Anda di halaman 1dari 27

Bab I Pendahuluan

1.1

Resep

1
1.2

Skrining

Resep

Patient

Assessment

2
1.3

Hasil

3
1.4

Data

Pasien

4
Bab II Identifikasi masalah pada terapi obat
2.1

Definisi penyakit

6
2.2
8
2.3 Etiologi dan patofisiologi penyakit
2.4 Terapi pada penyakit
2.5 Terapi obat pada resep
Bab III Rencana Asuhan Kefarmasian
3.1 Tujuan terapi
3.2

Compounding and Dispensing

3.3

KIE

3.4

Lain-lain

Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2

Saran

Bab V Daftar Pustaka


Bab I
Pendahuluan
2.1 Resep
Dr. Lola Purnama
Komplek Bumi Harapan Permai TA/27 Jakarta

Gejala

Telp 021-98765432
SIP No. 272/KUD/DV/XI/1999
Jakarta, 21-11-10
R/ Lacto B

no 111

S 1 dd 1 sach
R/ Vosedon

2 tab

Sanlin 500mg 1 caps


Colistin

2 tab

Smecta

1 Sach

Mf pulv dd no V111
S 3 dd 1
Pro : Vika Alita ( 7th)
1.2 Skrining Resep

Tanggal Resep

:[]

21 November 2010

Aturan Pakai

:[]

R/1 S Idd I sach

R/2 S 3 dd I

Paraf Dokter

: [ ] ----

Tanda Buka Resep

: [ ] R/

Nama Obat

: [ ] R/1

R/2

Lacto B

Vosedon
Sanlin
Colistin

Smecta
1.3 Hasil Patient Assesment
AA

: Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?

AA

: Iya bu, obatnya tersedia disini.


Nama ibu siapa? Alamatnya dimana?

P
AA

:
: Kalau boleh saya tau, dalam 24 jam terakhir anak mengalami diare

berapa kali?

AA

: Apakah anak muntah-muntah?

AA

: Sebelumnya, anak mengkonsumsi makanan apa saja?

AA

: Apakah anak sedang mengkonsumsi obat?

AA

: Apa sajakah pertolongan pertama yang telah anda lakukan untuk anak?

AA

: Oh seperti itu, terimakasih atas beberapa info yang ibu berikan. Saya

akan segera mengambilkan obatnya. Mohon tunggu beberapa menit karena


obatnya diracik terlebih dahulu, terimakasih.
2.1 Data Pasien

Nama

: Vika Alita

Umur

: 7 tahun

Alamat

Telepon

: 0341700000

Berat badan

: 15 kg

Tinggi badan : 75 meter

: Gadang gang V/25 Malang

Bab II
Identifikasi Masalah pada Terapi Obat
2.1 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari
dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya lebih dari 200gram atau
200ml / 24 jam, tinja berbentuk cair ataupun setengah cair. Atau dalam arti lain
diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air
besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air
berlebihan dan dapat atau tanpa disertai erist dan darah. Di dunia ke-3, diare
adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh
lebih dari 1,5 juta orang per tahun.

Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose),
memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan secara berlebihan, dan
kelebihan vitamin C. Biasanya disertai sakit perut, dan seringkali mual dan
muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare,
dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per
hari.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar.
Sebagai bagian dari proses digestasi atau karena masukan cairan, sehingga
makanan tercampur dengan sejumlah air dengan volume besar. Oleh karena itu
makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar
menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah
padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah
kotoran yang berair.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau
botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn.
Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi
gejala umum radang usus buntu.
Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh
dua juta anak didunia setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas
(2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita
Jenis-jenis diare antara lain
1.

Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu

atau penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja berbentuk cair, terjadi mendadak,
badan lemas kadang demam dan muntah, serta berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari.
2.

Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu

lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih.


3.

Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lender.

Diare digolongkan menjadi dua, diare spesifik dan diare non spesifik
1.

Diare spesifik

Diare non spesifik adalah diare yang disebabakan oleh infeksi baik bakteri,
parasit, maupun virus.
2.

Diare non spesifik

Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan terlalu pedas
sehingga mempercepat eristaltic usus), ketidakmampuan lambung dan usus dalam
memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) disebut lactose intolerance,
ketidakmamapuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang
kol, sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus noninvasive yang terjadi pada
anak umur di bawah 2 tahun karena rotavirus.
Pengobatan diare harus tepat pada sasarannya. Sasaran yang dituju dalam
pengobatan diare yaitu dehidrasi. Pengobatan diare yang digunakan terbagi atas 2
cara, yaitu pengobatan/terapi non farmakologis yang berupa pencegahan penyakit
diare atau pertolongan pertama pada penderita diare dari dehidrasi dan terapi
farmakologis yang berupa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menghentikan
diare.
2.2 Gejala Diare
Gejala-gejala pada diare :
Frekuensi buang air besar melebihi normal
Kotoran encer/cair
Sakit/kejang perut, pada beberapa kasus
Demam dan muntah, pada beberapa kasus
Gejala pada anak :
Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat
halus, kulit kering
Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/tidak bias minum, kulit sangat kering
Mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala
lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung


darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung
maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan
cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang
menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang
berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya
menyebabkan syok.

