupat dan ada yang lurus
tergantung gigi kartelnya.

Gambar 2.30 Kartel


Sumber: Kalpakjian (2003 : 77)

2.6 Rumus Perhitungan


Adapun rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam praktikum adalah spindle
speed, depth of cut, tapering, feed rate, machining time facing dan turning, serta material
removal rate, penjelasannya adalah sebagai berikut :
2.6.1 Spindle Speed
Rumus spindle speed digunakan untuk menghitung kecepatan putaran benda kerja.
Adapun rumus dari spindle speed adalah sebagai berikut:
..(2-1)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 90)

Dimana:
N
= spindle speed (rpm)
v
= cutting speed (mm/menit)
D0
= diameter (mm)
2.6.2 Depth of Cut
Rumus depth of cut digunakan untuk menghitung kedalaman pemotongan pada benda
kerja. Adapun rumus dari depth of cut adalah sebagai berikut:
...(2-2)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 90)

Dimana :
d = Depth of Cut (mm)
D0 = Diameter awal (mm)
Df = Diameter akhir (mm)

2.6.3 Tapering
Rumus tapering digunakan untuk menghitung besar tirus pada benda kerja. Adapun
rumus dari Tapering adalah sebagai berikut:

13

..(2-3)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 90)

Dimana:
D1
= diameter sebelum tapering (mm)
D2
= diameter setelah tapering (mm)
k
= banyaknya tapering
2.6.4 Feed Rate
Rumus feed rate digunakan untuk menghitung tingkat pemakanan pada benda kerja.
Adapun rumus dari feed rate adalah sebagai berikut:
........(2-4)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 91)

Dimana :
f = Feed (mm/rev)
fr = Feed rate (mm/rev)
N = Rotational speed (rev/min)
2.6.5 Machining Time
Rumus machining time digunakan untuk menghitung banyaknya waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan (membentuk atau memotong) suatu benda kerja. Adapun
rumus dari machining time adalah sebagai berikut:
2.6.5.1 Turning
Adapun rumus machining time pada turning adalah sebagai berikut:

...(2-5)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 91)

Dimana :
Tm = Time machining (min)
L = Length (mm)
fr = Feed rate (mm/min)
i = Jumlah pemakanan
2.6.5.2
Facing
Adapun rumus machining time pada facing adalah sebaai berikut:
.....(2-6)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 91)

Dimana :
Tm = Time machining (min)
D
= Diameter (mm)
fr
= Feed rate (mm/min)

14

= Jumlah pemakanan

2.6.5.3

Material Removal Rate (MRR)

Rumus material removal rate digunakan untuk menghitung jumlah pengurangan


material dalam waktu tertentu. Adapun rumus dari material removal rate adalah sebagai
berikut:
..................................................................................................................(2-7)
Sumber: Kalpakjian (2003 : 91)

Dimana :
v
= Cutting Speed (m/min)
f
= Feed (mm/rev)
MRR = Material Removal Rate (mm3/min)

15

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab metodologi praktikum ini akan dibahas mengenai apa saja yang dibutuhkan
saat dilaksanakannya praktikum. Selain berisikan alat dan bahan yang dibutuhkan juga
terdapat diagram alir praktikum dan juga prosedur pelaksaan praktikum, sehingga praktikan
mengerti langkah apa saja yang harus dilakukan sehingga mempermudah pelaksaan
praktikum.
3.1 Alat dan Bahan

16

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
1)

Aluminium

2)

Penggaris

3)

Jangka sorong

4)

Kunci chuck

5)

Stopwatch

6)

Kunci ring

7)

Coolant

8)

APD (Alat Pelindung Diri)

9)

Alat tulis

10)

Worksheet dan log book

11)

Desain gambar

MULAI

TIDAK

Desain,
Mesin, Alat
dan Bahan

TIDAK

Mengukur dimensi
benda kerja

Menentukan titik
nol benda kerja

Apakah titik nol


sudah sesuai?
YA

Apakah ukuran
sesuai dengan
desain?

Menentukan depth
of cut permukaan
benda kerja

YA
Memberi tanda
pada area
pembubutan
B

Melakukan proses
turning

Memasang benda
kerja pada chuck
mesin bubut
Melakukan proses
chamfering
Mengatur
konfigurasi mesin
bubut

3.2 Diagram Alir Praktikum


Adapun diagram alir praktikum dapat dilihat pada gambar
3.1:mesin
Mematikan
Apakah konfigurasi
mesin sesuai?

YA

Mengecek kesesuaian
benda kerja dengan
desain

Menutup chuck
protector
Apakah benda
kerja sesuai dengan
desain?
Menyalakan mesin
bubut

TIDAK

YA

Benda
kerja

17
SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum

18

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur- prosedur yang diperlukan saat melakukan praktikum adalah sebagai
berikut:
1.

