Anda di halaman 1dari 15

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid
2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada embrio,
dan mulai dibentuk pada hari ke-24. Pembentukan ini dimulai dengan suatu
penebalan endoderm pada garis tengah lantai faring antara tuberculum impar dan
copula pada suatu titik yang kemudian dikenal sebagai foramen caecum.
Kemudian tiroid turun kedepan faring sebagai divertikulum dengan dua lobus.
Kelenjar tiroid menyatu dengan lidah oleh satu terusan yang sempit, yaitu duktus
tiroglosus yang kemudiannya menjadi keras dan menghilang (Sadler, 2006; Moore
and Persaud, 2008).
Pada pengembangan yang lebih lanjut, kelenjar tiroid turun ke depan
tulang tiroid dan kartilago laring. Posisi akhir kelenjar tiroid di depan trakea pada
minggu ke-7, yang mana ia menjadi bentuk definitifnya dan berakhir di leher.
Pada akhirnya ia memiliki satu isthmus pada daerah media dan dua lobus lateral.
Kelenjar tiroid diperkirakan mulai beroperasi pada akhir bulan ke-3 (Sadler, 2006;
Moore and Persaud, 2008).
2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan
terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini
merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus
oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini
melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus
lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis di
bawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang kadang terdapat lobus piramidalis
yang muncul dari isthmus di depan laring (Brunner and Suddarth, 2002; Ganong,
2003; Price and Wilson, 2006).

Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra servikalis ke-5


sampai torakalis ke-1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir, dengan bagian apeks berada di
atas linea oblique lamina cartilago thyroidea, dengan batas inferior di bawah
cincin trakea ke-5 atau ke-6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang 5 cm, lebar 3
cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya 10-20
gram. Aliran darah ke organ tiroid sangat tinggi (5 ml/menit/gram tiroid)
(Brunner and Suddarth, 2002; Price and Wilson, 2006).
Letak lobus tiroid pada bagian anterolateral berbatasan dengan musculus
sternocleidomastoideus, bagian posterolateral berbatasan dengan vagina carotica
yang berisi arteri carotis communis, vena jugularis interna dan nervus vagus.
Bagian medial berbatasan dengan laring, trakea, nervus konstriktor faringis
inferior dan esofagus. Bagian posterior lobus berhubungan dengan glandula
paratiroidea inferior dan superior dan beranastomosis antara arteri tiroidea
superior dan inferior (Suen, 2005).
Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan inferior.
Pembuluh darah ini terletak di antara kapsul fibrosa dan lapisan pre-trakea fasial
servik yang dalam biasanya pada cabang pertama dari karotid eksterna. Arteri
tiroid superior berjalan ke bagian atas daripada lobus dari setiap kelenjar,
menembusi lapisan pre-trakea fasial servik yang profunda dan membelah menjadi
cabang anterior dan posterior (Moore and Dalley, 2006).
Cabang yang lebih besar pada anterior berjalan melewati bagian depan
dari kelenjar tiroid dan membuat percabangan ke permukaan anterior.
Percabangan dari sebelah kiri dan kanan beranastomosis di garis tengah. Cabang
posterior dari arteri tiroid superior turun ke permukaan posterior dari kelenjar
tiroid dan beranastomosis dengan arteri tiroid inferior. Arteri tiroid inferior,
cabang terbesar dari thyrocervical trunk yang berasal dari arteri subklavian
berjalan menelusuri bagian superomedial dari posterior ke selubung karotid
sehingga mencapai bagian posterior dari kelenjar tiroid. Ia menjadi beberapa
cabang yang melewati lapisan dari pre-trakea fasial servik yang profunda dan
mensuplai bagian inferior dari kelenjar tersebut (Moore and Dalley, 2006).

Tiga pasang vena tiroid mengalirkan darah dari pleksus vena yang terletak
pada permukaan anterior dari kelenjar tiroid. Vena tiroid superior mengalirkan
darah dari bagian superior kelenjar tiroid, vena tiroid media dari lobus media
sedangkan vena tiroid inferior dari kelenjar tiroid bagian inferior. Vena superior
dan media mengalirkan darah ke vena jugularis interna dan vena inferior
mengalirkan darah ke vena brachiocephalica posterior ke manubrium dan sternum
(Moore and Dalley, 2006).

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid (Islam, 2013).


2.1.3

Histologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang memiliki dua lobus dan

terletak pada leher bagian anterior dan terdiri dari dua lobus lateral yang besar dan
dihubungkan oleh isthmus. Isthmus ini melintasi anterior sampai ke bagian atas
dari trakea (Michael and Wojciech, 2006).
Unit fungsional dari tiroid adalah folikel, yang merupakan kompartemen
yang berbentuk oval dan memiliki dinding yang dibentuk oleh simple cuboidal
epithelium atau low columnar epithelium yang disebut sebagai epitel fokiluler.
Beratus ribu folikel ini berdiameter 0,2-1,0 mm memenuhi hampir ke seluruh
kelenjar tiroid. Ia berisi cairan gel yang disebut koloid. Permukaan apikal dari sel
folikuler bersentuhan dengan koloid sedangkan permukaan basalnya terletak di
atas basal lamina (Michael and Wojciech, 2006).