Diagnosa Diare
Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati
konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer
dengan frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau
balita tersebut menderita diare.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah
sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu
dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
Klasifikasi Dehidrasi
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1)

Dehidrasi Ringan

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu,
haus, dan agak rewel.
2)

Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng

Kehausan

Mata cekung

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera

kembali ke posisi semula.


3)

Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Berak cair terus-menerus

Muntah terus-menerus

Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

Tidak bisa minum, tidak mau makan

Mata cekung, bibir kering dan biru

Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang

dari 6 popok/hari.

Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

2.3 Etiologi dan Patofisiologi Diare


v Etiologi Diare
Berdasarkan metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare
satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu
di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit
akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organismeorganisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus.
Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding
usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat
sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan
tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat
menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak
tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki
intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit
memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu
sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan
mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose.
Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa
wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain
itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen
karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari
rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita
yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak
terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI
dapat terkontaminasi bakteri dan virus
Penyebab terjadinya diare :
1.

Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa).

2.

Anak sedang terapi dengan pemakaian antibotika

3.

Alergi susu (intoleran laktosa)

4.

Sanitasi buruk

5.

Nutrisi buruk

6.

Intoleransi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya; obat-obatan seperti

laksatif/pancahar, antibiotik (Ampicilin), antihipertensi (Reserpine), kolinergik


(Metoclopramide),

obat

kardiovaskular

(Digoxin,

Digitalis);

AIDS-yang

dihubungkan dengan diare dan agen penginfeksi.


7.

Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan

kimia.

8.

Immuno defesiensi

9.

Konsumsi alcohol yang berlebihan

10. Ansietas / cemas (misal : saat ujian, bepergian)


11. Infeksi virus dari usus (missal : flu usus)
12. Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang
tidak mempunyai enzim lactase yg berfungsi untuk mencernakan susu)
13. Peradangan usus misalnya : cholera, disentri, bakteri lain, virus dsb
14. Kekurangan gizi, misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur
15. Oportunistik kuman (kuman tidak pada tempatnya)
16. Efek samping obat
17. Penyakit endokrin (seperti endokrin)
18. Penyakit neurologik (seperti Parkinson)
Dari penelitian pada tahun 1993-1994 terhadap 123 pasien dewasa yang menderita
diare akut, penyebab terbanyak hasil infeksi bakteri E.coli (38.29%), V.cholerae
Ogawa (18.29%), dan Aeromonas. Sp (14.29%)
v Patofisiologi Diare
Istilah diare digunakan jika feses kehilangan konsistensi normalnya yang padat.
Hal ini biasanya berhubungan dengan peningkatan beratnya (pada laki-laki >235
gram/hari dan perempuan >175gram/hari) dan frekuensinya (>2 perhari).
Diare akibat infeksi ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan makanan atau
minuman yang terkontaminasi, makanan yang tidak matang bahkan disajikan
tanpa dimasak. Penularannya adalah melalui transmisi orang ke orang melalui
aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui
aktifitas seksual. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain
penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut
membentuk koloni yang dapat menginduksi diare.
Patofisiologi diare yang disebabkan karena infeksi bakteri terbagi dua, yaitu :
1.

Bakteri noninvasif (enterotoksigenik). Toksin yang diproduksi bakteri akan

terikat pada usus halus namun tidak merusak mukosa. Bakteri yang termasuk
golongan ini adalah V. cholera, Enterotoksigenik E.coli, C.perfingers, S.aureus,

dan vibrio-nonaglutinabel. Secara klinis, diare berupa cairan dan meninggalkan


dubur secara deras dan banyak. Keadaan seperti ini disebut diare sekretorik
isotonik voluminal.
2.

