Proposal Terapi Bermain Siap Edit
Proposal Terapi Bermain Siap Edit
Oleh : kelompok ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan individu yang berbeda dalam suatu rentang perubahan
dari bayi sampai remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang di mulai dari bayi 0-1 tahun, toddler 1-3 tahun, prasekolah 3-6
tahun, sekolah 6-12 tahun dan 12-18 tahun adalah remaja (Hidayat, 2005).
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini,
yaitu 0-5 tahun. Masa ini sering di sebut juga sebagai fase Golden Age. Golden
age merupakan masa yang paling penting untuk memperhatikan tumbuh kembang
anak secara cermat agar sedini mungkin terdeteksi apabila terjadi kelainan
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelainan yang bersifat permanen
dapat di cegah (Narendra,2003).
Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering
menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan
atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai reaksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
anak adalah melalui beberapa kegiatan kreatif dan menyenangkan yaitu bermain
puzzle.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peraktikan
melakukan kegiatan terapi aktifitas bermain tentang terapi bermain puzzle terhadap
anak Usia sekolah di Rumah Sakit Dr.Saiful Anwar Malang.
BAB II
KONSEP TEORI
terbesar
yang
digunakan
anak
sehingga
kemampuan
dapat
memberikan
kemampuan
pada
anak
untuk
Bermain dapat memberikan nilai moral pada anak jika anak sudah
mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah, ketika
berinteraksi dengan temannya, dan di dalam permainan juga terdapat aturanaturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar.
c) Macam-macam Permainan
Menurut Hidayat (2005), sifat bermain pada anak ada dua, yaitu:
1) Aktif
Jika anak selalu berperan aktif dalam permainan, selalu memberika
rangsangan, dan melaksanakannya.
2) Pasif
Jika anak hanya memberikan respon pasif terhadap permainan,
sedangkan orang lain dan lingkungan memberikan rspon secara aktif.
Berdasarkan kedua sifat diatas, maka macam-macam permainan:
1) Bermain afektif-sosial
Menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dnegan
orang lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain berperan aktif dan anak
hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan memberikan kesenangan
dan kepuasan anak.
2) Bermain bersenang-senang
Memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga
anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat
dari bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak,
seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.
3) Bermain keterampilan
Bermain ini dengan mengunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil
dalam berbagai hal. Sifat dalam permainan ini adalah bersifat aktif dimana
anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu, seperti
bermain bongkar pasang gambar, latihan memakai baju, dan lain-lain.
4) Bermain dramatik
Permainan ini dapat dilakukan jika anak sudah mampu berkomunikasi
dan mengenal kehidupan sosial. Sifat dari bermain ini adalah anak dituntut
aktif dalam memerankan sesuatu, seperti berpura-pura berperan sebagai
orang dewasa, seperti ibu, guru, dan lain-lain.
5) Bermain menyelidiki
Sifat permainan ini adalah dengan memberikan stimulasi pada anak,
sehingga dapat menambah kecerdasan anak. Permainan ini dilakukan dengan
memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu
atau memeriksa alat permainan, seperti mengocok untuk mengetahui isinya.
6) Bermain konstruksi
Permainan ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar
menjadi sebuah konstruksi yang benar, seperti permainan menyusun balok.
Sifat dari permainan ini adalah aktif, dimana anak-anak selalu ingin
menyelesaikan tugas yang ada dalam permainan, sehingga dapat
membangun kecerdasan anak.
7) Permainan
Permainan ini dapat dilakukan sendiri atau bersama temannya dengan
menggunakan beberapa peraturan, seperti permainan ular tangga. Sifatnya
aktif, anak memberikan respon kepada temannya sesuai jenis permainan dan
berfungsi untuk memberikan kesenangan dan mengembangkan emosi anak.
8) Bermain onlooker
Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan anak lain
yang sedang bermain, tetapi tidak berusaha untuk bermain. Sifat dari
bermain ini adalah pasif, tetapi anak akan mempunyai kesenangan dan
kepuasan sendiri untuk melihatnya.
9) Bermain soliter/mandiri
Bermain yang dilakukan secara mandiri, sendiri, hanya terpusat pada
permainannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Sifatnya aktif, tetapi
stimulasi
tambahan
kurang,
tetapi
dapat
membantu
menciptakan
ruangan rawat.
Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana
Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
Melibatkan orang tua
1) Pengertian Puzzle
Puzzle merupakan suatu masalah atau misteri yang harus diselesaikan
dengan kretivitas. Sebelum mengerjakan puzzle, anak harus mengetahu lebih
dulu bentuk awal puzzle, setelah dirombak, ia akan menggunakan ingatannya
untuk menyusun puzzle sesuai dengan bentuk awalnya. Bermain puzzle tidak
membutuhkan energi yang besar, sehingga dapat dilakukan pada anak yang
berada di rumah sakit.
