Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ETIK BIDAN
February 24, 2014Uncategorized
indosiar.com, Jember Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur,
seorang ibu muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga
korban yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan
yang masih magang di puskesmas setempat menangani persalinannya. Kini kasus dugaan
malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota Jember.
Kasus dugaan malpraktek ini dialami Ika Agustinawati, warga Desa Semboro Kidul,
Kecamatan Semboro, Jember.
Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani
proses persalinan anak pertamanya, Irza Praditya Akbar, yang kini berusia 1 bulan.
Diduga karena kecerobohan bidan yang masih magang saat menolong persalinannya di
Puskesmas Tanggul, Ika mengalami luka robek di bagian organ vital hingga ke bagian
anus. Akibatnya, selain terus-terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan lalu korban
terpaksa buang kotoran melalui alat kelaminnya.
Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu, korban dibantu oleh beberapa bidan
magang, atas pengawasan bidan puskesmas. Namun, salah seorang bidan magang
diduga melakukan kesalahan saat menggunting dinding kemaluan korban.
Terkait kasus ini pihak Puskesmas Tanggul saat ini belum memberikan keterangan
resmi. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jember tengah menangani kasus ini.
Jika terbukti terjadi malpraktek, Dinas Kesehatan berjanji akan menjatuhkan sanksi
terhadap petugas persalinan tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku. (Tomy
Iskandar/Sup)
Kasus 3 : Bidan 34 Puskesmas Dikumpulkan
Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/02/04/97759/Bidan34-Puskesmas-DikumpulkanPengungkapan Kasus Aborsi
KLATEN-Bidan, direktur rumah sakit, dan pimpinan 34 Puskesmas se-Kabupaten
Klaten, Rabu (3/2) dikumpulkan di Mapolres untuk menyikapi kasus aborsi yang
diungkap Sat Reskrim pekan lalu.
Selain itu, mereka dihadirkan untuk antisipasi maraknya kasus penculikan bayi akhirakhir ini.
Kapolres AKBP Agus Djaka Santosa mengatakan, elemen kesehatan diundang untuk
menyikapi beberapa persoalan terutama kejahatan terhadap ibu dan anak.
Polres saat ini sedang memproses hukum kasus aborsi dan kami akan transparan
menangani, ungkapnya, Rabu (3/2) saat memberi pengarahan. Selain jajaran Dinas
Kesehatan,
pertemuan diikuti semua kepala satuan di Polres. Kapolres menjelaskan, kasus aborsi
yang diungkap merupakan kejahatan bidang medis.
Kasus itu dan kejahatan terhadap anak-anak saat ini sangat diatensi Polda Jateng.
Untuk itu, Polri merasa perlu menyamakan persepsi menangani dan mencegah kasuskasus semacam itu.
Dikatakan, kasus aborsi itu terungkap dari kecurigaan warga yang melapor ke Polres
Wonogiri. Kasus semacam itu bukan tidak mungkin dapat dilidik awal jika ada kerja
sama Puskesmas, bidan dan polisi.
Sebab, bisa saja pelaku sebelumnya memeriksakan diri dengan wajah ketakutan. Jika
ada kerja sama dengan Polri sejak awal, Puskesmas atau bidan bisa mencermati dan
memberikan informasi awal ke polisi.
Sehingga jika nantinya ada kasus segera bisa diungkap. Dengan pertemuan itu
diharapkan ada persepsi sama dalam menangani masalah kejahatan anak dan ibu.
Bahkan jika memungkinkan patroli Polres akan mendatangi Puskesmas atau lokasi
bersalin guna mengecek setiap saat.
Penculikan Bayi Kapolres menambahkan, selain aborsi kasus penculikan bayi juga
diatensi. Untuk itu langkah pengawasan dan koordinasi Polri, RS, bidan dan Dinas
Kesehatan sangat perlu.
Setidaknya untuk menyamakan langkah pengamanan. Misalnya dengan memberi
informasi mengenai hal yang mencurigakan, memberi tanda bayi, dan meminta KTP
orang tua atau keluarga yang datang.
Seperti diberitakan, komplotan pelaku aborsi yang satu di antaranya oknum PNS
dibekuk jajaran Sat Reskrim Polres Klaten. Tiga pelaku diamankan dengan barang bukti
sebutir pil, satu gunting, dan tiga alat suntik (SM/29).
Kepala Dinas Kesehatan, dokter Ronny Roekmito M Kes mengatakan, pertemuan itu
sudah lama ditunggu. Sebab selama ini koordinasi dengan dinas hanya soal sosialisasi
narkoba.