Bakteri enteroinvasif Diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus

berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah
enteroinvasive E.coli, S.paratyphi B , S. typhimurium, S.enteriditis, S.
choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. perfingers Tipe C.
Patofisiologi Diare antara lain :
Diare osmotik
Terjadi akibat asupan sejumlah makanan yang sukar diserap bahkan dalam
keadaan normal atau pada malabsorbsi. Termasuk dalam kelompok pertama
adalah sorbitol(ada dalam obat bebas gula dan permen serte buah-buahan
tertentu), fruktosa (jeruk, lemon, berbagai buah, madu), garam magnesium
(antasida, laktasif) serta anion yang sukar diserap seperti sulfat, fosfat atau sitrat.
Zat yang tidak diserap bersifat aktif secara osmotic pada usus halus sehingga
menarik air ke dalam lumen. Dan hal ini tergambarkan dalam beberapa percobaan.
Misalnya, asupan zat yang tidak diserap sebesar 150 mmol dalam 250 ml air akan
memulai sekresi air secara osmitik di duodenum sehingga volumenya meningkat
hingga 750 ml.
Pada malabsorbsi karbohidrat, penurunan absorbsi Na di usus halus bagian atas
menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang . Aktivitas osmotic dari
karbohidrat yang tidak diserap juga menyebabkan sekresi air. Akan tetapi, bakteri
di dalam usus besar dapat memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap hingga
sekitar 80 g/hari menjadi asam organic yang berguna untuk menghasilkan energi,
yang bersama-sama dengan air akan diserap di dalam kolon. Hanya gas yang
dihasilkan dalam jumlah besar yang akan memberikan bukti terjadinya
malabsorbsi karbohidrat. Namun, jika jumlah yang tidak diserap >80 g/hari atau
bakteri usus dihancurkan oleh antibiotik, akan terjadi diare.
Diare sekretorik

Dalam pemahaman yang lebih sempit terjadi jika sekresi Cl di mukosa usus halus
diaktifkan. Di dalam sel mukosa , Cl secara sekunder aktif diperkaya oleh
pembawa simport Na-K-2Cl basolateral dan disekeresi melalui kanal Cl di dalam
lumen. Kanal ini akan lebih sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel
meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat misal
laktasif dan toksin bakteri tertentu (kolera). Toksin kolera menyebabkan diare
massif (hingga 1000mL/jan) yang dapat secara cepat mengancam nyawa akibat
kehilangan air, K dan HCO3.
Pembentukan VIP (vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor
pulau pancreas juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus
sehingga mengakibatkan diare yang berlebihan dan mengancam nyawa yang biasa
disebut dengan kolera pankreatik.
Terdapat beberapa alasan mengapa diare terjadi setelah reaksi ileum dan sebagian
kolon. Garam empedu, yang normalnya diabsorbsi di ileum, akan mempercepat
aliran yang melalui kolon(absorbsi air menurun). Selain itu, garam empedu yang
tidak diserap akan dehidroksilasi oleh bakteri dikolon. Metabolit garam empedu
yang terbentuk akan merangsang sekresi NaCl dan H2O dikolon. Akhirnya, juga
terjadi kekurangan absorbsi aktif Na pada segmen usus yang direseksi.
13
Diare Eksudatif
Rusaknya kerusakan mukosa usus halus atau usus besar akibat inflamasi.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non infeksi (gluten
sensitive entera phaty, IBD) atau akibat radiasi. Contohnya,kolitif ulserosa,
penyakit Crohn, amebiasis, shigellarosis, champylobacter dan yersinia.
Diare karena gangguan motilitas
Terjadi gangguan pada control otonimia yaitu waktu transit usu menjadi lebih
cepat. Misalnya pada diabetic neuropati, post vagotomi, post reseksi usus,
hipertiroid, tiroktioksikosis, dan sindroma usus iritabel.
2.4 Terapi pada Diare
v Terapi Farmakologi

Terapi atau pengobatan farmakologi pada antidiare :


1)

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Cairan yang mengandung glukosa

atau cairan oralit banyak mengandung elektrolityang diperlukan tubuh ketika


diare, banyak cairan elektrolit yang terbuang bersamatinja yang berbentuk encer,
jika cairan tersebut tidak diganti maka tubuh penderitaakan lemas dan bisa
menyebabkan kematian.
2)

Untuk menghilangkan gejala dan penyebab diare.


Loperamid,

yang

paling

banyak

digunakan

ini

mempunyai

mekanismememperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot


sirkuler dan longitudinal usus.

Racecordil,

Anti

diare

yang

ideal

harus

bekerja

cepat,

tidak

menyebabkankonstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak


mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat.

Nifuroxazide, senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap

Escherichiacoli,

Shigella dysenteriae, Streptococcus,

Staphylococcus

dan

Pseudomonasaeruginosa. Obat ini bekerja lokal pada saluran pencernaan.


Pemberian obat pada diare dimaksudkan untuk:
1)

Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental, contoh:

kaolin dan pektin (kaopectate: merek Indonesia), bismuth


2)

Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran

cerna atau adstringensia, contoh: tannin (teh, daun jambu biji, dan buah salak
muda) dan arang aktif (diapet, new diatab, norit: merek Indonesia)
3)

Mengurangi motilitas/ gerakan usus dengan zat parasimpatolitik, contoh:

golongan narkotika (kodein, loperamid (loperamide, lomid, imodium: merek


Indonesia). Obat obat yang bisa digunakan untuk mengatasi diare antara lain:
golongan

obat

yang

mengandung

Karboadsorben,

Attapulgit,

Bismuthi

Subsalisilat, atau Kombinasi attapulgit dan pektin.


