Anda di halaman 1dari 12

TRANSGENDER MENURUT

PANDANGAN ISLAM
Nama
Kelas

: Yusuf Prihantoro
: XII TKJ 2

Daftar Isi

Latar Belakang

Pandangan Islam tentang Kelamin

Pandangan Medis tentang kelamin

Faktor Penyebab Operasi dan


Penyuburan Kelamin

Jenis dan Hukum Operasi Perubahan


dan Penyempurnaan Kelamin

Akibat Operasi Perubahan dan


Penyempurnaan Kelamin

Pencegahan terhadap Operasi


Kelamin

LATAR BELAKANG

Tuhan telah menciptakan manusia dalam


dua bentuk yaitu pria dan wanita,
dengan Adam dan Hawa sebagai cikal
bakalnya. Fenomena transeksual yang
diikuti dengan tindakan operasi merubah
kelamin, sebenarnya mempunyai
implikasi yang akan menyentuh banyak
aspek, masalah ini merupakan suatu
gejala ketidakpuasan seseorang karena
merasa tidak adanya kecocokan antara
bentuk fisik dan kelamin dengan
kejiwaan ataupun dengan ketidakpuasan
dengan alat kelamin yang dimilikinya.

Selain faktor bawaan sejak lahir, fenomena


ini juga bisa disebabkan oleh faktor
lingkungan. Seperti pendidikan yang salah
sewaktu kecil dengan membiarkan anak lakilaki berkembang dengan tingkah laku
perempuan, trauma pergaulan seks dengan
pacar, dan sebagainya. Ekspresinya bisa
dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan
tingkah laku, bahkan sampai operasi
penggantian kelamin.

Pandangan Islam tentang Kelamin

Pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia


terdiri dari 2 macam jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Sebagaimana telah dituturkan dalam Al
Quran surat Al Hujurat ayat 13 sebagai berikut:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al Hujurat: 13).

Jika berbicara kelamin berarti ini berkaitan dengan


gender beserta alat reproduksinya. Perspektif gender
dalam Al Quran tidak sekedar mengatur keserasian
relasi gender, hubungan laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat tetapi lebih dari itu Al Quran juga
mengatur keserasian pola relasi antara mikrokosmos
(manusia), makrokosmos (alam), dan Tuhan.

Secara umum Al Quran mengakui adanya


perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tetapi
perbedaan tersebut bukanlah diskriminasi yang
menguntungkan satu pihak dan yang lain dirugikan.
Perbedaaan tersebut dimaksudkan untuk
mendukung obsesi Al Quran, yaitu terciptanya
hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang
di lingkungan keluarga. Sebagaimana telah
dituturkan dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 13
sebagai berikut:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah


Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir. (QS. Ar Rum: 21)

Pandangan Medis tentang Kelamin

Jenis kelamin merujuk pada sekse anatomis


seseorang dengan kata lain tipe genital apa
yang dimilki. Sekse atau jenis kelamin mewakili
penampakan internal genitalia, dan terdapat
gonad (ovarium dan testis) yang menentukan
fungsi reproduktif sekaligus hormon yang
membentuknya.
Gender lebih sulit dan lebih kompleks untuk
dipersepsikan atau digambarkan. Gender yakni
pengenalan atau kesadaran pada diri seseorang,
yang juga diharapkan berbeda dengan orang
lain, seperti yang sesuai dengan kategori sosial:
anak laki-laki atau anak perempuan.

Mayoritas populasi memilki gender yang


sesuai dengan jenis kelamin anatomis.
Gender terbagi menjadi dua aspek:

Identitas gender, yakni persepsi internal


pengalaman seseorang tentang gender
mereka, menggambarkan identifikasi
psikologis di dalam otak seseorang sebagai
laki-laki atau perempuan.

Peran gender, merupakan sebuah cara


seseorang hidup dalam masyarakat dan
berinteraksi dengan orang lain berdasarkan
identitas gender mereka.

Faktor Penyebab Operasi dan


Penyuburan Kelamin
1.
Psikososial
Seseorang yang mengalami kelainan psikis dan sosial sehingga dapat tersisih dan mengasingkan diri dari
kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari jalannya sendiri, seperti melacurkan diri menjadi waria
atau melakukan homoseks dan lesbianisme.
Adapun dari perilaku tersebut didapat dari perlakuan orang tua yang menginginkan anak laki-laki tetapi
diberikan anak perempuan sehingga orang tua memberikan perhatian anak tersebut seperti anak perempuan
mulai dari pakaian hingga perilaku.
Pada kasus transseksual karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi
hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya
normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan
lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang.
2.
Genetik
Adanya ketidakseimbangan hormonal yang terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan pada bentuk, jenis
dan hormone yang pada masa pubertas tidak mengalami perubahan yang tidak seharusnya.