Prosedur sebelum praktikum


Adapun prosedur yang dilakukan sebelum praktikum adalah sebagai berikut:
a.

Menyiapkan desain, benda kerja, mesin alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

b.

proses dengan mesin bubut.


Melakukan pengukuran dimensi benda kerja dan memberi tanda pada area

c.
d.

pembubutan sesuai dengan desain yang telah ditentukan.


Memasang benda kerja pada bagian chuck mesin bubut.
Mengatur konfigurasi pada mesin bubut, pastikan konfigurasi mesin sesuai dengan

e.
f.
g.
h.
i.

yang dibutuhkan.
Menutup chuck protector kemudian menyalakan mesin bubut.
Menentukan titik nol dari benda kerja.
Menentukan depth of cut dari pemakanan.
Melakukan Proses pembubutan benda kerja.
Setelah selesai melakukan proses pembubutan mematikan mesin dengan

j.
k.

menjauhkan mata pahat dari benda kerja.


Melepas benda kerja dari chuck.
Mengecek kesesuaian benda dengan desain benda yang diinginkan (apabila belum
sesuai, lakukan proses pemakanan ulang).

2.

Prosedur selama proses praktikum


Adapun prosedur yang dilakukan selama proses praktikum adalah sebagai berikut:

3.

a.

Menentukan depth of cut dari pemakanan.

b.

Melakukan proses pembubutan benda kerja.

c.

Memberikan coolant secara teratur kepada benda kerja dan pahat.

d.

Mematikan mesin jika terjadi gangguan pada mesin selama proses pembubutan.

Prosedur setelah proses praktikum


Adapun prosedur setelah proses praktikum adalah sebagai berikut:
a.

Menjauhkan pahat dari benda kerja.

b.

Mematikan mesin.

c.

Mengecek kesesuaian benda dengan desain benda yang diinginkan (apabila belum
sesuai, lakukan proses pemakanan ulang).

d.

Membersihkan dan merapikan kembali alat dan mesin yang telah digunakan

19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

20

Hasil dan pembahasan ini berisikan data-data hasil praktikum. Selain berisikan data
data hasil praktikum terdapat analisa dan perhitungan data, dan studi kasus. Sehingga
praktikan mengerti tentang perhitungan didalam praktikum ini beserta analisa masalahnya
.
4.1 Data Praktikum
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, data awal benda kerja berupa diameter
dan panjang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Awal Benda Kerja
Dimensi awal benda kerja
Ukuran (mm)
Panjang
111
Diameter
31,8

Adapun desain awal benda kerja sebelum mengalami proses turning dan chamfering
dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Desain awal benda kerja

Berikutnya dilakukan proses turning pada benda kerja sebanyak 18 kali yang dimana
mengikuti data pada tabel 4.2.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

L (mm)
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111
111

Tabel 4.2 Data Pengurangan Diameter (Turning)


D0 (mm)
Df (mm)
d (mm)
31,8
30,8
1
30,8
29,8
1
29,8
28,8
1
28,8
27,8
1
27,8
26,8
1
26,8
25,8
1
25,8
24,8
1
24,8
23,8
1
23,8
22,8
1
22,8
21,8
1
21,8
20,8
1
20,8
19,8
1
19,8
18,8
1
18,8
17,8
1
17,8
16,8
1
16,8
15,8
1
15,8
15,3
0,5
15,3
15
0,3

t (detik)
3.05
2.04
2.11
1.36
1.66
1.93
1.04
0.92
0.9
1.07
1.15
1.2
1.2
1.12
1.06
1.00
0.9
2.31

Kondisi benda kerja hasil turning dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.

21

Gambar 4.2 Benda Kerja Hasil Turning


Sumber : Dokumentasi pribadi

Setelah proses turning selesai, selanjutnya dilakukan proses chamfering sebanyak 2 kali
dengan depth of cut masing-masing 1,5 mm dan 1 mm. Berikut merupakan tabel data benda
kerja hasil chamfering.
No.
1
2

D0 (mm)
15
12

Tabel 4.3 Data Penirusan (Chamfering)


Df (mm)
(0)
d (mm)
12
450
1,5
10
450
1

t (detik)
0,14
0,16

Adapun kondisi benda kerja dari hasil chamfering dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Benda Kerja Hasil Chamfering


Sumber : Dokumentasi pribadi

4.2 Analisa dan Perhitungan


Pada subbab perhitungan data akan dibahas mengenai perhitungan aktual dan
perhitungan teoritis terkait hasil praktikum yang telah dilakukan pada Praktikum Proses
Manufaktur.
Perhitungan data meliputi kecepatan pemotongan, chamfering, feed rate turning ,feed
turning dan Metal Removal Rate (MRR) turning dan chamfering. Berikut merupakan hasil
analisis dan perhitungan data pada Praktikum Proses Manufaktur.
4.2.1 Data Aktual
Data aktual merupakan perhitungan berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan.
a.