v Terapi Non-farmakologi
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yang dapat
dilakukan dengan menghindari pemicu diare. Contohnya bila tidak mampu
memetabolisme laktosa maka dapat mengonsumsi susu nabati atau dengan

mengurangi makanan pedas. Penanganan utama diare dapat dilakukan dengan


cara mengoreksi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh (dehidrasi) dengan terapi
rehidrasi, yaitu menggantikan cairan dan elektrolit secepat mungkin. Bila masih
memungkinkan secara oral, maka larutan gula garam atau oralit buatan pabrik
telah mencukupi kebutuhan asalkan diberikan sesuai patokan (sesuai umur
penderita dan berat ringannya dehidrasi). Penyebab kematian terbesar pada kasus
diare adalah terjadinya dehidrasi, bukan karena bakteri atau penyebab lainnya.
Terapi non farmakologi dengan menggunakan larutan yang mengandung
elektrolit-glukosa sangat efektif dalam mengatasi dehidrasi pada diare, terutama
diare akut. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai
komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan
natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan
larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit,
Aqualyte, Bioralit dan Corsalit. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk
dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-lahan. Serbuk dilarutkan
dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.
Terapi atau pengobatan non-farmakologi pada penyakit diare antara lain
1)

Dengan air tajin dan pisang ijo, air tajin dalam beberapa situs digunakan

sebagaianti diare dengan cara mengatasi dehidrasi pada balita. Sedangkan pisang
ijomampu mengatasi gangguan diare, Menurut hasil peneliti Bangladesh
melaporkandari sebuah pertemuan tahunan di Digestive Disease Week,
menyebutkan buahpisang efektif untuk mengatasi gangguan diare . Para peneliti
secara acak menugaskan sebanyak 62 anak yang mengalami diare. hasilnya, 65 %
anak darikelompok pisang mempunyai kualitas tinja yang sudah normal. pisang
hijaumenurunkan penyerapan usus dan inilah yang membuat ekskresinya kembali
normal.
2)

Kontrol makanan.

Makanan yang pedas dapat menyebabkan diare karena, makanan yang pedas dapat
meningkatkan motilitas saluran cerna sehingga memicu terjadinya diare
2.5 Terapi Obat pada Resep
Lacto-b

KOMPOSISI

Per Sachet mengandung : Energi 3,4 Kalori, Karbohidrat 0,6 gram, Protein

0,02 gram, Lemak total 0,1 gram, Vitamin C 10 mg, Vitamin B1 0,5 mg, Vitamin
B2 0,5 mg, Vitamin B6 0,5 mg, Niacin 2 mg.

INDIKASI

Lactic Acid Bacterial menghasilkan asam organik yang menghambat bakteri

merugikan, sehingga dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan flora usus


pada diare.
o Lactobacilli menghasilkan enzim -Galaktosidase, untuk menghidrolisa laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa.
o

Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat mengkonsumsi

susu formula yang mengandung laktosa).


o Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.

DOSIS

o Dibawah 1 tahun : 2 sachet per hari.


o

Usia 1 sampai 6 tahun : 3 sachet per hari.

Dapat diberikan langsung (rasa enak) atau dicampur dengan susu, makanan bayi
atau air.
Vosedon

KOMPOSISI

Domperidon 10 mg/tablet; 5 mg/5 ml suspensi.

INDIKASI

Mengurangi gejala mual dan muntah akut, yang disebabkan pemberian obat
levodopa atau bromokriptin, pada anak setelah kemoterapi kanker atau radiasi.
Pengobatan gejala dispepsia fungsional.

EFEK SAMPING

o Muka merah, sakit kepala, mengantuk, mulut kering.


o Reaksi distonik akut
o Kejang usus sementara, ruam, urtikaria.

PERHATIAN

Dosis dikurangi pada pasien gagal ginjal. Timbul efek ekstrapiramidal bila
diberikan bersama obat lain. jangan diberika pada bayi, wanita hamil & laktasi.
Tidak direkomendasikan untuk penggunaan lama, gangguan hati.

DOSIS

o Dispepsia fungsional : Dewasa : 3 x sehari 10 mg (1 tablet atau 2 sendok teh),


15 -30 menit sebelum makan dan bila perlu, sekali sebelum tidur.
o Mual dan muntah :
Dewasa : 3 4 x sehari 10 - 20 mg (1-2 tablet atau 2-4 sendok teh), 15 - 30 menit
sebelum makan dan sebelum tidur malam.
Anak-anak : 0,25 mg/ kg bb 3 x sehari, 15 - 30 menit sebelum makan dan sebelum
tidur.

INTERAKSI

Penggunaan bersama antikolinergik dapat mengantagonis efek antidispepsia.


Dengan antasida & antisekretorik dpt menurunkan bioavaibilitas
Sanlin

KOMPOSISI

Tetracycline / Tetrasiklin Fosfat buffer.

INDIKASI

Infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih & kelamin, kulit &
jaringan lunak.