Epitel folikuler memiliki 2 tipe sel yaitu folikuler dan parafolikuler. Sel
folikuler (principal cell) berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid tiroksin
(T3) dan triidotironin (T4). Pada pewarnaan rutin Hematoksilin dan Eosin, ia
menunjukkan sitoplasma yang basofilik dan nukleus yang berbentuk oval dan
berisi satu atau lebih nukleolus. Sel parafolikuler (C cell) berada di perifer dari
epitel folikuler dan di antara basal lamina folikel. Ia mensekresi kalsitonin,
hormon yang meregulasi metabolisme kalsium. Sel parafolikuler juga berwarna
pucat dan disebut sel soliter, atau kelompok sel yang kecil (Michael and Wojciech,
2006).

Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid (William, 2013).


2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mensekresikan 2 hormon yaitu Tiroksin dan Triidotironin.
Kedua hormon ini meningkatkan kadar metabolik tubuh. Kekurangan dari
keduanya akan menurunkan kadar metabolik basal sehingga 40-50% dari normal,
sedangkan kelebihan dari hormon ini akan meningkatkan kadar metabolik basal
mejadi 60-100% lebih tinggi dari normal. Sekresi tiroid dikendalikan oleh
thyroid-stimulating hormone (TSH) yang di sekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Selain itu, kelenjar tiroid juga mensekresikan hormon kalsitonin yang berperan
dalam metabolisme kalsium (Guyton and Hall, 2006).
Sembilan puluh tiga persen dari hormon yang disekresikan oleh kelenjar
tiroid adalah tiroksin, dan 7% adalah triidotironin, namun tiroksin akan

dikonversikan menjadi triidotironin di jaringan. Fungsi kedua hormon ini adalah


sama, yang membedakannya hanyalah kecepatan dan intensitas dari kerjanya.
Triidotironin 4 kali lebih poten dari tiroksin namun ia hanya sedikit berada di
dalam aliran darah jika dibandingkan dengan tiroksin dan ia juga berada di dalam
darah lebih sebentar daripada tiroksin (Guyton and Hall, 2006).
Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam
jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada
kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang,
dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak
terdapat kelenjar tiroid, maka seseorang tidak akan tahan dengan cuaca dingin,
akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi
mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan meninbulkan
penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi produksi panas yang
berlebihan (Ganong, 1987).
Hipotalamus mensekresikan thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang
mengendalikan sekresi thyroid-stimulating hormone (TSH) yang disekresikan oleh
kelenjar

hipofisis.

TRH

mempengaruhi

kelenjar

tiroid

anterior

untuk

meningkatkan sekresi TSH yang kemudiannya meningkatkan sekresi T3 dan T4


oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh
memberikan sinyal kepada hipotalamus untuk menghentikan sekresi TRH dan
kelenjar hipofisis untuk menghentikan sekresi TSH. Mekanisme timbal balik
negatif ini adalah untuk mempertahankan hormon tiroid yang bebas di dalam
cairan tubuh agar sentiasa berada dalam konsentrasi yang konstan (Guyton and
Hall, 2006).

Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid (Guyton and Hall, 2010).
2.2 Nodul Tiroid
2.2.1 Definisi
Nodul tiroid adalah pembengkakan yang dapat diraba dengan penampilan
yang normal. Biasanya pertumbuhan yang abnormal ini terletak pada ujung
kelenjar tiroid, sehingga dapat dirasakan seperti ada benjolan pada tenggorokan.
Apabila nodulnya besar dan terjadi pada pasien kurus, maka ia kadang terlihat
seperti ada benjolan di depan leher (Norman, 2012).
Menurut American Thyroid Association (2008), nodul tiroid dapat di
definisikan sebagai pertumbuhan abnormal yang kecil dan terbatas pada kelenjar
tiroid yang dapat menjadi neoplasma dan non-neoplasma.
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 5-7% orang dewasa menderita nodul tiroid
berdasarkan pemeriksaan klinik dan 30-50% daripada mereka memiliki lebih dari
satu nodul saat diperiksa dengan menggunakan USG. Sehingga, pada populasi
orang dewasa diperkirakan 10 juta hingga 100 juta menderita nodul tiroid yang
dapat diraba atau dilihat dengan menggunakan USG. Namun, hanya 30,000 kasus
baru kanker tiroid setiap tahun di AS (Jemal et al., 2006). Insidensi nodul tiroid
meningkat dengan usia, 50% dari orang berusia 50 tahun akan memiliki minimal
satu nodul tiroid, 60% pada orang berusia 60 tahun dan 70% pada orang yang
berusia 70 tahun (Norman, 2012).

