PENDAHULUAN
peradangan
peradangan pada
pada
jaringan
jaringan otak,
otak,
epidemiologi
epidemiologi
ensefalitis
ensefalitis bervariasi
bervariasi
sesuai
sesuai faktor
faktor resiko
resiko
yang
yang mempengaruhi
mempengaruhi
gejala
gejala sisa
sisa berupa
berupa
retardasi
retardasi mental,
mental,
iritabel,
iritabel, emosi
emosi
tidak
tidak stabil,
stabil,
halusinasi
halusinasi bahkan
bahkan
epilepsi
epilepsi
Ensefal
itis
Gejala
Gejala :: penurunan
penurunan
kesadaran,
kesadaran, demam
demam
dan
dan kejang
kejang
Penyebab
Penyebab
ensefalitis
ensefalitis virus,
virus,
bakteri,
bakteri, jamur
jamur
dan
dan penyebabnya
penyebabnya
tidak
tidak diketahui
diketahui
KASUS
ANAMNESIS
Keluhan
Utama
RPS
Kejang
...Anamnesis
RPD
Riwayat
Antenatal
Riwayat
Perkembang
an
...Anamnesis
Riwayat
Imunisasi
Riwayat
pemberian
makanan
Riwayat
sosial
lingkunga
n
Status Gizi
Pemeriksaan Fisik
...Pemeriksaan Fisik
...Pemeriksaan Fisik
10
...Pemeriksaan Fisik
11
...Pemeriksaan Fisik
12
Pemeriksaan Laboratorium
DIAGNOSIS
14
...Diagnosis
15
...Diagnosis
Diagnosa kerja
KDS
ISPA
Diare Akut
Delayed Development
Anemia
16
PENATALAKSANAAN
Usul pemeriksaan
Pemeriksaan elektrolit.
Pemeriksaan Tinja lengkap
Pemeriksaan Lumbal Fungsi
18
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
19
TINJAUAN
PUSTAKA
20
DEFINISI
Ensefalitis : infeksi jaringan otak oleh berbagai
macam mikroorganisme.
Ensefalitis adalah peradangan pada otak yang
biasanya disebabkan oleh virus.
Proses peradangannya jarang terbatas pada
jaringan otak saja tetapi hampir selalu mengenai
selaput otak, maka dari itu lebih tepat bila disebut
meningoensefalitis
21
ETIOLOGI
Klasifikasi yang diajukan oleh Robin berdasarkan
etiologi virus:
a. Infeksi virus yang bersifat epidemik
Golongan enterovirus
Golongan virus ARBO
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies,
Herpes simplex, Herpes zoster, Limfogranuloma,
Mumps, Lymphocytic choriomeningitis.
c. Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca
varisela, pasca rubela, pasca vaksinia, pasca
mononukleosis infeksious.
Soedarmo, S.S.P., 2010
22
MANIFESTASI KLINIS
a. Trias ensefalitis yang terdiri dari :
Demam
Kejang
Penurunan kesadaran
b. bersifat akut dapat juga perlahan-lahan, masa
prodormal 1-4 hari ditandai : demam, sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri
pada ekstremitas dan pucat, diikuti tanda
ensefalitis yang berat ringannya tergantung
distribusi dan luasnya lesi pada neuron.
Saharso, D., Hidayati, S. N.
2010.
23
24
PENATALAKSANAAN
suportif : hiperpireksia, keseimbangan cairan dan
elektrolit, pe TIK, serta tata laksana kejang.
Pasien sebaiknya dirawat di ruang rawat intensif.
Pemberian pengobatan dapat berupa antipiretik,
cairan intravena, obat anti epilepsi, kadang
diberikan kortikosteroid.
Mencegah kejang berulang : fenitoin atau
fenobarbital sesuai standar terapi.
Pe TIK diuretik osmotik manitol 0,5-1
gram/kg/kali atau furosemid 1 mg/kg/kali.
25
...Penatalaksanaan
Pada anak dengan neuritis optika, mielitis,
vaskulitis inflamasi, dan acute disseminated
encephalomyelitis (ADEM) dapat diberikan
kortikosteroid selama 2 minggu.
Metil-prednisolon diberikan dengan dosis
15/mg/kg/hari dibagi setiap 6 jam salama 3-5 hari
dan dilanjutkan prednison oral 1-2 mg/kg/hari
selama 7-10 hari.