KONTRA INDIKASI

o Hipersensitifitas
o Kerusakan ginjal berat
o Hamil
o Anak berusia kurang dari 12 tahun

INTERAKSI OBAT

o Absorbsi dikurangi oleh antasida


o Obat-obat hepatotolsis

o Bisa mengganggu aksi penisilin dan kontrasepsi oral


o

Potensiasi efek antikoagulan


EFEK SAMPING

o Gangguan saluran pencernaan, superinfeksi, toksisitas hati & ginjal


o Jarang : peningkatan tekanan kranial
o Dapat mengakibatkan penyakit atau gejala-gejala penyakit lupus eritematosus
sistemik yang ada menjadi kambuh secara mendadak
o

Perubahan warna pada gigi dan hipoplasia gigi pada anak-anak yang sedang

dalam masa pertumbuhan

DOSIS
Dewasa & anak-anak dengan berat badan lebih dari 40 kg : 2 - 4 kali sehari

250-500 mg.
o Anak berusia 6-15 tahun : 2 - 3 kali sehari 250 mg
o Anak berusia 1-5 tahun : 2 - 3 kali sehari 125 mg.
19
Colistin

KOMPOSISI

o Setiap Colistine Actavis 250.000 IU Tablet berisi : Colistine sulfat 250.000 IU


o Setiap Colistine Actavis 1.500.000 IU Tablet berisi : Colistine sulfat 1.500.000
IU

INDIKASI

Untuk pengobatan diare disebabkan oleh bakteri Gram ensitiv yang ensitive
terhadap obat, misalnya Ecoli.

KONTRA INDIKASI

Pasien dengan hipersensitivitas dikenal untuk Colistine.

INTERAKSI

Harus dihindari jika diberikan bersama dengan obat nefrotoksik lain (seperti
aminoglikosida), dapat meningkatkan nefrotoksisitas.

DOSIS

o Dewasa : 1 2 tablet 1,5 MIU 3 x sehari.


o Anak-anak

0 15 kg berat badan : 1 2 tablet 0,25 MIU 3 x sehari.

15 30 kg: 3 6 tablet 0,25 MIU 3 x sehari.


Disarankan untuk melarutkan tablet di dalam air, air gula, susu atau kaldu.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Smecta
KOMPOSISI
Dioktahedral Smektit.

INDIKASI

Pengobatan gejala-gejala diare non spesifik.

PERHATIAN

Dehidrasi, insufisiensi ginjal berat.

INTERAKSI OBAT

Bisa menganggu waktu dan atau kecepatan absorpsi obat-obat lainnya jika
diberikan secara bersamaan.

EFEK SAMPING

Jarang : memperparah sembelit (susah buang air besar).

DOSIS

o Dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun : 3 bungkus / hari


o Anak berusia 6-12 tahun : 1-2 bungkus / hari.
BAB III
Rencana Asuhan Kefarmasian
3.1 Tujuan Terapi
Tujuan pengobatan diare :

a.

Mencegah kurangnya kalori protein, dengan cara memberikan makanan

selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti.


b.

Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan diare

pada hari-hari mendatang


c.

Mengurangi gejala mual dan muntah

d.

Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental

e.

Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran

cerna atau adstringensia


f.
g.

Mengurangi motilitas/ gerakan usus dengan zat parasimpatolitik


Mencegah terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit

3.2 Compounding and Dispensing


Cara Pembuatan
1.

Siapkan etiket

2.

Setarakan timbangan

3.

Ambil vosedon sebanyak 2 tab

4.

Ambil sanlin sebanyak 1 kapsul

5.

Ambil colistin sebanyak 2 tab

6.

Ambil smecta sebanyak 1 sachet

7.

(2 + 3 + 4 + 5) blender ad halus ad homogeny

8.

Ayak dan tuang ke perkamen

9.

Bagi (6) menjadi 8 bagian secara visual

10. Rekatkan perkamen dengan mesin perekat


11. Masukkan kedalam etiket dan beri copy resep jika paasien membutuhkannya

Etiket
3.3 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
AA

: Ny. Ani?

: Ya.

AA

: Ini obatnya, yang sachet diminumkan satu kali sehari. Dan yang puyer

diminumkan tiga kali sehari ya bu.


P

: Oh seperti itu, terima kasih.

AA

: Iya sama-sama.