Untuk itu saat ini semua jajaran dinas dikerahkan. Paling tidak untuk antisipasi,
katanya.
Dengan pertemuan itu diharapkan ada persepsi dan kesepakatan dengan Polri untuk
mengawasi hal-hal yang mencurigakan yang ditemukan Puskesmas atau bidan seperti
kasus aborsi yang saat ini diproses hukum. (H34-63).
anak saya bisa normal seperti anak lainnya, kata Mesdi sedih. Selain orang tua
Andreas, ikut melaporkan malpraktek ke Polda Metro Jaya Maena Nurrochmah (25).
Perempuan yang tinggal di Pondok Labu melaporkan dr. Muharyo, dokter bedah dan
dokter Hari Syarif di RS Setia Mitra Fatmawati. Maena sejak kecil mengalami kesulitan
buang air besar (BAB) karena urat syaraf pada usus besarnya tidak bisa memberi
tekanan. Umur 12 tahun, perempuan itu dioprasi di RS Setia Mitra dengan oleh
Muharyo. Setelah operasi itu kondisinya Maena membaik. Tapi kemudian umur 23
tahun, kondisinya memburuk, perutnya sering nyeri dan mengeras. Maena kembali ke
RS yang sama. Dia kembali ditangani dokter Muharyo. Sang dokter menyatakan Maena
menderita kista di rahim. Selain dengan dokter Muharyo, Maena juga bekonsultasi
dengan dokter Hari. Sama dengan dokter Muharyo, Hari juga memberi diagnosis yang
sama, ada kista di rahim. Bulan Juni, 2002, Maena dioperasi untuk mengangkat
kistanya. Tapi saat operasinya berlangsung, dokter Hari menyatakan rahim bersih tak
ada kista. Operasi kemudian dibatalkan. Sedangkan dokter Muharyo menyatakan yang
bermasalah usus besar Maena. Katanya ada sisa kotoran yang mengendap setelah
operasi pertama tahun 1987. Namun sayangnya setelah operasi kedua itu kondisinya
Maena justru memburuk. Ia jadi susah buang air dan perutnya kembung. Selain itu di
bekas luka operasi ada benang yang tersisa sehingga menimbulkan luka kecil yang
kemudian melebar dan berdarah. (iy/)
SANKSI SANKSI PELANGGARAN ETIKA PROFESI BIDAN
Negara hukum (rechtstaat), mengandung sekurang-kurangnya 2 (dua) makna, yang
pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan peranan negara atau
pemerintahan dalam mencampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat, sedangkan
yang ke-dua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil atau hak-hak
pribadi (individual rights), hak-hak politik (political rights), maupun hak-hak sebagai
sebuah kelompok atau hak-hak sosial sebagai hak asasi yang melekat secara alamiah
pada setiap insan, baik secara pribadi atau kelompok.
Negara Republik Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang sedang
melaksanakan pembangunan di segala bidang. Hal ini disebabkan adanya suatu tujuan
nasional yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Indonesia termasuk dalam kategori
negara berkembang dengan pendapatan perkapita yang masih rendah, sehingga
kebanyakan penduduknya hidup secara sederhana.
Kecenderungan universal di negara berkembang bahwa pada kondisi awal
pertumbuhan negara tersebut, dimensi pembangunan ekonomi dan pembangunan
politik menduduki posisi sentral dalam pembangunan nasional. Namun pada tahap
pembangunan selanjutnya, dimensi-dimensi pembangunan lain akan merupakan bagian
integral dari realitas pembangunan yang bersifat multidimensional.
Dalam era pembangunan dewasa ini, peran masyarakat di bidang kesehatan sangat
penting dalam menunjang pembangunan yang diharapkan. Hal tersebut perlu disadari
bahwa pembangunan nasional- membutuhkan tenaga masyarakat yang sehat dan kuat.
Selain faktor tersebut, dalam rangka mneningkatkan derajat kesehatan yang optimal,
maka diperlukan tenaga kesehatan yang professional.
Secara konvensional, pembangunan sumber daya manusia diartikan sebagai investasi
human capital yang harus dilakukan sejalan dengan investasi physical capital. Cakupan
pembangunan sumber daya manusia ini meliputi pendidikan dan pelatihan, kesehatan,
gizi, penurunan fertilitas dan pengembangan enterpreneurial, yang kesemuanya
bermuara pada peningkatan produktivitas manusia. Karenanya, indikator kinerja
pembangunan sumber daya manusia mencakup indikator-indikator pendidikan,
kesehatan, gizi dan sebagainya.