Jenis dan Hukum Operasi Perubahan


dan Penyempurnaan Kelamin
Dalam dunia kedokteran dikenal tiga bentuk operasi
kelamin, masing-masing mempunyai hukum tersendiri
dalam fikih :
1. Operasi penggantian jenis kelamin yang dilakukan
terhadap orang yang sejak lahir memiliki kelamin
normal.
Operasi ganti kelamin dalam keadaan seperti ini, belum
pernah dikenal oleh orang-orang terdahulu. Tetapi para
dokter mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk
dari penyakit transeksual/transgender yaitu individu
dengan gangguan psikologis laki-laki yang seperti wanita
atau wanita seperti laki-laki dengan tanpa disertai
kelainan fisik/ alat kelamin (genital). Atau dengan istilah
lain, bahwa sang penderita atau pasien merasakan
bahwa dirinya adalah jenis lain yang bukan pada dirinya.
Seakan ia merasakan bahwa jiwanya adalah perempuan
padahal fisiknya adalah laki-laki, atau ia merasakan
bahwa jiwanya adalah laki-laki padahal bentuk fisiknya
adalah perempuan. Antara jiwa dan fisik tidak dapat
saling menyatu.

2.
Operasi perbaikan atau penyempurnaan
kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki cacat kelamin, seperti penis atau
vagina yang tidak berlubang.
Operasi seperti ini dibolehkan, karena termasuk
dalam katagori pengobatan. Karena pada dasarnya
manusia itu ciptaannya sempurna, maka jika
didapati beberapa bagian anggota tubuhnya tidak
normal atau tidak berfungsi, sepertivagina yang
tidak berlubang, atau penis yang tidak berlubang
sehingga tidak bisa buang air kecil, maka
dibolehkan baginya untuk melakukan operasi
perbaikan kelamin, dengan tujuan agar salah satu
organ tubuhnya tersebut berfungsi sebagaimana
yang lain. Rasulullah saw bersabda : Wahai hambahamba Allah berobatlah, karena Allah menjadikan
setiap penyakit itu ada obatnya. Jadi operasi
kelamin yang cacat sejak kecil atau karena suatu
kecelakaan termasuk dalam katagori berobat dan
bukan dalam katagori merubah ciptaan Allah swt.

Jenis dan Hukum Operasi Perubahan dan


Penyempurnaan Kelamin
3.
Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki 2 (dua) jenis kelamin yaitu penis dan vagina
Orang yang mempunyai kelamin ganda dalam dunia medis disebut ambiguous genitalia yang artinya
alat kelamin meragukan. Orang tersebut tidak menderita penyakit transeksual tetapi lebih cenderung
kepada interseksual yaitu suatu kelainan, dimana penderita memiliki ciri-ciri genetik, anatomik atau
fisiologik meragukan antara pria dan wanita. Gejalanya sangat bervariasi, mungkin saja tampilan
luarnya adalah laki-laki normal atau wanita normal, tetapi alat kelaminnya yang masih meragukan
apakah dia laki-laki atau perempuan. Penderita seperti ini memang benar-benar sakit secara fisik, yang
kemudian mempengaruhi kondisi psikologisnya. Maka, Operasi pada orang yang mempunyai kelamin
ganda seperti ini dibolehkan, tentunya setelah ada kejelasaan statusnya, baik laki-laki maupun
perempuan dengan cara-cara yang telah diterangkan di atas dan dikuatkan dengan pernyataan para
dokter ahli dan amanah. Biasanya operasi dilakukan ketika anak tersebut masih bayi dan belum
beranjak dewasa, jika sudah dewasa tentunya akan lebih susah lagi, karena mungkin itu akibat salah
pola asuh dan polainteraksi dari lingkungan sekitar. Karena kalau seseorang dibiarkan dalam status
yang tidak jelas, maka sungguh kasihan hidupnya, dan masyarakatpunkesulitan untuk berinteraksi
dengannya karena statusnya yang belum jelas, apakah dia itu laki-laki atau perempuan. Oleh karenanya
operasi untuk membuang salah satu dari dua jenis kelamin dibolehkan, karena akan membawa
kemaslahatan bagi yang bersangkutan dan kemaslahatan bagi masyarakat yang ia hidup di dalamnya.

Jenis dan Hukum Operasi Perubahan


dan Penyempurnaan
Kelamin

Kaidah hukum menjelaskan bahwa


boleh tidaknya sesuatu hal
tergantung juga pada besar kecilnya
nafsadah atau maslahah yang ada.
Bila operasi kelamin (contoh)
ternyata lebih besar membawa
kebaikan (manfaat) dari pada
madharatnya (keburukan) seperti
tentang kejiwaannya, agamanya,
sosial kemasyarakatannya, jati
dirinya dan kehormatan dirinya,
maka dalam hal ini operasi kelamin
boleh hukumnya, dan demikian
sebaliknya, bila ternyata operasi
kelamin akan membawa dampak
negative yang besar dari pada
keadaannya sekarang, maka operasi
kelamin dilarang hukumnya.

