Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

BENDA ASING DI HIDUNG

Oleh :
Fadhil el Naser

1010312099

Reza Ekatama Rajasa 1010312111

Preseptor :
Dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN BEDAH


KEPALA DAN LEHER
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya
dari atas ke bawah :1
1. Pangkal hidung (bridge).
2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung. Kerangka tulang terdiri dari :1
1. Tulang hidung (os nasal)
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di
bagian bawah hidung, yaitu :1
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala
mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu
masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares
anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak
kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise). 1

Gambar 1. Anatomi hidung tampak lateral dan medial

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial, lateral,
inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium
pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.1
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah
ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi ialah
konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema ini biasanya rudimenter.1
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu

meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus
etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
sfenoid.1
Batas Rongga Hidung
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os
palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina
kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang
(kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior,
atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.1
Vaskularisasi
Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior dan posterior
yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis interna.1
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris interna,
diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri sfenopalatina keluar dari
foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka
media.1
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian
depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a.
labialis superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus kiesselbach (little's area).1
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan
dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan
faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.1

Gambar 2. Vaskularisasi hidung


Jaringan limfatik
Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial. Jaringan limfatik anterior bermuara
di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan limfatik posterior terbagi menjadi
tiga kelompok. Kelompok superior bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok
media menuju ke kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di
sepanjang pembuluh jugularis interna.1

Innervasi
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis
anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n. oftalmikus. Rongga
hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik dari nervus maksilla melalui
ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut
parasimpatis dari n. petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus

profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.1
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina
kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu
pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. 1

Gambar 3. Innervasi hidung1

Fisiologi Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis
hidung dan sinus paranasalis adalah: 1
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik
lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk

menampung stimulus penghidu,


3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma
dan pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan
dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang dapat menyebabkan
refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi
kelenjar liur, lambung dan pankreas.3
Fisiologi Hidung:1
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung
dan sinus paranasalis adalah:
1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius.
3.

Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan

mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,


4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan
pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan
dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang dapat menyebabkan refleks bersin
dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung
dan pankreas.
1.2 DEFINISI
Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang berasal baik
dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen) tubuh yang dalam
normal tidak ada. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga
hidung tenggorok yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda asing
asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang telinga hidung dan
tenggorok.3

1.3 KLASIFIKASI BENDA ASING


Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat
terdiri atas zat organik (yang berasal dari tumbuhan seperti kacang-kacangan dan yang
berasal dari kerangka binatang seperti tulang) dan zat anorganik seprti paku, jarum, peniti,
dan batu. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda asing yang bersifat iritatif dan noniritatif. Benda asing endogen berupa secret kental, darah, bekuan darah dan lain-lain. Berikut
adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:3
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui hidung
atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari
tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda
cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat
berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkejuan, dan membran
difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.2
Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda asing hidup.
1
Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.
a
Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan
hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya bezziana.
Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridae,
ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang
berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada
toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait di bagian
mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya
pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang hidup liar dan juga pada
manusia misalnya pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga,
hidung, mulut dan traktus urogenital.3,7
b

Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.


Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia,
dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat.
Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di
kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat
mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat
anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang
mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh
lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.
Lintah menghisap darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya, itu akan
menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami syok akibat
kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi darah.10

Gambar 4. Lintah hidup di hidung


c

Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah di
negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port dentry atau
tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih

2.

banyak.
Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur
barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat sangat
mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat
darurat yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat
bereaksi terhadap mukosa hidung.3

Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior


Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda asing
yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan benda asing yang keras seperti
kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.1
1.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI3
a. Faktor Personal : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsy
c. Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologic
d. Ukuran dna bentuk benda asing
e. Faktor kecerobohan
1.5 EPIDEMIOLOGI
Sebesar lima puluh persen kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak yang
berumur kurang dari 4 tahun. Bayi di bawah 1 tahun yang gawat napas karena aspirasi benda
asing merupakan penyebab utama kematian. Kacang atau biji tumbuhan lebih sering
teraspirasi pada anak yang berumur 2-4 tahun karena belum memiliki gigi molar yang
lengkap dan belum dapat mengunyah makanan dengan baik. Benda asing pada hidung lebihs
erring terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun
cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang
hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum
terjadi koordinasi menelan dan penutuoan glottis yang sempurna. 3,4Pada anak-anak juga
sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga ke bawah konka
inferior dan medial. Kavum nasi kanan lebih sering terkena pada anak-anak, hal ini
disebabkan oleh karena bnyak anak yang lebih dominan memakai tangan kanan.7

1.6 PATOGENESIS
Benda asing mati (inanimate foreign body) pada hidung dapat menyebabkan edema
dan inflamasi mukosa hidung sehingga dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan grnaulasi,
dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Sedangkan benda asing hidup (animate foreign bodies)
dapat menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat yang bervariasi, dari infeksi lokal sampai
destruksi massif tulang rawan dan tuang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang
dalam dan bau. Cacing askariasis dapat menimbulkan iritasi pada hidung karena gerakannya.3
1.7 MANIFESTASI KLINIS
Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan bertahan untuk
waktu yang lama. Dapat timbul rinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling sering
adalah:3

Hidung tersumbat
Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
Nyeri
Demam
Epistaksis
Bersin

Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk. Hal
ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang terjadi di sekeliling benda asing
sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator
inflamasi. Tak jarang pula akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan
menimbulkan infeksi sekunder.
1.8 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis
adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik), gejala, tanda,
pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai
pemeriksaan penunjang.2 Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang
tua karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu lama. Gejala paling sering muncul
adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Diagnosis pasti
benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat

benda asing di kavum nasi. Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi
jika dengan rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut. 3,7
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing sering
tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Dalam satu penelitian, presentasi pasien
datang lebih dari 48 jam setelah memasukkan benda asing di hidung menyumbang 14% dari
semua kasus. Anamnesis dengan pasien, orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar
jelas dalam mengidentifikasi jenis benda asing dan memudahkan dalam penatalaksanaan
nantinya.7
Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung unilateral. Dokter harus
memikirkan diagnosis benda asing pada semua pasien dengan iritasi hidung, epistaksis,
bersin, mendengkur, sinusitis, stridor, mengi, atau demam. Beberapa penulis bahkan telah
melaporkan menemukan benda asing sebagai etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti
mudah marah, halitosis (bau napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis umum
(malodor tubuh). Untuk menghindari komplikasi dan pengobatan tertunda, dokter harus
mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis ini.8
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien datang dengan
usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik,
nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin,
mendengkur, dan bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung
tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa
nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat
menimbulkan sekret yang berbau busuk.3,7
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta dibutuhkan
kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien harus dalam keadaan
imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat
sedatif pada pasien pediatrik. Kadang-kadang, bukti trauma lokal mungkin ada, dengan
eritema, edema, perdarahan, atau keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam
rongga hidung, biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan
bau busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi.3,7
.

Gambar 5. Cara fiksasi Anak pada saat pemeriksaan THT

Gambar 6. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung


Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang
memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.3
1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya
pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang

berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat
mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga
kesehatan.1
Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk mengeluarkan benda
asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi duduk. Pada anak-anak, sebaiknya
dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya sambil duduk di kursi pemeriksaan agar
tenang sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi.5,6
Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti dengan
memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap
kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik
kedepan. Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau wire loop. Bila
benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul. 1
Berikut ini beberapa teknik mengeluarkan benda asing di hidung.

Persiapan sebelum melakukan Teknik


Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang berpengalaman

jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa tidaknya ekstraksi, harus
dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok. Pengeluaran benda asing yang
dicoba berulang kali dapat mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi
memindahkan benda asing ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari
benda asing tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.7
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif.
Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini.7
Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat
menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh
karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan

pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia
untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi
aspirasi.7
Peralatan yang digunakan meliputi:7
-

Lampu kepala
Vasokonstriktor topical
Spekulum hidung
Bag-valve mask
Forseps alligator
Probe hooked
Balon kateter
Kuret
Peralatan suction

Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul
pada pasien selama pengangkatan. 5 Namun, vasokonstriksi farmakologis dari mukosa hidung
dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan
vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa
epinefrin) dan 0,5% phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik
mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan
pilihan anestesinya yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari
1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus
epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan
ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.7
Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi harus
dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Satu penelitian melaporkan tingkat keberhasilan
sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi.
Penelitian lain berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di hidung dan tidak
koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan
komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.1,7
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya posisi
pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki pasien di jepit oleh

kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.7
Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung pada
jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan masingmasing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter lebih memilih
pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat
dengan instrumentasi langsung, pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang
disukai. Untuk benda asing yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.7
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan
mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan
perpindahan benda asing ke posterior.7
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain
berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk
benda asing tersebut.10
2

Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung


- Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda

asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing
rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan
benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior.7
Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit
untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke
depan. Satu peneliti melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing
di hidung kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini,
disebut sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.7
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi instrumentasi langsung
dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang benda asing untuk mencegah
perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.7

Kateter balon

Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak
mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter
Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino
Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.7
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama.
Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly. Kemudian pasien
berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung,
lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anakanak yang lebih besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga
ikut tertarik.7 Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda
asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.8

Gambar 7. Pengunaan Forgarty Catheter

Tekanan positif

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat
dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan

nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung,
dapat ditiup mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bagvalve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk
mencegah esophageal insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat
menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan
positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau
membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara paksa.
Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum dilaporkan.2,11
- Tekanan Negatif (Suction)
Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit
diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan pada pasien biasanya
yang bertekanan 100-140 mmHg.11
- Lem atau Perekat
Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil
dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang kering dan
terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing dihidung minimal.11
Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan tipis
ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel benda asing
selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung dapat dengan mudah
terluka oleh lem tempatnya.8
- Instrumen yang dibuat sendiri
Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini dapat
dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena komplikasi pada teknik ini
dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.8
- Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan
Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya apabila
riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan alat atau
instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep alligator dapat digunakan

terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan memiliki sudut yang dapat ditarik keluar,
sedangkan hook, curretes, dan loop dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di
tarik keluar. Secara umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter
umum. Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke
dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau
massa.7,8

Gambar 8. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator


Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan
maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus masuk ke
laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas, sehingga
menimbulkan keadan yang gawat.1
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda
asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1
1.10 KOMPLIKASI
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini hanya
bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing pada hidung
juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi hingga menyebabkan hidung
mengeluarkan sekret yang muko purulen dan mengalami obstruksi. Benda asing juga dapat
menyebabkan infeksi pada mukosa hidung. Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya
perforasi septum.9

Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan mencetuskan terjadinya
rinolit. Rinolit terjadi karena adanya benda asing yang telah lama tinggal dalam hidung
(misalnya sejak kecil), kemudian terbungkus oleh endapan garam-garam kalsium atau
magnesium sebagai ikatan fosfat atau karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda
asing di hidung dulunya dikenal dengan rinolit palsu (false rhinoliths) atau rinolit benar (true
rhinoliths). Saat ini, istilah-istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung
apakah ada atau tidak ada inti. Rinolit dapat terbentuk dari bahan di luar tubuh manusia yang
masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam rongga hidung seperti batu berbentuk
cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda semacam ini yang disebut eksogen.
Rinolit endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang berasal di sekitar tubuh
sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang
mengering di rongga hidung, dan lendir mengeras. Sekitar 20% dari rinolit berasal dari materi
endogen. 10,11

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama

: An. H

Umur

: 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat

: Bandar Purus

MR

: 924716

2.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan, berusia 4 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD
RSUP Dr. M. djamil Padang pada tanggal 1 Oktober 2015 dengan:
Keluhan Utama
Lobang hidung kanan keluar cairan berbau sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang

Lobang hidung kanan keluar ingus berbau sejak 1 hari ini. Ingus sebelumnya sudah
ada sejak 4 hari yang lalu. Kemudian orang tua membawa pasien berobat ke dokter
umum, diberitahukan bahwa ada seperti benda asing berwarna putih di lobang hidung

kanan, lalu pasien disuruh langsung ke RSUP Dr M Djamil.


Hidung tersumbat sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat memasukkan benda asing tidak diketahui, anak tidak mengakui pernah
memasukkan benda asing ke dalam hidung.

Keluar ingus bercampur darah tidak ada.


Riwayat memasukkan benda asing ketelinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya tidak

ada.
Riwayat tersedak, terbatuk batuk hebat dan sesak nafas tidak ada.
Demam dan batuk sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak ada riwayat keluhan telinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya.
Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien adalah seorang anak yang tinggal bersama keluarganya dan belum berpenghasilan.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum

: sakit ringan

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Nafas

: 22x/menit

Suhu

: 36,50C

Kepala

: tidak ditemukan kelainan

Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran


Kepala

: bulat, simetris

Rambut

: hitam, tidak mudah rontok

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Paru

: gerak dinding dada simetris kiri dan kanan, stridor -/-,


wheezing -/-, retraksi intercosta tidak ada

Status lokalis THT:


