Pembimbing (Pak Komar)
Pembimbing (Pak Komar)
Oleh
HERMANTO TARIHORAN
03101002066
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2014
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITAIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA
1. JUDUL : KAJIAN SLOPE STABILITY DALAM RANGKA OPTIMALISASI
:
:
:
:
:
:
:
:
Hermanto Tarihoran
laki-laki
03101002066
VIII (delapan)
Teknik/Teknik Pertambangan
085263588679
hermantotarihoran@gmail.com
-
Hermanton Tarihoran
NIM.03101002066
Pembimbing Proposal,
Bochori, ST, MT
NIP. 197410252002121003
Menyetujui :
Ketua jurusan teknik pertambangan
Fakultas teknik universitas sriwijaya
I.
JUDUL
KAJIAN
SLOPE
STABILITY
DALAM
RANGKA
OPTIMASI
dan sudut geser dalam. Setelah dilakukan analisa akan didapatkan data output
berupa factor keamanan (FK).
Dan komponen ketiga adalah bench face angel yaitu sudut lereng yang dibentuk
oleh gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut (C Wyllie dan W Mah,
2004).
Beberapa faktor yang yang berpengaruh dalam mendesain lereng adalah
tinggi lereng, keadaan geologi, kekuatan batuan, tekanan air tanah, dan kerusakan
akibat aktivitas peledakan. Dalam penggalian batubara yang terus- menerus akan
menyebabkan kedalaman pit semakin bertambah maka perlu diperhatikan agar
overall slope tidak terlalu terjal (C Wyllie dan W Mah, 2004).
GAMBAR 8.1
GEOMETRI LERENG TAMBANG TERBUKA
Lereng disekitar ramp juga sebaiknya dibuat lebih landai untuk
mengurangi resiko kelongsoran pada jalan tambang. Pertimbangan berbeda
dimungkinkan untuk slope tanpa jalan tambang (ramp). Sedangkan pada lereng
yang terdapat air tanah yang signifikan maka proses drainase diperlukan untuk
mengurangi tekanan air tanah sehingga lereng dapat dibuat lebih terjal (C Wyllie
dan W Mah, 2004).
Faktor keamanan (FS) merupakan metode yang palig sering digunakan
dan sudah diterapkan dalam berbagai macam keadaan geologi. Kondisi dimana
keadaan gaya penahan terhadap longsoran lebih besar dari gaya penggeraknya
maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan yang mantap atau stabil.
(seteffen, et,al). Tetapi apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya
penggeraknya maka lereng tarsebut menjadi tidak mantap dan longsoran akan
terjadi. Kestabilan suatu lereng dapat dihitung dengan perbandingan antara gaya
penahan dan gaya penggerak yang menghasilkan suatu angka yang disebut factor
keamanan (safety factor). Nilai factor keamanan tersebut dapat dinyatakan dalam
persamaan (8-1) sebagai berikut (C Wyllie dan W Mah, 2004):
FK =
Gaya Penahan
Gayapenggerak
..... (8-1)
FK =
..... (8-2)
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.2
DIAGRAM MOHR
Gaya penahan dan gaya penggerak pada persamaan 8-2 dapat dilihat pada
gambar 8.2. c, , , , s secara berurut adalah angka kohesi, tegangan normal,
sudut geser dalam, kuat geser, dan teganan geser. Apabila harga FK dari suatu
lereng > 1.0 maka lereng tersebut dapat dikatakan aman. Sedangkan bila harga
suatu FK dari suatu lereng < 1.0 maka lereng tersebut dalam keadaan tidak aman
dan kemungkinan besar akan longsor. Pada tambang terbuka factor keamanan
yang pada umumnya digunakan adalah anatar 1.2- 1.4, dengan menggunakan
kesetimbangan batas untuk menghitung nilai factor keamanan secara langsung (C
Wyllie dan W Mah, 2004). Jika bidang luncur dalam keadaan bersih dan tidak
terdapat suatu infilling serta kohesinya mendekati nol, maka persamaan 8-2 dapat
disederhanakan menjadi:
FS=
cos . tan
sin
.... (8-3)
Atau
FS=
tan
tan
... (8-4)
Persamaan 8-3 dan 8-4 berlaku dalam keadaan ideal dimana bidang luncur
dalam keadaan bersih dan tidak ada system penyangga. Nilai factor keamanan
bernilai satu jika besar sudut geser dalam dan dip bidang luncur sama besar.
7.2 Faktor- factor yang mempengaruhi kestabilan lereng
7.2.1 Faktor pembentuk gaya penahan
a. Jenis batuan
Batuan beku, sedimen, dan mentamorf tertentu yang masih segar dan
belum mengalami pelapukan pada umumnya memiliki kestabilan lereng yang
baik, terutama jika batuan tersebut tersebar secara luas. Batuan beku biasanya
terbentuk dari mineral- mineral kristalin yang tersusun sedemikian rupa sehingga
batuan tersebut kuat dan kompak,karna Kristal- kristalnya terikat satu sama lain
dengan baik. Kuat Tarik dan kuat tekan batuan ini pada umumnya sangat tinggi
(Huddson dan Harrison, 1997)
Batuan sedimen yang terkonsolidasi dengan baik sehingga ikatan Antara
masing- masing butirnya kuat juga mempunyai kekuatan batuan yang tinggi.
Tetapi sedimen yangbelum terkosolidasi tidak memiliki kekuatan batuan yang
tinggi.