3.4 Lain-lain
Berikut beberapa artikel mengenai diare
PENGGUNAAN ORALIT DAN LOPERAMID PADA DIARE
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia. Diare pada umumnya
terjadi akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk. Diare adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari
tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja.
Menurut lama waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan
diare kronis. Diare akut timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari,
sedangkan diare kronis berlangsung lebih dari tiga minggu. Apabila seseorang
terkena diare, maka ada beberapa gejala yang tampak, seperti sering buang air
besar, sakit pada bagian abdominal, sering merasa haus dan kehilangan berat
badan. Apabila diare disebabkan karena adanya infeksi bakteri atau virus maka
demam dapat menjadi salah satu gejala yang timbul.
Sebagian besar diare akut akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan
khusus, namun apabila diare tidak segera sembuh dalam beberapa hari dan
semakin bertambah parah maka diare ini harus diobati. Sasaran dari pengobatan
diare yaitu faktor penyebab diare, dehidrasi dan kerja usus. Pengobatan bertujuan
untuk mengeliminasi faktor penyebab diare (apabila diare disebabkan karena
infeksi), mencegah dehidrasi dan menormalkan kerja usus.
Apakah diare berbahaya.?
Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak
kehilangan air dan garam terlarut yang disebut dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena

usus tidak bekerja sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Pada anak-anak
dan orang tua, sangat besar kemungkinan mengalami dehidrasi. Karena bahaya
diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangan utama penyakit diare adalah
mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.
25
Bagaimana mencegah dan mengatasi dehidrasi?
Terapi non farmakologi dengan menggunakan larutan yang mengandung
elektrolit-glukosa sangat efektif dalam mengatasi dehidrasi pada diare, terutama
diare akut. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai
komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan
natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan
larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit,
Aqualyte, Bioralit dan Corsalit. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk
dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-lahan. Serbuk dilarutkan
dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.
Antimotilitas
Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga
diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Obat
antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama 48 jam.
Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat darah, maka
sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi
bakteri. Perlu diingat!! bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam
tubuh. Pada kasus ini, antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan
memperlama keberadaan bakteri di dalam tubuh.
Apakah itu loperamid?
Loperamid hidroklorida merupakan nama generik dari salah satu obat
antimotilitas yang sering digunakan untuk terapi diare. Terapi dengan

menggunakan obat, disebut juga sebagai terapi farmakologi. Terapi farmakologi


ini tidak serta merta menyembuhkan diare namun hanya akan meredakan diare.
26
Masih banyak kontroversi tentang penggunaan obat loperamid, karena dianggap
kurang efektif dalam mengatasi diare dan ada efek samping yang ditimbulkan,
terutama penggunaan antimotilitas loperamid pada anak-anak < 2 tahun. Saat ini
loperamid banyak dijual dengan berbagai merek dagang, diantaranya Imodium,
Bidium , Diadium, dan Midix. Loperamid digunakan sebagai tambahan
terapi selain rehidrasi pada diare akut dan traveler diarrhea (diare yang terjadi
pada saat perjalanan jauh akibat makanan atau minuman yang tidak higienis), obat
ini bekerja dengan menghambat gerakan peristaltik usus. Di Indonesia, loperamid
dijual dalam dua (2) bentuk sediaan yaitu tablet 2 mg dan kapsul 2 mg.
Dosis. Pengaturan dosis loperamid sebagai berikut :
Untuk anak-anak : diare akut dosis awal : (2-5 tahun) 1 mg, 3 kali/hari. (6-8
tahun) 2 mg 2 kali/hari; (8-12 tahun) 2 mg 3 kali/hari. Selanjutnya setelah BAB
diberikan 0,1 mg/kgBB, tapi tidak boleh mencapai dosis awal. traveler diarrhea
(2-5 tahun) tidak direkomendasikan; dosis awal (6-8 tahun) 2 mg setelah BAB,
diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 4mg/hari; dosis awal (9-11 tahun) 2 mg
setelah BAB, diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 6mg/hari; umur 12 tahun
mengikuti dosis dewasa.
Untuk orang dewasa : diare akut dosis awal 4 mg diikuti 2mg setelah tiap
BAB, maksimal 16 mg/hari. Diare kronis dosis awal sama dengan diare akut,
selanjutnya maksimal 4-8 mg/hari. Traveler diarrhea dosis awal 4 mg setelah
BAB, diikuti 2 mg setelah tiap BAB, maksimal 8 mg/hari.
Efek samping. Apabila menggunakan loperamid, maka efek samping yang dapat
terjadi antara lain kram pada daerah perut, konstipasi, pusing, merasa lelah,
mengantuk dan mulut terasa kering. Loperamid dikontraindikasikan untuk pasien
yang hipersensitif pada loperamid, anak diusia 2 tahun, diare dengan tinja
berdarah, diare dengan suhu tubuh diatas 38oC, diare yang disebabkan oleh
bakteri.

Peringatan. Wanita yang sedang menyusui dilarang menggunakan loperamid.


