OLIGOHIDRAMNION
Pembimbing:
dr. Hanudse Hartono, Sp.OG
Mentor:
dr. Nutrisia Latjindung
Disusun oleh:
Sylvia Cahyadi
100100093
Edric Chandra
100100095
Monika Ayuningrum100100239
William Purba
100100354
Dinda Hanifah
100100182
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul Oligohidramnion.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pembimbing kami dr. Hanudse Hartono, Sp,OG. dan juga mentor
kami dr. Nutrisia Latjindung, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1.
Latar Belakang.................................................................................1
1.2.
Tujuan Umum...................................................................................2
1.3.
Tujuan Khusus..................................................................................2
Definisi Oligohidramnion.................................................................3
2.2.
Etiologi Oligohidramnion.................................................................3
2.3.
Cairan Amnion.................................................................................4
2.3.1. Fisiologi Cairan Amnion......................................................4
2.3.2. Fungsi Cairan Amnion.........................................................6
2.3.3. Volume Cairan Amnion.......................................................6
2.3.4. Pengukuran Cairan Amnion.................................................7
2.3.5. Distribusi Cairan Amnion....................................................8
2.3.6. Kandungan Cairan Amnion...............................................10
2.4.
Patofisiologi Oligohidramnion.......................................................13
2.5.
2.6.
Diagnosis Oligohidramnion...........................................................15
2.7.
Terapi Oligohidramnion.................................................................18
2.7.1. Transcervical Amnioinfusion.............................................18
2.7.2. Transabdominal Amnioinfusion.........................................20
2.8.
Komplikasi.....................................................................................20
2.9.
Prognosis........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Halaman
15
21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Halaman
5
7
8
10
17
17
20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, meskipun selama kehamilan
banyak hal yang berubah dalam tubuh. Kehamilan yang menyangkut nyawa ibu
dan anak harus diperhatikan, sebab kehamilan bukanlah sekedar menyimpan anak
dalam jangka waktu 9 bulan kemudia siap dilahirkan. Namun kehamilan harus
memperhatikan kesehatan ibu dan anak. Selama masa kehamilan banyak hal
patologis juga yang dialami ibu hamil, salah satunya adalah oligohidramnion.
Oligohidramnion adalah satu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc. Untuk mengukur jumlah cairan ketuban dapat
melalui beberapa metode yaitu indeks cairan ketuban. Jika cairan ketuban kurang
dari 500 cc pada usia kehamilan 32-36 minggu maka akan dicurigaai mengalami
oligohidramnion.1
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan amnion.
Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai
akibat dari kompresi tali pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain
itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan amnion yang tereduksi
menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel yang dapat menyebabkan
ganguan pernapasan janin.1, 2
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa
oligohidramnion
hampir
selalu
berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis.
Etiologi
primer
lainnya
mungkin
oleh
karena
amnion
kurang
baik
1.2.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
lebih dalam dan rinci cara memberi informasi dan membantu perencanaan pada
ibu hamil dengan oligohidramnion.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas
wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab
oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya
kantung/membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar
7% bayi dari wanita yang mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan,
seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi
janin berkurang.
Masalah
kesehatan
lain
yang
juga
telah
dihubungkan
dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada
plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah
tinggi, yang dikenal dengan nama angiotensin-converting enxyme inhibitoy (mis,
captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnbion parah
dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang
kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum
merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap
terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan
mereka.
Fetal:
Kromosom
Kongenital
Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
Kehamilan possterm
Premature ROM (rupture of amniotic membrane
Maternal
Dehidrasi
Preeklamsia
Diabetes
Induksi obat
2.3.