Pemerintah dalam mengatur jalannya pemerintahan tidak terlepas dengan instansiinstansi yang dapat membantu untuk melancarkan pembangunan, antara lain dengan
membentuk Departemen Kesehatan (Depkes) dalam bidang kesehatan. Selain
membentuk Depkes, pemerintah juga membuat kelompok-kelompok profesi. Hal ini
dilakukan mengontrol terhadap pembangunan di bidang kesehatan, sehingga bisa
mempertegas peranan pemerintah dalam mengusahakan perkembangan kesehatan
yang lebih baik. Pemerintah juga mengeluarkan beberapa peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tindakan, kewenangan,
sanksi, maupun pertanggungjawaban tarhadap kesalahan atau pelanggaran yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai subyek peraturan tersebut.
Menurut Pasal 1 ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, yang dimaksud
dengan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 50 UU Kesehatan adalah bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian
dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan mengenai
ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Tenaga kesehatan terdiri dari :
1. tenaga medis;
2. tenaga keperawatan dan bidan;
3. tenaga kefarmasian;
4. tenaga kesehatan masyarakat;
5. tenaga gizi;
6. tenaga keterapian fisik; dan
7. tenaga keteknisian medis.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan
kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang
sangat potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping itu
tenaga kesehatan tertentu yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan
kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya,
sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibarnya. Kompetensi dan kewenangan
tersebut menunjukan kemampuan professional yang baku dan merupakan standar
profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.
Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis
yang berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik
dalam proses persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi
ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan tersebut, maka haruslah ada pembatasan
yang jelas mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan
bidan tersebut. Maka, dibuatlah Kode Etik bidan, dimana kode etik tersebut merupakan
suatu pernyataan kemprehensif dan profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota
untuk melaksanakan praktek profesinya, baik yang berhubungan dengan klien sebagai
individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman sejawat, profesi dan diri
sendiri, sebagai kontrol kualitas dalam praktek kebidanan.
Untuk melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang dibuat
oleh kelompok-kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan
pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang
ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter yang mempunyai kode
etik kedokteran, dan untuk kelompok bidan mempunyai kode etik kebidanan. Dalam
kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaran yang berupa
sanksi administratif, seperti penurunan pangkat, pencabutan izin atau penundaan gaji.
Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai tindakan-tindakan baik dari
institusi pemerintah maupun swasta atau kelompok masyarakat yang diarahkan oleh
Analisa : I
bu tersebut sudah mengalami partus yang lama karena lebih dari 24 jam,
seharusnya bidan bisa mengetahui penyebab partus lama, apakah ada
malpresentasi pada janin, emosi yang tidak stabil pada ibu atau panggul yang kecil
sehingga bidan bisa bertindak secepatnya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi, bukan mementingkan komisi yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Perdarahan itu disebabkan karena atonia uteri akibat partus yang terlalu lama.
Atonia uteri hanya bisa bertahan dalam waktu 2 jam setela Post Partum.
Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi uang, dan
satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat diperoleh
pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih tahu
informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang yang
seharusnya.Bidan tersebut telah melanggar wewenangan bidan dan melakukan
malpraktek.
Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati
melakukan proses kelahiran.
1.
Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan
mati atau luka-luka berat.
Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
2.
Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain,
mewajibkan orang yang kkarena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu,
menganti kerygian tersebut.
Cara membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan dari
kewajiban) Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka bidan tersebut dapat dipersalahkan.
Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan
keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini. MPEB
akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi dari kasus ini
adalah asisten bidan. MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Setelah
asisten bidan mengatakan yang sebenarnya bahwa bidan lah yang menahan
rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan memberikan sanksi yang setimpal
karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut dan sebagai gantinya
izin praktik bidan tersebut akan di cabut. Keputusan MPEB bersifat final.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
a.
Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
bidan karena
termasuk tindakan kriminal.
b.
Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan
premature, bidan ingin
melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak
boleh dilakukan, dan harus dirujuk. Karena ini
sudah bukan kewenangan
bidan lagi, selain itu jika dilakukan oleh bidan itu sendiri,persali akan
membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan oleh banyak faktor,
misalnya kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi, rutinitas,dan juga
perubahan hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat mencegah
terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau garansi akan keberhasilan
usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent, mencatat
semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.
Untuk penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang
telah masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang
menangani kasus tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya
termsuk kedalam malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai
pertanggung jawaban secara pidana atau tidak.
pengadilan. Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah
bidan tersebut telah benar-benar melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian
MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan
atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan
standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada
bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau gugatan di pengadilan