Menanggapi masalah operasi kelamin diatas


pendapat pakar hukum Islam sebagai berikut :
Hasanain Muhammad Makhluf (ahli Fiqih Mesir),
operasi kelamin yang bersifat tashih atau takmil
(perbaikan atau penyempurnaan) diperbolehkan
secara hukum bahkan dianjurkan jika kelamin
seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi
untuk pembuangan air seni, baik penis maupun
vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau
menyempurnakannya menjadi kelamin yang
normal hukumnya boleh dilakukan karena
kelainan seperti ini merupakan suatu penyakit
yang harus diobati Menurut Prof Drs.Masyfuk
Zuhdi (ahli Fiqih Indonesia) orang yang lahir
dengan alat kelamin tidak normal bisa
mengalami kelainan fsihis dan sosial, sehingga
biasanya tersisih dari kehidupan masyarakat
normal serta mencari jalan sendiri, seperti
melacurkan diri, menjadi wanita atau melakukan
homo seksual, padahal perbuatan tersebut
sangat dikutuk oleh Islam. Untuk menghindari
hal ini, operasiperbaikan atau penyempurnaan
kelamin boleh dilakukan karena kaidah Fiqih.

Jenis dan Hukum Operasi Perubahan


dan Penyempurnaan Kelamin

Fatwa MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bagi siapa saja yang secara sengaja dan
tidak memiliki alasan ilmiah merubah jenis kelamin. Dengan demikian, Pemerintah dan DPR RI
diminta membuat aturan hukum terkait dengan praktek operasi ganti kelamin dan penyempurnaan
kelamin. Berdasarkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) VIII MUI juga diputuskan tidak boleh
menetapkan keabsahan status jenis kelamin akibat operasi perubahan alat kelamin, sehingga tidak
memiliki implikasi hukum syar`i terkait perubahan tersebut.
Karena tidak boleh ditetapkan keabsahannya, kata dia, kedudukan hukum jenis kelamin orang yang
telah melakukan operasi sama dengan jenis kelamin semula seperti sebelum operasi meski sudah
mendapat penetapan pengadilan. Sedangkan menyempurnakan kelamin bagi seorang Khuntsa
(banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas guna menyempurnakan kelaki-lakiannya hukumnya boleh.
Demikian juga sebaliknya bagi perempuan.
Atas dasar fatwa tersebut, MUI merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan untuk
menjadikan fatwa itu sebagai pedoman untuk memberikan aturan pelaksanaan operasi kelamin
dengan melarang operasi ganti kelamin dan mengatur pelaksanaan operasi penyempurnaan. Juga,
bagi organisasi profesi kedokteran untuk membuat kode etik kedokteran terkait larangan operasi
ganti kelamin dan pengaturan bagi praktek operasi penyempurnaan kelamin.

Akibat Operasi Perubahan dan


Penyempurnaan Kelamin

Tidak hanya menimbulkan kontroversi di


kalangan masyarakat, operasi penggantian
jenis kelamin juga dapat menimbulkan
masalah hukum bagi subjek yang
melakukan operasi itu sendiri. Masalah
hukum yang paling umum timbul atau
dipermasalahkan adalah mengenai hukum
waris. Dengan adanya pergantian kelamin
yang dilakukan oleh seseorang, maka
secara langsung akan mempengaruhi
kedudukannya dalam pembagian harta
warisan, terutama jika orang yang
bersangkutan adalah seorang muslim.
Dengan bergantinya jenis kelamin
seseorang dari pria menjadi wanita
ataupun sebaliknya maka kedudukan dan
haknya sebagai penerima waris juga akan
berganti.

Dalam hal ini, kejelasan mengenai


jenis kelamin seseorang sangat
diperlukan. Jika terjadi kasus
seperti yang telah disebutkan di
atas (seseorang yang memiliki
alat kelamin ganda), maka akan
sulit ditentukan apakah ia
memperoleh bagian warisan
seperti layaknya bagian pria atau
wanita. Maka agar tidak terjadi
kekeliruan, operasi penggantian
kelamin sebaiknya dilakukan.

Pencegahan terhadap Operasi


Kelamin
Menurut standar care The Herry
Benjamin International Gender
Dyspheria Assocition, yaitu:
1)
Subjek ditangani oleh psikolog
atau psikiater yang berpengalaman
dalam maslah gender. Pada tahap
ini diberikan segala informasi yang
harus diketahui dan dibutuhkan oleh
subjek, termasuk apa yang mungkin
dicapai, prosedur, apa yang tidak
mungkin dicapai, dan konsekuensi
penyesuaian gender atau operasi
yang akan dilakukan.

2)
Two years real life diagnostic test,
disini individu diharuskan untuk
menjalanikehidupan total dengan peran
gender yang diinginkan selama paling tidak
dua tahun. Pada masa ini dilakukan terapi
hormon dan menjalani konsultasi psikolog.
Setiap 3 bulan dan hidup dalam peran gender
baru, setiap kasus dididskusikan oleh sebuah
tim sebelum operasi diijinkan. Hanya subjek
yang mengalami kepuasan atau merasakan
terbebaskan dari masalh gendernya, yang
diijuinkan menjalani operasi. Jika masih ada
keraguan, operasi diundur sampai kondisi
yang diinginkan terpenuhi.
3)
Jika semua kriteria diatas terpenuhi,
transeksual diijinkan menjalani serangkaian
operasi yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai