Transgender Menurut Pandangan Islam
Transgender Menurut Pandangan Islam
PANDANGAN ISLAM
Nama
Kelas
: Yusuf Prihantoro
: XII TKJ 2
Daftar Isi
Latar Belakang
LATAR BELAKANG
2.
Operasi perbaikan atau penyempurnaan
kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak
lahir memiliki cacat kelamin, seperti penis atau
vagina yang tidak berlubang.
Operasi seperti ini dibolehkan, karena termasuk
dalam katagori pengobatan. Karena pada dasarnya
manusia itu ciptaannya sempurna, maka jika
didapati beberapa bagian anggota tubuhnya tidak
normal atau tidak berfungsi, sepertivagina yang
tidak berlubang, atau penis yang tidak berlubang
sehingga tidak bisa buang air kecil, maka
dibolehkan baginya untuk melakukan operasi
perbaikan kelamin, dengan tujuan agar salah satu
organ tubuhnya tersebut berfungsi sebagaimana
yang lain. Rasulullah saw bersabda : Wahai hambahamba Allah berobatlah, karena Allah menjadikan
setiap penyakit itu ada obatnya. Jadi operasi
kelamin yang cacat sejak kecil atau karena suatu
kecelakaan termasuk dalam katagori berobat dan
bukan dalam katagori merubah ciptaan Allah swt.
Fatwa MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bagi siapa saja yang secara sengaja dan
tidak memiliki alasan ilmiah merubah jenis kelamin. Dengan demikian, Pemerintah dan DPR RI
diminta membuat aturan hukum terkait dengan praktek operasi ganti kelamin dan penyempurnaan
kelamin. Berdasarkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) VIII MUI juga diputuskan tidak boleh
menetapkan keabsahan status jenis kelamin akibat operasi perubahan alat kelamin, sehingga tidak
memiliki implikasi hukum syar`i terkait perubahan tersebut.
Karena tidak boleh ditetapkan keabsahannya, kata dia, kedudukan hukum jenis kelamin orang yang
telah melakukan operasi sama dengan jenis kelamin semula seperti sebelum operasi meski sudah
mendapat penetapan pengadilan. Sedangkan menyempurnakan kelamin bagi seorang Khuntsa
(banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas guna menyempurnakan kelaki-lakiannya hukumnya boleh.
Demikian juga sebaliknya bagi perempuan.
Atas dasar fatwa tersebut, MUI merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan untuk
menjadikan fatwa itu sebagai pedoman untuk memberikan aturan pelaksanaan operasi kelamin
dengan melarang operasi ganti kelamin dan mengatur pelaksanaan operasi penyempurnaan. Juga,
bagi organisasi profesi kedokteran untuk membuat kode etik kedokteran terkait larangan operasi
ganti kelamin dan pengaturan bagi praktek operasi penyempurnaan kelamin.
2)
Two years real life diagnostic test,
disini individu diharuskan untuk
menjalanikehidupan total dengan peran
gender yang diinginkan selama paling tidak
dua tahun. Pada masa ini dilakukan terapi
hormon dan menjalani konsultasi psikolog.
Setiap 3 bulan dan hidup dalam peran gender
baru, setiap kasus dididskusikan oleh sebuah
tim sebelum operasi diijinkan. Hanya subjek
yang mengalami kepuasan atau merasakan
terbebaskan dari masalh gendernya, yang
diijuinkan menjalani operasi. Jika masih ada
keraguan, operasi diundur sampai kondisi
yang diinginkan terpenuhi.
3)
Jika semua kriteria diatas terpenuhi,
transeksual diijinkan menjalani serangkaian
operasi yang dibutuhkan.