1

Telinga

Pemeriksaan

Daun Telinga

Dinding liang
telinga

Sekret /
Serumen

Kelainan
Kel. Kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri Tarik
Nyeri tekan
Cukup lapang (N)
Sempit
Hiperemi
Edema
Massa
Bau
Warna
Jumlah
Jenis

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup lapang

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Membran Timpani
Utuh

Perforasi

Mastoid

Tes Garpu tala


512 Hz

Warna
Refleks cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Jumlah perforasi
Jenis
Kuadran
Pinggir
Tanda radang
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Rinne
Schwabach
Weber
Kesimpulan

Audiometri
2

bening
Bening
+
+
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Positif
Positif
Sama
Sama
Tidak ada lateralisasi
Tes garpu tala dalam batas normal
Tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung

Pemeriksaan
Hidung luar

Kelainan
Deformitas

Dextra
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada

Kelainan congenital

Tidak ada

Tidak ada

Trauma

Tidak Ada

Tidak ada

Radang

Tidak ada

Tidak ada

Massa

Tidak ada

Tidak ada

Sinus paranasal

Pemeriksaan
Nyeri tekan

Dextra
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada

Nyeri ketok

Tidak ada

Tidak ada

4. Rinoskopi Anterior
Vestibulum

Vibrise
Radang

Kavum nasi

Cukup lapang (N)


Sempit
Lapang

Sekret

Konka inferior

Konka media

Septum

Massa

Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup lurus/deviasi
Permukaan
Warna
Spina
Krista
Abses
Perforasi
Lokasi
Bentuk

Ada
Tidak ada

Ada
Tidak ada

Sulit dinilai,
Cukup lapang
tampak benda asing
warna putih di
antara meatus
media dan septum
Cavum nasi
Tidak Ada
Kental
Tidak Ada
Sedikit
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Sulit dinilai
Eutrofi
Sulit dinilai
Merah muda
Sulit dinilai
Licin
Sulit dinilai
Tidak ada
Sulit dinilai
Eutrofi
Sulit dinilai
Merah muda
Sulit dinilai
Licin
Sulit dinilai
Tidak ada
Tidak ada deviasi
Licin
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Licin
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ukuran

Tidak ada

Tidak ada

Permukaan

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Tidak ada

Tidak ada

Konsistensi

Tidak ada

Tidak ada

Mudah digoyang

Tidak ada

Tidak ada

Pengaruh
vasokonstriktor

Tidak ada

Tidak ada

5. Rinoskopi Posterior : Sulit dilakukan


Pemeriksaan
Koana
Mukosa
Konka inferior

Adenoid
Muara tuba
eustachius
Massa
Post Nasal Drip

Kelainan
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Warna
Edem
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Permukaan
Edem
Ada/tidak
Tertutup secret
Edem mukosa
Lokasi
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Jenis

Dekstra

Sinistra

6. Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan
Palatum mole +
Arkus faring

Dinding Faring
Tonsil

Kelainan
Simetris/tidak
Warna
Edema
Bercak/eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna

Dekstra
Simetris
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda

Sinistra
Simetris
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah Muda

Peritonsil
Tumor

Gigi
Lidah

Permukaan
Kripti
Detritus
Eksudat
Perlengketan
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa

Licin
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Licin
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

ada
Ada
Hygiene mulut kurang
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada

7. Laringoskopi Indirek : Sulit dinilai


Pemeriksaan
Epiglotis

Ariteniod

Ventrikular band
Plica vokalis

Subglotis/trakea
Sinus piriformis
Valekula

Kelainan
Bentuk
Warna
Edema
Pinggir rata/tidak
Massa
Warna
Edema
Massa
Gerakan
Warna
Edema
Massa
Warna
Gerakan
Pingir medial
Massa
Massa
Sekret
Massa
Sekret
Massa
Sekret ( jenisnya )

Dekstra

Sinistra

IV. Diagnosis
Korpus alienum et cavum nasi dextra
VI. Tatalaksana
-

Ekstraksi korpus alienum

Kimicetin salf

Amoxicillin clafulanat 3 x 1 cth

VII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam

RESUME
Anamnesis

Lobang hidung kanan keluar cairan berbau sejak 1 hari yang lalu

Ingus sebelumnya sudah ada sejak 4 hari yang lalu. Kemudian orang tua membawa
pasien berobat ke dokter umum, diberitahukan bahwa ada seperti benda asing
berwarna putih di lobang hidung kanan, lalu pasien disuruh langsung ke RSUP Dr M