Kecepatan pemotongan (v)


Diketahui : N (Spindle speed) = 658 rpm
D0 (diameter awal) = 31,8 mm

22

b.

c.

Chamfering
Diketahui : D1 =14,8 mm
D2 = 11,65 mm
= 450

k = 1,57 mm
Time machining
Time machining (Tm) =

Tm = 1,45 menit

d.

e.

Feed rate turning


Diketahui : L = 111 mm
Tm = 1,45 menit

fr = 76,55 mm/min
Feed turning
Diketahui : fr = 76,55 mm/min
N = 658 rpm

f = 0,12 mm/rev
f. Material Removal Rate (MRR)
Diketahui : v = 65,9 m/min
f = 0,12 mm/rev
d = 0,5 mm

MRR = 3954 mm3/min


4.2.2 Data Teoritis
Data Teoritis merupakan perhitungan berdasarkan tabel Black Kohser DeGarmo.
Berdasarkan tabel tersebut, alumunium memiliki Hardness Brinell 60-100 dan didapatkan
speed alumunium sebesar 56 m/min (56000 mm/min) dengan feed 0.18 mm/r.

23

Gambar 4.5 Tabel Black Kohser DeGarmo


Sumber: JT Black dan Ronald A. Kohser (2008)

1.

Dari data diatas, maka didapat data seperti berikut.


Spindle speed

2.

N = 560,83 rpm
Feed rate turning

fr = 560,83 X 0,18
fr = 100,95 mm/min
3. Time machining
Turning

4.

Tm = 1,1 menit
Material Removal Rate (MRR)
MRR = 56000 x 0,18 x 0.5
MRR =5040 mm3/menit

4.2.3. Perbandingan data aktual dengan data teoritis


Berdasarkan perhitungan data aktual dan data teoritis, maka perbandingannya dapat
dilihat pada tabel 4.4
Data yang dibandingkan
Spindle Speed (N)
Feed Rate (fr)
Time Machining (Tm)
Material Removal Rate

Tabel 4.4 Perbandingan Data Aktual dan Teoritis


Data Aktual
Data Teoritis
658 rpm
560,83 rpm
76,55 mm/min
100,95 mm/min
1,45 menit
1,1 menit
3954 mm3/min
5040 mm3/min

Berdasarkan tabel 4.4 terdapat perbandingan data aktual dan data teoritis. Perbedaan
spindle speed dari data aktual yang nilanya sebesar 658 rpm dan data teoritis yang nilainya
sebesar 560,83 rpm menyebabkan permukaan benda kerja yang tidak halus . Perbedaan feed
rate dari data aktual yang nilainya sebesar 76,55 mm/min dan data teoritis sebesar 100,95

24

mm / min menyebabkan hasil permukaan yang kasar . Perbedaan time machining dari data
aktual yang nilainya sebesar 1,45 menit dan data teoritis yang nilainya seesar 1,1 menit
menyebabkan benda kerja tidak rata. Perbedaan mateial removal rate dari data aktual yang
nilainya 658 rpm dan data teoritis yang niainya 560,83 rpm sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil pengerjaan terlalu banyak memakan benda kerja.
4.3 Analisis dan Pembahasan
Pada subbab Analisis dan Pembahasan, akan dibahas mengenai permasalahan praktikum,
penyebab permasalahan, dan solusinya, terkait hasil praktikum yang telah dilakukan.
4.3.1 Permasalahan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, berikut adalah beberapa
permasalahan yang didapatkan.
a.
Hasil chamfering yang tidak sesuai dengan desain benda kerja

Gambar 4.5 Hasil Chamfering yang Tidak Sesuai Desain

b.

Permukaan yang tidak halus

Gambar 4.6 Permukaan Hasil Benda Kerja


yang Tidak Halus

c.

Panjang benda kerja yang tidak sesuai dengan desain

Gambar 4.7 Panjang Benda Kerja yang Tidak Sesuai Desain.

4.3.2 Penyebab Permasalahan


Berikut adalah penyebab- penyebab timbulnya permasalahan pada benda kerja yang
telah mengalami proses turning dan chamfering.
a.
Feed rate yang terlalu kecil yaitu sebesar 76,55 mm/min jika dibandingkan dengan data
teoritis yang besarnya adalah 100,95 mm/min, sehingga permukaan hasil benda kerja
b.

menjadi tidak halus.