Batuan metamorf yang terdiri dari satu macam mineral yang kuat dan
mempunyai ukuran- ukuran butir yang homogeny juga mempunyai kekuatan yang
tinggi (kuarsit dan marmer). Sedangkan batuan marmer yang bertekstur schiss
atau gneiss mempunyai kekuatan yang tidak sama pada arah- arah yang berbeda
karena dipengaruhi oleh orientasi Kristal (Huddson dan Harrison, 1997).
b. kekuatan batuan
Batuan utuh (intact rock) mempunyai mempunya kuat tekan yang tinggi dan
mempunya sudut geser dalam yang besar merupakan batuan yang sangat stabil
terhadap longsoran. Batuan dengan kekuatan seperti ini, umumya adalah batuan
beku yaitu granit, andesit, basalt dan lain- lain, beberapa jenis batuan sedimen
yaitu batu pasir, breksi, dan lain- lain, dan batuan metamorf yaiut batu marmer,
kuarsit dan lain- lain. Untuk batuan- batuan tersebut diatas umumnya tidak
mempunyai masalah dengan kemantapan lerengnya kecuali kalau batuan tersebut
tidak utuh dan dengan adanya bidang- bidang lemah (massa batuan). Sudut lereng
pada batuan yang kuat tersebut bias mencapai 90 o atau bahkan lebih dari 90o dan
dengan tinggi yang besar pula (Huddson dan Harrison, 1997).
Kekuatan batuan dinyatakan oleh sifat- sifat mekaniknya yang brupa
parameter- parameter kuat tekan uniaxial , kohesi (c), dan sudut geser dalam ( ).
Dalam analisis kemantapan lereng parameter- parameter yang penting adalah
harga- harga c dan yang merupakan sifat asli kekuatan batuan (Huddson dan
Harrison, 1997).
7.2.2 Faktor pembentuk gaya pengerak
Gaya penggerak umumnya dipegaruhi oleh gravitasi, sehingga berat dari
bagian lereng yang bersangkutan adalah merupakan salah satu gaya penggerak
yang memacu terjadinay longsoran. Parameter- parameter yang pentimg sebagai
pembentuk gaya penggerak adalah (Huddson dan Harrison, 1997):
a. bobot isi
Batuan yang mempunya bobot yang besar akan memberikan beban atau gaya
yang besar pula pada lereng.
b. Kandungan air tanah
keberadaan air sebagai moisture air tanah maupun air pori tanah pada lereng
yang bersangkutan akan memberikan beban tambahan pada lereng.
c. Sudut lereng dan tinggi lereng
Sudut dan tinggi lereng yang besar akan memberikan volume material yang
besar yang akan membuat beban lereng semakin besar.
7.2.3 Faktor yang mengurangi gaya penahan.
a. proses pelapukan
Pelapukan kimia
terjadi
kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Pelapukan yang terjadi pada batuan
mengubah komposisi mineralogi batuan yang beresangkutan. Seperti system
Kristal, kemas dan tekstur. Karena berubahnya sebagian atau seluruh mineral
mneral yang ada menjadi mineral lain sebagai reaksi kimia denga air, asam, udara,
dan gas- gas lainnya. Sehingga kekuatan batuan akanberubah drastis (Huddson
dan Harrison, 1997).
b. bidang lemah
proses secara alamiah seperti tektonik, perubahan temperature, atau
pengurangan beban vertical dapat mengakibatkan perubahan struktur pada batuan
dan menghasikan bidang- bidang lemah yang berupa sesar, kekar dan retakanretakan lainnya. Dengan munculnya bidang lemah tersebut maka batuan yang
tadinya utuh akan berubah menjadi massa batuan yang memiliki kekuatan batuan
yang jauh lebih kecil dari sebelumya. Selain itu beban yang diterima masa batuan
juga akan diteruskan secara anisotrop ke sekitarnya, sehingga dengan demikian
kestabilan lereng juga akan menurun (Huddson dan Harrison, 1997).
c. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia yang langsung mempengaruhi kesetimbangan muka
bumi dalam hal ini kemantapan lereng Antara lain adalah penggalian dan
penimbunan (tambang, jalan raya, saluran air, bangunan- bangunan sipil lainnya).
Dengan adanya aktivitas penggalian dan penimbunan maka geometri muka bumi
berubah dan terjadi pengurangan penyangga atau penambahan beban yang
mengakibatkan perubahan kesetimbangan tanah atau lereng. Untuk timbunan,
GAMBAR 8.3
LONGSORAN BIDANG
b. longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu lereng batuan jika terdapat lebih
dari satu bidang lemah yang saling berpotongan.sudut perpotongan Antara dua
bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dala batuannya dan lebih
kecil dari kemiringan lerengnya.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.4
LONGSORAN BAJI
c. longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.5
LONGSORAN GULING
d. Longsoran busur
Longsoran jenis ini sering terjadi dialam terutama pada material tanah
atau batuan yag lunak.untuk longsoran pada batuan dapat terjadi apabila batuan
mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat.
Sehingga batuan tersebut akan mempumyai sifat seperti tanah.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 5.6
LONGSORAN BUSUR
Sec
1+tan tan
1+
FK
..8.2
JADWAL PELAKSANAAN
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 2 bulan, yaitu dari
tanggal 18 September s/d 18 November 2014, dengan jadwal pelaksanaan
sebagai berikut:
J. DAFTAR PUSTAKA
D.C Wyllie, C.W. Mah,2004, Rock Slope Engineering Civil and Mining 4-ed,
Spoon Press, London and Newyork
Hoek, E,. 2006, Praktical Rock Engineering, Canada
Giani. G.P,1988, Rock slope Stability Analysis, Associazione Mineraria
Sulbapina, Turin