Djamil.
Hidung tersumbat sejak 4 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :
Hidung kanan: cavum nasi kanan sempit, tampak benda asing berwarna putih pada
cavum nasi kanan, sekret agak kental dan berbau dengan jumlah sedikit
Diagnosis
Korpus alienum et cavum nasi dextra
Tatalaksana
-

Ekstraksi korpus alienum

Kimicetin salf

Amoxicillin clafulanat 3 x 1 cth

Prognosis
-

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad sanam

: bonam

Quo ad functionam: bonam

DISKUSI
Telah dilaporkan pasien anak berumur 4 tahun datng ke IGD RSUP M. DJAMIL
diantar oleh keluarga dengan keluhan utama lobang hidung kanan keluar cairan berbau
sejak 1 hari yang lalu.
Berdasarkan anamnesa didapatkan lobang hidung kanan keluar ingus berbau sejak 1
hari ini. Ingus sebelumnya sudah ada sejak 4 hari yang lalu. Kemudian orang tua membawa
pasien berobat ke dokter umum, diberitahukan bahwa ada seperti benda asing berwarna putih
di lobang hidung kanan. Hidung tersumbat sejak 4 hari yang lalu. Riwayat memasukkan
benda asing tidak diketahui, anak tidak mengakui pernah memasukkan benda asing ke dalam
hidung. Keluar ingus bercampur darah

tidak ada,

riwayat memasukkan benda asing

ketelinga, hidung, dan tenggorok sebelumnya tidak ada, riwayat tersedak, terbatuk batuk
hebat dan sesak nafas tidak ada. Demam dan batuk sebelumnya tidak ada.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hidung kanan: cavum nasi kanan sempit,
tampak benda asing berwarna putih pada cavum nasi kanan, ditemukan cairan berbau. Pada
pemeriksaan THT lainnya tidak ditemukan kelainan.
Berdasarkan literatur, benda asing biasanya lebih banyak ditemukan pada anak
berumur kisaran 2-5 tahun dikarenakan pada fase umur tersebut, anak sedang aktif-aktifnya
dan dengan diikuti rasa ingin tahu yang tinggi. Benda asing lebih banyak di temukan di
kavum nasi dekstra, dikarenakan oleh dominannya pemakaian tangan kanan.
Benda asing yang sudah terlalu lama dapat menimbulkan komplikasi, diantaranya:
obstruksi hidung, infeksi mukosa hidung dan yang paling sering adalah perdarahan. Pada
kasus-kasus tertentu juga dapat ditemukan septum perforasi. Pada pasien ini tidak jelas kapan
pasti anak tersebut memasukan benda tersebut, orang tua membawa pasien dikarenakan
timbulnya bau yang tidak sedap pada hidung pasien.
Pada pasien ini dilakukan ekstraksi benda asing, dan dikeluarkan sebuah gumpalan
kertas yang sudah berlengket dengan jaringan sekitar hidung. Setelah dilakukan ekstrasi
tampak sedikit darah keluar dikarenakan benda asing yang sudah lama dan mengiritasi
mukosa hidung. Setelah dikeluarkan, pasien diberikan antibiotik Kalmicetin krim, untuk
mencegah infeksi pada luka yang disebabkan ekstraksi. Lalu pasien diberikan antibiotik oral
yaitu dengan amoxicilin clavulanat 3 x 1 tab selama 5 hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta:2007. 118-122
2. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology and
Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 1-22
3. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam BUku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-265.
4. Novialdi, Rahman S. Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Bagian Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang.2006.http://repository.unand.ac.id/18139/1/Benda%20Asing%20Batu
%20Kerikil%20di%20Bronkus.pdf . Diunduh pada tanggal 13 Oktober 2105.
5. Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a comprehensive review of
the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic measures. Postgrad Med. 2000.
6. Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review Techniques for
Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg Med; 17. 2000. Pg. 91-94.
7. Fischer JI. 2013. Nasal Foreign Body, http//emedicine.medscape.com/article/763767overview. Diakses 13 Oktober 2015, 15:00
8. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat. Virginia. Am
Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.
9. Gregori,Dario, Lorenzo Salerni, Cecilia Scarinzi. Foreign Body in the nose causing
complications and

requiring hospitalization in children 0-14 age. University of

Torino. ENT Department.2008 vol 46: 28-33.


10. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths. Available
from

http://www.ijdr.in/article.asp?issn=0970-

9290;year=2009;volume=20;issue=1;spage=114;epage=116;aulast=Patil.

Accessed:

24/10/2014
11. Detlef B, Randolf R. The RhinolithA Possible Differential Diagnosis of a
Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010.

Anda mungkin juga menyukai