Ada berbagai tipe puzzle, seperti Maze yang merupakan tipe puzzle tour,
puzzle gambar, puzzle konstruksi, puzzle balok (batang), puzzle lantai, puzzle
angka, puzzle transport, puzzle logika, puzzle mekanik, dan lain-lain.
2) Manfaat Puzzle
a) Mengasah otak
Puzzle dapat digunakan untuk merangsang pikiran kreatif anak, karena
anak harus mencocokkan bagian-bagian kecil menjadi bentuk yang utuh.
b) Melatih koordinasi mata dan tangan
Puzzle dapat melatih koordinasi mata dan tangan, karena anak harus
mencocokkan keping-keping puzzle menjadi suatu gambar. Permainan ini
membantu anak mengenal bentuk.
c) Melatih nalar
Memadukan atau memasangkan bentuk puzzle akan membantu anak
secara
aktif
mengembangkan
kemampuan
pembuatan
kesimpulan,
memahami logika sebab akibat, dan gagasan bahwa objek yang utuh semula
berasal dari bagian-bagian yang kecil.
d) Melatih kesabaran
Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan tantangan.
e) Pengetahuan
Dari puzzle, anak dapat belajar tentang warna dan bentuk yang ada.
Anak juga dapat belajar tentang konsep dasar bentuk dan warna, binatang,
alam sekitar, alfabet, buah, dan lain-lain, tetapi anak tetap harus didampingi
ibu atau orang lain.
Pengertian
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun. Anak dipandang sebagai
individu yang unik yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada
dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik
(Supartini, 2004).
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) anak adalah
individu yang berusia 0-21 tahun.
2. Kategori anak
otak bayi baru lahir 25% berat otak dewasa, pada usia 2 tahun sudah 75%
berat otak dewasa.
c. Masa pra sekolah: usia 3-6 tahun
Pada masa prasekolah ini mulai dapat dikenal potensi bakat dan minat
anak meskipun belum nyata benar. Pada saat inilah sudah dapat dimulai
stimulasi oleh lingkungan keluarga agar potensi bakat dan tumbuh
kembangnya berkembang seoptimal mungkin.
d. Masa sekolah: usia 6-12 tahun
Awal masa sekolah merupakan pertumbuhan fisik yang relatif mantap dan
stabil, yang kemudian akan berakhir dengan suatu percepatan tumbuh
sekitar umur 10 tahun pada anak perempuan dan 12 tahun pada anak lakilaki.
e. Masa remaja atau adolesent: usia 12-18 tahun
Masa remaja merupakan suatu periode transisi perubahan fisik dan
psikologi seorang anak menjadi dewasa. Masa ini ditandai oleh adanya
kematangan fungsi seksual (pubertas) dan tercapainya bentuk tubuh dewasa
yang terjadi karena kematangan fungsi endokrin.
BAB III
PROGRAM TERAPI BERMAIN
PADA USIA sekolah
Topik
Sasaran
Tempat
Hari/ tgl
Waktu
: 45 menit
Jenis
: Puzzle
Waktu
Jam
B. Metode
1. Merangkai potongan-potongan gambar
2. Observasi
C. Krtiteria Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah peserta yang memenuhi kriteria
1. Anak yang tidak berpenyakit menular
2. Anak yang berusia sekolah
3. Anak yang mau melakukan terapi bermain puzzle
4. Anak yang di rawat di ruang rawat inap anak
D. Media / Alat
Puzzle
E. Pengorganisasian
1. Leader
2. Co Leader
3. Observer
F. Pembagian Tugas
1. Leader, bertugas :
a) Memimpin dan mengorganisasikan jalannya terapi mulai dari pembukaan
sampai selesai
b) Mengarahkan permainan
c) Memandu proses permainan
2. Co leader, bertugas
a) Membantu leader dalam memandu proses permainan
b) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai
c) Mengarahkan permainan
NO
TAHAP
WAKT
KEGIATAN
Persiapan
U
5 menit
Orientasi
Tahap Kerja
20 menit 1.
dalam
4.
Terminasi
5 menit
Evaluasi
5 menit
H. Antisipasi masalah
Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti anak tiba-tiba
menolak atau tidak mau mengikuti kegiatan maka perawat akan menganjurkan
kepada orang tua anak untuk membujuk dan mau mendampingi anak pada saat
dilakukan terapi bermain puzzle.
I. Evaluasi
1. Anak dapat merangkai puzzle dengan sabar dan tekun
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
3. Anak merasa senang.
4. Anak tidak takut lagi dengan lingkungan sekitarnya