Kecepatan pemotongan yang terlalu besar jika dengan dibandingkan pada data teoritis,
yaitu sebesar 65,9 m/min, sedangkan pada data teoritis adalah 56 m/min, sehingga

c.

panjang benda kerja menjadi tidak sesuai dengan desain awal.


Time machining yang terlalu lama, yaitu 1,45 menit jika dibandingkan dengan data
teoritis yaitu 1,1 menit.
25

4.3.3 Solusi
Berikut ini adalah solusi untuk permasalahan yang terjadi pada proses turning dan
chamfering.
a.
Kecepatan pemotongan seharusnya lebih lambat dan sesuai dengan Metcuts
Machinability Data Handbook yaitu 56 m/min sehingga proses pemakanan pada setiap
b.

titik daerah benda kerja dapat dilakukan pemakanan berkali-kali


Feed rate harus konstan dan diperbesar agar menghasilkan permukaan benda kerja yang

c.

rata dan halus.


Time machining harus dikurangi dari sebelumnya 1,45 menit menjadi sesuai data
teoritis yaitu 1,1 menit.

26

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

27

BAB V
PENUTUP
Pada penyusunan laporan praktikum ini dalam bab penutup akan dibahas mengenai
kesimpulan dan saran dalam Praktikum Proses Manufaktur.
5.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Proses Manufaktur.
1. Mesin bubut merupakan sebuah mesin untuk membentuk benda kerja yang digunakan
untuk menghasilkan benda-benda putar seperti membuat ulir, pengeboran dan meratakan
permukaan benda putar yang dimana benda kerja terpasang pada chuck dan diputar lalu
pahat atau tools digerakkan ke arah benda kerja untuk membentuk benda kerja. Prinsip
kerja main drive mesin bubut adalah perputaran motor listrik untuk menggerakkan
spindle sehingga menghasilkan perputaran pada chuck tempat benda kerja dicekam.
Sedangkan feed drive mesin bubut adalah gerakan pemotongan pahat terhadap benda
kerja yang berputar. Fungsi mesin bubut adalah untuk facing (pengurangan panjang),
turning (pengurangan diameter), tapering (penirusan), threading (penguliran), drilling
(membuat lubang), boring (memperbesar diameter lubang), knurling (membuat pola),
cut off, form turning, contour turning, dan chamfering.
2.

Adapun cara pengoperasian mesin bubut adalah dengan menghidupkan dan mematikan
mesin, kemudia menekan tuas on/ off pada mesin bubut. Cara mengoperasikan dan
mengendalikan putaran spindle yaitu dengan mengatur tuas pengatur kecepatan spindle
sesuai dengan plat tab.Cara mengoperasikan mesin bubut saat proses turning dan
chamfering yaitu menyiapkan peralatan dan perlegkapan yang akan digunakan,
kemudian mengecek kondisi / kesiapan mesin. Setelah itu memasukkan sumber utama
arus dan mengatur putaran spindel yang akan digunakan sesuaikan dengan material yang
digunakan (ditentukan melalui perhitungan atau tabel cutting speed). Kemudian
memasang senter putar pada kepala lepas lalu memasang pahat dengan ujung sayat
setinggi ujung senter. Setelah itu memasang / cekam benda kerja dan mendekatkan pahat
pada ujung benda kerja yang akan disayat. Kemudian menghidupkan mesin dengan
tombol / saklar pengendali dan melakukan penyayatan.

3.

Dari hasil analisa, diketahui bahwa benda kerja yang dihasilkan mempunyai permukaan
yang tidak halus. Hal ini disebabkan karena saat proses turning, feed rate terlalu kecil
dan menyebabkan pemakanan pada benda kerja berlangsung dengan lambat sehingga

28

hasil permukaan tidak halus. Solusi untuk masalah ini adalah memperbesar feed rate agar
menghasilkan permukaan benda kerja yang rata dan halus. Selain itu, panjang benda
kerja juga tidak sesuai desain karena kecepatan pemotongan yang terlalu besar. Solusi
untuk masalah ini adalah memperkecil kecepatan pemotongan sesuai dengan data teoritis
dari yang sebelumnya 65,9 m/min menjadi 56 m/min.
5.2 Saran
Berikut merupakan saran untuk Praktikum Proses Manufaktur.
1. Laboratorium seharusnya menambah fasilitas-fasilitas yang ada terutama jumlah mesin
2.

agar praktikan dapat mengoperasikan dengan leluasa.


Laboratorium sebaiknya juga memperluas ruangan agar praktikan tidak terbatasi ruang

3.

geraknya dan praktikan dapat merasa lebih nyaman pada saat proses praktikum.
Pada saat praktikum asisten sudah mengarahkan dengan baik sehingga praktikan dapat
mengoperasikan dengan baik.

29

Anda mungkin juga menyukai