Cairan Amnion
janin,
seperti
atresia
esophagus,
atau
anensefali,
akan
menyebabkan
polihidramnion.2
2.3.2. Fungsi Cairan Amnion
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua
arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk
uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa
menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan
permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa
cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang
memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus
pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal. Cairan amnion
juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial
terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion adalah
98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada
beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki
fungsi sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam
kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan
amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan
berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki
potensi dalam pengembangan medikasi stem cell.1, 2, 5, 6
2.3.3. Volume Cairan Amnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi,
secara umum, volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia
kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21
minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap
setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari
50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan
gestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah
cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang. Brace dan Wolf
menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian dengan
705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada
usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 2100
ml.1, 2, 5, 6
amnion sebenarnya (R2 dari 0.55,0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini
menunjukkan bahwa teknik single pocketmemiliki kemampuan yang lebih baik.
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara
langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar,
kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paruparu dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk
berkembang.7, 8
beberapa penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200
ml/hari pada kehamilan aterm.1, 2, 5, 7, 8, 9
2. Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan
amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paruparu janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari
produksi tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut.
Meskipun pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun
data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal,
janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan
keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga
berperan dalam pembentukan cairan amnion.1, 2, 5, 7, 8, 9
3. Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin
domba, proses menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan.Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan
secara bertahap dengan volume sekitar 100-300 ml/kg/hari. Banyak teknik
berbeda yang dicoba untuk mengukurrata-rata volume cairan amnion yang ditelan
dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat
sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan
menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan ratarata menelan janin adalah 72 sampai 262ml/kg/hari.1, 5, 6, 7, 8, 9
Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan
menemukan
bahwa
volume
menelan
janin
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan
pada masa sekarang ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas
bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan
amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme
serupa dalam mengurangi volume cairan amnion.1, 5, 7, 8, 9
10
isoenzim
hidroksibutirat,
keratin
amilase,
kinase,
glukosa,
dehidrogenase
kolesterol,
laktat,
trigliserida,
dehidrogenase
High
Density
di
cairan
amnion
termasuk
-fetoprotein
(AFP),
antigen
karsinoembrionik (CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125), dan 199 (CA199).1, 2, 5, 7, 9
kadar
AFP
tidak
diiringi
dengan
peningkatan
kadar
12
2. Lesitin Sfingomielin
Lesitin (dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang
penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan yang mempertahankan
alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin
dan sfingomielin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. Setelah minggu ke
34 konsentrasi lesitin terhadap sfingomielin relatifmeningkat . Jika konsentrasi
lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sfingomielin (L/S Ratio),
menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika
perbandingan kadar lesitinsfingomielin kecil dari dua resiko terjadinya gawat
nafas pada janin meningkat. Karena lesitin dan sfingomielin juga ditemukan pada
darah dan mekonium, kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat
membiaskan hasil. Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan
amnion, kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang
luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan.
Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama
kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan. Suatu hal
yang unik dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE2 ,
PGF2 , PAF dan endothelin-1, produk-produk ini dapat dilihat pada vagina dan
cairan amnion setelah proses persalinan dimulai. Agen-agen inflamasi ini penting
peranannya dalam proses dilatasi servik.1, 8, 10, 11
3. Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum
proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapat melakukan penetrasi normal
melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya
inflamasi dari desidua pada partus preterm, leukosit ibu akan diambil menuju
13
cairan amnion, fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit
diakselerasi oleh inflamasi dan memungkinkan melewati membran janin.1, 8, 10
14
4. Interleukin -1
Interleukin -1 merupakan sitokin primer, yang diproduksi secara cepat
sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1 akan
merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin -1 secara
normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan, Interleukin -1 baru akan
muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari
infeksi
pada
cairan
amnion.
Pada
kehamilan
aterm,
seperti
Patofisiologi Oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan
dengan adanya sindroma potter dan fenotip potter, dimana Sindroma Potter dan
Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal
15
maupun karena
2.5.
belakang)
Tidak terbentuk air kemih
Gawat pernapasan12
Tanda dan Gejala Klinis Oligohidramnion
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus
terlihat lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu
yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan
gerakan janin. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari
ukuran normal dan bagian bagian janin mudah diraba. Presentasi bokong dapat
16
Diagnosis Oligohidramnion
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
Severe Oligohydramnion
Moderate Oligohydramnion
5.1-8.0
Normal
8.1-24.0
Polyhydramnion
>24
17
Penilaian subjektif14
Dalam keadaan normal, janin tampak bergerak bebas dan dikelilingi oleh
cairan amnion. Struktur organ janin, plasenta, dan tali pusat dapat terlihat jelas.