26
Komplikasi
Ensefalitis virus berat bisa menyebabkan gagal
nafas, koma dan kematian. Ini juga membuat
mental impairment termasuk kehilangan memori,
ketidakmampuan bicara, kurang koordinasi otot,
paralisis, atau defek dengan penglihatan dan
pendengaran.
27
Prognosis
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara
35-50%.
Pasien yang pengobatannya terlambat atau tidak
diberikan antivirus angka kematiannya tinggi bisa
mencapai 70-80%.
Sekitar 25% pasien ensefalitis meninggal pada
stadium akut. Penderita yang hidup 20-40% akan
mempunyai komplikasi atau gejala sisa.
Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari
memberikan prognosis buruk, demikian juga
koma.
Kumar, V., Abbas, A., Fausto.
2007
28
DISKUSI
29
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium : anemia normositik
normokrom.
CT scan tanpa kontras : Subdural Hygroma.
30
Kejang
An. D masuk dengan kejang didahului dengan demam
diagnosis awal di IGD adalah Kejang Demam
Sederhana.
Berdasarkan definisinya, kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari
15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang
berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Diagnosis awal ini kemudian disingkirkan menjadi
Suspek Ensefalitis karena terjadi pengulangan kejang
setelah 24 jam, dimana kejang berlangsung lama saat
di ruangan, kejang tonik-klonik, terjadi demam dan
disertai dengan penurunan kesadaran.
31
Ensefalitis
Dicurigai ensefalitis apabila didapatkan gejalagejala sebagai berikut : demam bersifat akut,
gangguan atau perubahan kesadaran, onset
kejang yang baru atau ditemukannya tanda
neurologis fokal.
Pada pasien an. D ditemukan tanda berupa
demam, perubahan kesadaran, serta onset kejang
yang baru.
Harus dilakukan pemeriksaan lumbal fungsi tetapi
tidak dilakukan.
32
Diare
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lebih
dari tiga kali sehari dengan konsistensi lembek
atau cair.
Pada an. D didapatkan gejala perubahan pada
konsistensi feses. Pada hasil pemeriksaan FL
positif jamur
Penyebab tersering diare karena jamur adalah
Candida albicans.
33
Delayed development
Delayed development atau keterlambatan
perkembangan adalah istilah deskriptif yang
digunakan ketika perkembangan anak tertunda
dalam satu atau lebih area dibandingkan dengan
anak-anak lain.
Dari anamnesis : anak D masih belum bisa berdiri,
belum bisa tengkurap sendiri dan untuk duduk an.
D harus dibantu, belum bisa mengucapkan kata
seperti mamah/papah.
34
...development
Pada akhir tahun pertama anak : duduk tanpa
bantuan, mengoceh dengan berbagai suara,
membuat suara khusus untuk menarik perhatian,
mencari mainan, dapat membedakan orang asing
dengan keluarga, menikmati permainan
sederhana seperti ciluk-ba.
35
Subdural Hygroma
Karena pada An. D dicurigai mengalami ensefalitis
dan Delayed Development dan tidak
dilakukannya lumbal fungsi, dilakukan CT Scan
kepala.
Hasil berupa Subdural effusion dengan atrofi
parenkim serebri lobus frontalis, temporal, dan
parietal kanan kiri. Subdural Hygroma pada sulci
gyri temporalis kanan, tentorium serebeli, fisura
interhemisfer. Sehingga akhirnya pasien
didiagnosis dengan Kejang e.c Atrofi otak +
Subdural Hygroma.
36
... Hygroma
Subdural Hygroma adalah akumulasi cairan
serebrospinal (CSF) pada subdural, tanpa darah.
Dapat disebabkan oleh kebocoran CSF pada
trauma minor dalam pengaturan atrofi otak,
mengikuti meningitis atau setelah shunting
ventrikel.
Pada an. D tidak diketahui faktor penyebab karena
pada anamnesis tidak ditemukan riwayat trauma,
infeksi pada otak atau tindakan/operasi pada
kepala.
37
... Hygroma
Faktor yang berkontribusi belum diketahui, akan
tetapi hal ini mungkin didasari oleh adanya
gangguan pada absorpsi CSF normal atau
perubahan pada dinamika sirkulasi CSF.
Teori lain : arakhnoid rupture, arakhnoid flap,
kegagalan dari BBB, dan adanya atrofi otak.
Kemungkinan penyebab terjadinya atrofi otak
pada an. D adalah Subdural Hygroma.