Hati-hati penggunaan loperamid pada pasien dengan disfungsi hati.
27
Pedoman Pengobatan Mandiri untuk Diare Akut Dewasa
Diare akut tanpa komplikasi pada orang dewasa, secara umum bisa diobati sendiri.
Pedoman pengobatan sudah banyak dibuat, hanya saja tidak konsisten. Kadangkadang kontradiktif dan lebih sering berupa dogma daripada berdasarkan bukti.
Sebuah kelompok yang terdiri dari 7 ahli tingkat dunia dari berbagai disiplin ilmu
telah dibentuk. Kelompok ini meneliti kembali berbagai petunjuk pengobatan
yang rasional dan memeriksa validitas dari berbagai pengobatan yang berbeda,
sehingga diperoleh suatu petunjuk pengobatan berdasarkan bukti dan dapat
diaplikasikan secara luas. Penting untuk memberi tekanan bahwa tujuan
pembuatan guideline ini adalah untuk merumuskan standar pengobatan sendiri
pada orang dewasa yang masih kuat.
Kelompok peneliti ini mengulas banyak makalah mengenai diare dari Medlines
untuk melihat apakah benar bahwa diare adalah mekanisme pertahanan.
Disimpulkan bahwa anggapan diare sebagai mekanisme pertahanan terlihat
sebagai logika yang tidak terlalu mendalam, terutama jika diare tersebut
disebabkan oleh patogen. Sulit untuk menjelaskan bagaimana diare dapat
menghilangkan patogen yang sudah melekat di fimbrae dan mengurangi sekresi
yang disebabkan oleh toksin yang sudah melekat kuat di mukosa usus. Atau, pada
kasus diare karena virus, bagaimana bisa meningkatkan absorbsi jika mukosanya
sudah rusak. Pada pasien karena AIDS atau infeksi parasit dengan perubahan
respons imun, diare tidak melenyapkan patogen. Lebih jauh, hipotesis mengenai
mekanisme pertahanan tidak cocok untuk diare yang lain, seperti diare karena
diabetes, stres, atau hipertiroid yang tidak ada hubungannya dengan patogen.
Mereka juga mengkaji berbagai pilihan terapi diare akut pada orang dewasa. Studi
farmakologi dan studi klinis juga memeriksa dosis, jadwal pemberian (contoh,
seperti profilaksis dan terapi akut), dan hubungannya dengan efektivitas klinis

serta pengobatan sendiri pada diare akut dewasa. Secara umum diakui bahwa
pengobatan diare akut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan disfungsi
sosial yang terjadi. Tidak ada bukti bahwa pengobatan sendiri dapat
memperpanjang penyakit, bahkan cukup aman bagi pasien dewasa.
Pilihan terapi diare akut yang dikaji meliputi cairan rehidrasi oral (CRO),
probiotik, adsorbent, dan beberapa obat antidiare. Hasil yang diperoleh di
antaranya CRO tidak mengurangi lamanya diare atau mengurangi frekuensi diare.
CRO juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi orang dewasa yang dapat
menjaga asupan cairannya selama diare. Sementara itu, hanya ada sedikit bukti
bahwa pengobatan dengan probiotik pada manusia mengurangi kolonisasi
pathogen atau melindungi dari organisme seperti Vibrio cholera atau E. coli.
Adsorbent bekerja dengan mengikat air sehingga mengurangi cairan yang keluar
bersama diare. Tetapi, selain memiliki efek samping yang rendah, adsorbent tidak
memberikan banyak manfaat pada orang dewasa yang terkena diare akut.

28
Obat antidiare yang lebih lama seperti opium, morphine, dan codein memang
efektif mengatasi diare, tapi memiliki efek sentral. Secara umum, efektivitasnya
lebih rendah dibanding loperamide. Karena itu, loperamide oral adalah pilihan
utama terapi. Loperamide adalah peripheral acting opiate, yang tidak berpotensi
untuk disalahgunakan. Obat ini tidak melewati sawar darah otak dan sulit
mencapai sirkulasi sistemik karena ekstraksi yang ekstensif di hati serta ekskresi
melalui tinja. Loperamide memiliki banyak efek antiekskresi, beberapa di
antaranya tidak dimediasi oleh reseptor opiat. Pada orang dewasa sehat, dosis
terapeutik sebesar 4 mg tidak secara signifikan memperlambat transit orocaecal.
Dosis yang lebih besar atau pengulangan dosis yang mempertinggi konsentrasi
obat di sirkulasi enterohepatik, memperlambat jejunum atau transit orocaecal.
Tapi, pada keadaan diare dosis terapi tersebut akan menormalkan transit. Bukti
dari studi yang terkontrol memperlihatkan loperamide tidak memiliki efek yang
tidak baik untuk kasus infeksi non-disentri pada diare perjalanan (tanpa demam

tinggi atau darah di tinja), meskipun disebabkan oleh E. coli, Shigella,


Campylobacter atau Salmonella, baik monoterapi maupun dikombinasi dengan
antibiotik. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan mengurangi
frekuensi diare dan memperpendek durasi diare.
Secara singkat, panel ahli merekomendasikan pedoman pengobatan diare akut
dewasa sbb.:
Intake cairan: Sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan rasa haus yang timbul.
Dianjurkan untuk minum cairan yang mengandung glukosa (limun, soda manis,
jus buah) atau sup yang mengandung banyak elektrolit.
Cairan rehidrasi oral: Meskipun sangat penting untuk kasus diare pada anakanak, ORS tidak diperlukan untuk orang dewasa sehat yang terkena diare. Tidak
ada bukti bahwa ORS dapat menyembuhkan atau memperpendek masa diare.
Intake makanan: Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan sesuai
selera. Tidak ada bukti bahwa memakan makanan padat akan menghambat
penyembuhan. Makanan kecil yang ringan dianjurkan. Makanan berlemak, berat,
pedas, atau merangsang (kafein, termasuk yang terdapat dalam minuman yang
mengandung cola), sebaiknya dihindari. Menghindari laktosa di dalam makanan
(seperti susu) mungkin akan membantu untuk kasus diare akut yang episodenya
lebih panjang.