Kantung-kantung amnion terlihat di beberapa tempat, terutama pada daerah
diantara kedua tungkai bawah dan diantara dinding depan dan belakang uterus.
Pada kehamilan trimester III biasanya terlihat sebagian dari tubuh janin
bersentuhan dengan dinding depan uterus.
Pada keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang bila
kantung amnion hanya terlihat di daerah tungkai bawah dan disebut habis bila
tidak terlihat lagi kantung amnion. Pada keadaan ini aktivitas gerakan janin
menjadi berkurang. Struktur janin sulit dipelajari dan ekstremitas tampak
berdesakan.
b
Penilaian Semikuantitatif14
Penilaian semikuantitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya: (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu
kantong amnion. Morbiditas dan mortalitas perinatal akan meningkat bila
diameter vertikal terbesar kantong amnion < 2cm pada oligohidramnion. (2)
pengukuran indeks cairan amnion (ICA). Pengukuran ICA uterus dibagi kedalam
4 kuadran, pada setiap kuadran uterus dicari kantong amnion terbesar, bebas dari
bagian tali pusat dan ekstremitas janin.Indeks cairan amnion merupakan hasil
penjumlahan dari diameter vertikal terbesar kantong amnion pada setiap kuadran.
Nilai ICA yang normal adalah antara 5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan
5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut oligohidramnion bila ICA < 5cm.
18
menilai
dan
2.7.
Terapi Oligohidramnion
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia
kehamilan 26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya
dilakukan. Ibu disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan
produksi cairan ketuban dengan meningkatkan ruang intravaskular ibu13. Studi
menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air , dapat meningkatkan AFI sebesar
30 %.13 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab
oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal
salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas
kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia
kehamilan.
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus
selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk
melarutkan mekonium yang bercampur dengan cairan amnion atau yang disebut
juga dengan Transcervical Amnioinfusion. Pada prosedur ini, cairan diberikan bila
ketuban telah pecah dan ibu dalam keadaan intrapartum. Alternatif lain, cairan
dapat diinfus melalui jarum secara transabdominal, yaitu kebalikan dari
amniocentesis dimana cairan diberikan antepartum untuk mencegah komplikasi
pada fetus setidaknya sampai tercapai pematangan paru.
2.7.1. Transcervical Amnioinfusion17
Merupakan pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus selama
persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk melarutkan
mekonium yang bercampur dengan cairan amnion.
Studi menunjukkan bahwa normal salin tidak akan mempengaruhi
keseimbangan elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan
menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan
pada suhu ruangan.
Amnioinfusion dilakukan dengan menggunakan intrauterine pressure
catheter (IUPC). Prosedur melakukannya yakni:
20
kepada
pasien
bahwa
prosedur
infuse
tidak
akan
21
Komplikasi
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk
pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas
pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi mekonium pada masa
22
intra partum, dan kematian janin.14 Deformitas yang dapat terjadi pada janin
misalnya pada amniotic band syndrome , yaitu terjadinya adhesi antara amnion
dengan fetus yang menyebabkan deformitas yang serius termasuk amputasi pada
ektremitas bawah atau deformitas muskuloskeletal akibat kompresi pada
uterus (seperti clubfoot).19 Resiko infeksi pada fetus meningkat seiring dengan
pecahnya ketuban yang lama.
2.9.