38
OMSA
Dari pemeriksaan didapatkan hasil OMSA pada
auricular dekstra dan sisinistra.
Otitis media supuratif akut adalah suatu
peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah dan durasi dari inflamasi tidak
lebih dari 3 minggu.
Gejala OMSA tergantung pada stadium dan usia
pasien. Pada anak-anak : rasa nyeri ditelinga dan
demam. Biasanya didahului riwayat batuk pilek.
Pada An. D didapatkan gejala berupa batu pilek
serta demam.
39
Bronkopnemonia
Bronkopnemonia yang terjadi dapat disebabkan
oleh adanya infeksi bakteri yang menyerang paruparu, dikarenakan menurunnya sistem imunitas
selama sakit dan menyebabkan rentannya tubuh
anak. D untuk terinfeksi penyakit, walaupun pada
anak tidak ditemukan trias bronkopnemonia yaitu,
batuk, sesak demam, serta adanya ronki pada
bagian paru terutama di area basal saat ekspirasi.
40
Tatalaksana
Terapi cairan berupa D5 NS merupakan cairan
yang dianjurkan pada pasien anak dengan
rentang usia > 6 bulan dan < 2 tahun. Hal ini juga
untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
Terapi antibiotik, terapi antibiotik pada kasus ini
diberikan karena adanya kemungkinan infeksi
yang terjadi serta dimaksudkan sebagai
pencegahan terjadinya infeksi sekunder lain.
Diberikan antibiotik ceftriaxone, cefotaxim dan
gentamycin karena merupakan antibiotik dengan
spektrum luas.
41
... Tatalaksana
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid
diberikan untuk mengurangi proses radang karena
efek sebagai anti inflamasinya.
Pada anak D. Didapatkan kejang sehingga
diberikan stesolid 5 mg. Stesolid merupakan
diazepam per rectal. Berdasarkan algoritma
penatalaksanaan kejang, apabila didapatkan
kejang penatalaksanaan yang utama adalah
pemberian diazepam.
42
... Tatalaksana
Citicoline merupakan obat neuroprotektor.
Citicoline dapat meningkatkan aliran darah dan
konsumsi oksigendi otak pada pengobatan
gangguan serebro vaskuler .
Obat piracetam merupakan obat golongan
nootropik. Meningkatkan kerja dari
neurotransmitter kolinergik dan juga memiliki
fungsi memperbaiki mikrovaskular.
43
44
PENUTUP
Demikian telah dilaporkan suatu kasus Ensefalitis + Subdural
Hygroma + Atrofi Otak, Delayed Development, Anemia, Diare akut,
Bronkopneumonia dan OMSA pada seorang anak perempuan yang
berusia 1 tahun yang dirawat di ruang anak (bangsal F) RSUD Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Pasien datang dengan keluhan kejang, kejang sebanyak 1 kali
dirumah, <15 menit dan menangis setelah kejang, demam tinggi
5 jam sebelum masuk rumah sakit, timbul mendadak. Saat di
ruangan, An. D mengalami kejang kembali dan berlangsung lama
serta, mengalami penurunan kesadaran sehingga diduga mengalami
ensefalitis.
Keluhan lain berupa pilek, dan BAB cair berlendir 3x. Selama dirawat
pasien diberikan terapi untuk mengatasi kejang juga terapi
simtomatik lainnya. Setelah tujuh belas hari dirawat, keluhan dan
keadaan klinis anak terus membaik sehingga sudah boleh pulang
Pada kasus ini harus dilakukan edukasi kepada keluarga mengenai
penyakit yang dialami An. D. Anak juga harus menjalani pengobatan
fisioterapi untuk membantu perkembangan anak yang terlambat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Lazoff, M., et al, Encephalitis. Medscape Refference. 2011.
Available from
http://emedicine.medscape.com/article/791896
Soedarmo, S.S.P., Herpes Simpleks. Dalam: Soedarmo,
S.S.P.,Garna H. Infeksi& Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI.
2010.143-154.
Saharso, D., Hidayati, S. N., Japanese Ensefalitis. Dalam:
Soedarmo, S.S.P.,Garna H. Infeksi& Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI. 2010.259-269
Hom, Jeffrey. Pediatric Meningitis and Encephalitis.
Department of Pediatrics/Emergency Service. 2011. New
York University School of Medicine. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760
Kumar, V., Abbas, A., Fausto, N., Robins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. 7th Edition. Elsevier.
2007;1372-1374
46
TERIMAKASIH
47