Probiotik: Terbukti tidak membantu meskipun digunakan pada awal

pengobatan.
Obat anti diare: Pilihan utamanya adalah loperamide 2 mg (dosis fleksibel,
tergantung dari seberapa sering BAB cair yang terjadi). Anti diare lain tidak
direkomendasikan karena efektivitasnya belum pasti, mula kerja yang lambat, dan
potensi efek samping yang ditimbulkan. Tidak ada bukti bahwa menghambat
keluarnya BAB cair akan memperpanjang penyakit. Justru telah terbukti
penggunaan antidiare akan mengurangi diare dan mmperpendek durasi diare.
Antimikroba: Dianjurkan untuk diberikan pada turis yang bepergian dalam
travel kit beserta loperamide. Quinolone direkomendasikan sebagai pilihan utama,
dan pilihan berikutnya adalah cotrimoxazole.

Campur tangan dokter juga diperlukan jika tidak ada perbaikan gejala setelah 48
jam, atau ada bukti terjadinya kemunduran, seperti dehidrasi, perut kembung, atau
tanda-tanda disentri (panas > 38,5C dan darah pada tinja).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu
hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami
diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini
membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,
khususnya pada anak dan orang tua.
Gejala diare biasanya buang air besar yang terus menerus disertai sakit dan
nyeri perut, badan lesu atau lemah, serta pucat, mual, tidak nafsu makan, dan
menurunnya pengeluaran urin. Diare juga bisa menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit yang disebut dengan dehidrasi.
Penyebab diare antara lain, ansietas/cemas, keracunan makanan, infeksi virus
dari usus, alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu, peradangan usus,
kekurangan gizi, dan lain-lain.
Pengobatan diare ada 2 cara, pertama terapi farmakologi dengan menggunakan
obat-obat diare, dan kedua menggunakan terapi non farmakologi dengan
menggunakan terapi alternative.
4.2 Saran
Untuk mengatasi diare hal yang utama yaitu dengan pemberian cairan oralit
untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang dapat mengancam jiwa penderita
diare.

Minum banyak cairan (air sari buah, sup bening). Hindari alcohol, kopi, teh,
susu. Teruskan pemberian air susu ibu pada bayi, tetapi pemberian susu pengganti
ASI encerkan sampai dua kali.

Cucilah tangan dengan baik setiap habis buang air beesar dan sebelum

menyiapkan makananan. (diare karena infeksi bakteri/virus bisa menular)


Bila diare berlanjut sampai dua hari, bila terjadi dehidrasi, kotoran berdarah,
atau terus-menerus kejang perut periksakan ke dokter( diare pada anak/bayi
sebaiknya segera dibawa ke dokter.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Diare
http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/03/patofisiologi-diare.html
http://timehome1714.com/2008/06/24/pedoman-pengobatan-mandiri-untuk-diareakut-dewasa/
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/11/29/atasi-diare-pada-orangdewasa- perlukah-obat/epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1/penydalamsrimaryani2.pdf
http://medicastore.com/diare/
http://www.infeksi.com/articles .
http://www.indospiritual.com/artikel_pengobatan-alternatif-diare-dengan-airtajin.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tajin
http://priyasha.wordpress.com/2008/11/17/khasiat-pisang-hijau-atasi-diare-anak/
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 28, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Diemert, David., J., 2006, Prevention and Self-Treatment of Travelers Diarrhea,
http://cmr.asm.org/cgi/reprint/19/3/583, diakses tanggal 16 desember 2007
Larson, C., P., Saha., U., R., Islam., R., and Roy., I., 2006, Childhood diarrhoea
management practices in Bangladesh: private sector dominance and continued

inequities in care,http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez, diakses tanggal 16


Desember 2007
Lacy, Charles. F., dkk, 2006, Drug Informatorium Handbook, 14th ed, 949-951,
Lexi-Comp. inc, United States.
Spruill, William, J., and Wade, William, E., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Sixth Edition, 677-681, Mcgraw-Hill Medical Publishing Division,
New York.
MIMS Indonesia, 2008-2009. Petunjuk Konsultasi, edisi 8, halaman A47 A51
http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=165.

Anda mungkin juga menyukai