Prognosis
Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan
jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat didiagnosis
pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis renal
(tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal, angka mortalitasnya mencapai 100%.13
Pada renal dysplasia atau obstructive uropathy akan berkaitan erat dengan
hipoplasiapulmoner derajat ringan-sedang (sindrom Potter, yaitu bayi yang
menderita hypoplasia pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus
hipoplasia paru, efektivitas pengobatan seperti pemberian surfaktan , ventilasi
frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui efektivitasnya . Prognosis
dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia kehamilan saat
terjadinya oligohidramnion.13
Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan
cairan amnion gagal berakumulasi kembali (Tabel 2).1
Tabel 2. Prognosis oligohidramnion pada 147 wanita 34 minggu kehamilan
23
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: HA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 30 tahun
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
: Tamat SMA
Agama
: Islam
Status
: G1P0A0
Usia Kehamilan
: 00.65.56.32
Ruangan
: Rindu B1 III-1
Tanggal masuk
: 02 Oktober 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Telaah
24
: Tidak jelas
: 23 Desember 2015
: Compos mentis
Anemis
: -/-
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Ikterus
: -/-
Frekuensi Nadi
: 80 kali/menit
Sianosis
: -/-
Frekuensi Nafas
: 20 kali/menit
Oedem
: -/-
Suhu
: 36,8 oC
Dispnoe
:-
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
: Membesar asimetris
: Ballotement (+)
Terbawah
: Ballotement (+)
Gerak
:+
His
:-
25
26
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
02 Oktober 2015
JENIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Asolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
FAAL HEMOSTASIS
PT + INR
WAKTU PROTROMBIN
Pasien
Kontrol
INR
APTT
Pasien
Kontrol
Waktu Trombin
Pasien
Kontrol
GINJAL
SATUAN
HASIL
RUJUKAN
g%
105/mm3
103/mm3
%
103/mm
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL
10.10
3.20
12.62
31.40
176
98.10
31.60
32.20
13.50
11.80
0.21
15.7
11.7 15.5
4.20 4.87
4.5 11.0
38 44
150 450
85 95
28 32
33 35
11.6 14.8
7.0 10.2
%
%
%
%
%
103/l
103/l
103/l
103/l
103/l
75.50
16.90
6.70
0.60
0.300
9.54
2.13
0.84
0.07
0.04
37 80
20 40
28
16
01
2.7 6.5
1.5 3.7
0.2-0.4
0 0,10
0 0,1
Detik
Detik
15.2
13.90
1.08
detik
detik
31.9
33.0
detik
detik
12.5
16.7
27
Ureum
mg/ dL
Kreatinin
mg/ dL
Elektrolit
Natrium (Na)
mEq/L
Kalium (K)
mEq/L
Klorida (Cl)
mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula Darah Sewaktu
mg/ dL
Kesan : dalam batas normal
15.00
0.30
<50
0.70 1,20
140
3.3
105
135 155
3.6 5.5
96 106
89.00
<200
BPD
: 6,17 cm
AC
: 17,56 cm
FL
: 4,42 cm
28
AFI
: 1,24 cm
29
30
DIAGNOSIS
Oligohidramnion berat + PG + KDR (28-30 minggu) + AH
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt/i
Ceftriaxone injection 1 g/12 jam
Nifedipine tablet 3 x 20 mg
Pocari Sweat 2 liter/menit
Dexamethasone injection 6 mg/12 jam
RENCANA
Amnioinfusion
FOLLOW UP
Follow up Pasien (03 Oktober 2015)
Tgl
03
Oktober
2015
O
Sens: CM
TD: 120/70 mmHg
HR: 80 x/i
RR: 18 x/i
T= 36,7 oC
Abdomen:
membesar
asimetris
TFU: 1 jari diatas umbilicus
Teregang: ballotement (+)
Terbawah: ballotement (+)
Gerak: +
DJJ: 144 x/i
HIS: -
A
Oligohidr amnion berat +
PG
+KDR
(28-30 minggu)
+ AH
-
P
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1
g/12 jam
Nifedipine 3 x 20
mg
Pocari Sweat 2
liter/menit
Inj.
Dexamethasone 6
mg/12 jam
- R/Amnioinfusion
31
O
Sens: CM
TD: 120/60 mmHg
HR: 84 x/i
RR: 18 x/i
T= 36,7 oC
Abdomen:
membesar
asimetris
TFU: 1 jari diatas
Teregang: ballotement (+)
Terbawah: ballotement (+)
Gerak: +
DJJ: 140 x/i
HIS: Hasil USG 04 Oktober 2015:
-
BPD
: 6,08 cm
AC
: 17,2 cm
FL
: 4,69 cm
SD Ratio : 2,25 cm
A
Oligohidr amnion berat +
PG
+KDR
(28-30 minggu)
+ AH
-
P
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1
g/12 jam
Nifedipine 3 x 20
mg
Pocari Sweat 2
liter/menit
Inj.
Dexamethasone 6
mg/12 jam
- R/Amnioinfusion
32
O
Sens: CM
TD: 120/70 mmHg
HR: 82 x/i
RR: 18 x/i
T= 36,5 oC
Abdomen:
membesar
asimetris
TFU: 1 jari diatas umbilicus
Teregang: ballotement (+)
Terbawah: ballotement (+)
Gerak: +
DJJ: 144 x/i
HIS: Hasil USG 05 Oktober 2015:
-
BPD
: 6,21 cm
AC
: 19,91 cm
FL
: 4,87 cm
A
Oligohidr amnion berat +
PG
+KDR
(28-30 minggu)
+ AH
-
P
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1
g/12 jam
Nifedipine 3 x 20
mg
Pocari Sweat 2
liter/menit
R/Amnioinfusion
33
AFI
SD Ratio : 2,25 cm
: 1,24 cm
34
O
Sens: CM
TD: 120/80 mmHg
HR: 82 x/i
RR: 18x/i
T= 36,4oC
Abdomen:
membesar
asimetris
TFU: 1 jari diatas umbilicus
Teregang: ballotement (+)
Terbawah: ballotement (+)
Gerak: +
DJJ: 152 x/i
HIS: -
A
Oligohidra mnion
berat + PG
+
KDR(28-30
minggu) +AH
-
P
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone
1 g/12 jam
Nifedipine 3 x
20 mg
Pocari Sweat 2
liter/menit
R/Amnioinfusion
O
Sens: CM
TD: 120/80 mmHg
HR: 84 x/i
RR: 18x/i
T= 36,5oC
Abdomen:
membesar
asimetris
TFU: 1 jari diatas umbilicus
Teregang: ballotement (+)
Terbawah: ballotement (+)
Gerak: +
DJJ: 140 x/i
HIS: -
A
Oligohidr amnion berat +
PG
+KDR
(28-30 minggu)
+ AH
-
P
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1
g/12 jam
Nifedipine 3 x 20
mg
Pocari Sweat 2
liter/menit
Amnioinfusion
sebanyak 350 ml
35
BAB 4
PEMBAHASAN
Teori
Wanita
hamil
mengalami
Kasus
dicurigai Pada USG tanggal 05 Oktober 2015,
yang
oligohidramnion,
Oligohidramnion
Teori
Tanda
dan
gejala
Kasus
klinis Kehamilan ini merupakan kehamilan
seharusnya.
Ibu
yang
Teori
Pertimbangkan
untuk
Kasus
hospitalisasi Usia kehamilan pasien 28-30 minggu
pada kasus yang didiagnosa setelah dan dilakukan rawat inap dengan
usia kehamilan 26-33 minggu. Ibu tatalaksana berupa tirah baring disertai
disarankan untuk tirah baring dan dengan
pemberian
minum
cairan
intravaskular
ibu13.
Studi
Teori
Antepartum
Kasus
transabdominal Pasien
dilakukan
amnioinfusion
dengan
tujuan
untuk
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tong X-L, Wang L, Gao T-B, Qin Y-G, Qi Y-Q, Xu Y-P. Potential function
of amniotic fluid in fetal developmentnovel insights by comparing the
composition of human amniotic fluid with umbilical cord and maternal
serum at mid and late gestation. Journal of the Chinese Medical
Association. 2009;72(7):368-373.
38
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
39