10

Menurut American Cancer Society, statistik estimasi untuk nodul tiroid di


AS pada tahun 2013 adalah diperkirakan akan terdapat 60.220 kasus baru kanker
tiroid (45.310 wanita dan 14.910 pria) dan 1.850 kematian yang disebabkan oleh
kanker tiroid (1.040 wanita dan 810 pria). Kanker tiroid terdiagnosa pada usia
yang lebih muda dibandingkan dengan kanker yang lain. Hampir dua daripada
tiga kasus ditemukan pada pasien yang berusia di bawah 55 tahun dan hanya 2%
ditemukan pada anak anak dan remaja.
Peluang untuk terdiagnosa dengan kanker tiroid telah meningkat sejak
beberapa tahun terakhir dan dua kali lebih daripada tahun 1990. Ini disebabkan
meningkatnya penggunaan USG pada tiroid yang dapat mendeteksi nodul tiroid
yang kecil yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya (American Cancer
Society, 2013).
2.2.3 Faktor Risiko
Prevalensi nodul tiroid pada populasi tertentu tergantung kepada beberapa
faktor. Antaranya umur, jenis kelamin, diet, defisiensi iodin dan paparan radiasi
dari terapi dan lingkungan. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada wanita dimana
predisposisi ini muncul untuk semua golongan umur, penyakit nodular teraba
terjadi enam kali lebih sering pada remaja wanita dibandingkan dengan laki-laki.
Prevalensi nodul tiroid meningkat dengan usia, dengan nodul spontan terjadi
dengan kadar 0,08% pertahun pada usia muda dan meningkat sehingga dekade ke
delapan sehingga nodul tiroid dijumpai pada 5% orang yang berusia rata rata 60
tahun. Paparan radiasi pada kepala dan leher meningkatkan insidensi nodul tiroid,
sehingga prevalensi pasien nodul tiroid yang terpapar radiasi meningkat menjadi
16-31% dibandingkan dengan populasi umum (Daniel, 2013).

2.2.4 Klasifikasi

11

Nodul
neoplasma.

tiroid

diklasifikasikan

menjadi

nodul non-neoplasma

dan

Lesi non-neoplasma yang dapat ditemukan berupa nodul pada

kelenjar tiroid adalah: (1). Focal thyroiditis; (2). Dominant nodule in


multinodular goiter; (3). Agenesis of thyroid lobe; (4). Thyroid, parathyroid or
thyroglossal cyst; (5). Postsurgical remnant hyperplasia; dan (6). Rare: teratoma,
lipoma, hemangioma (Cooper et al., 2007).
2.3 Nodul Tiroid Neoplasma
2.3.1 Neoplasma Jinak (Adenoma)
Adenoma dapat terjadi karena adanya mutasi pada protein Ras dan
Phosphatidylinositol-3-kinase subunit (PIK3CA) atau terdapat fusi dari gen PAX8PPARG dimana semua keadaan ini memiliki alterasi genetika yang sama seperti
karsinoma folikuler. Adenoma juga bisa terjadi karena adanya mutasi somatik
pada TSH-receptor signaling pathway yang membolehkan sel folikuler untuk
mensekresi hormon tiroid tanpa perlu adanya stimulasi dari TSH yang akhirnya
menyebabkan hipertiroidisme (Maitra, 2010).
Adenoma pada kelenjar tiroid biasanya terpisah pisah, soliter dan dari
epitel folikuler, sehingga ia sering disebut adenoma folikuler. Secara umumnya,
adenoma bukanlah cikal bakal dari karsinoma, namun ia memiliki kelainan
genetik yang memungkinkan suatu nodul tiroid berubah menjadi karsinoma
folikuler. Walaupun sebagian besar adenoma bukan merupakan neoplasma yang
fungsional, terdapat sebagian kecil adenoma yang berupa fungsional dan
memproduksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala klinis tirotoksikosis
(Maitra, 2010).
Biasanya, adenoma berbentuk soliter, oval dan memiliki kapsul yang
membatasi adenoma dari parenkim tiroid yang mengelilinginya. Adenoma
berdiameter sekitar 3 cm, ukurannya juga dapat mencapai sampai lebih dari 10
cm. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan adenoma yang menonjol dan
menekan jaringan tiroid normal disekitarnya, berwarna putih keabuan hingga
merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi koloidnya (Maitra,
2010).

12

Gambar 2.4 Adeoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).


2.3.2 Neoplasma Ganas
Karsinoma tiroid jarang terjadi di AS, hanya 1,5% dari kanker lainnya.
Hampir semua karsinoma tiroid (selain karsinoma medulari) berasal dari epitel
folikuler tiroid, dan sebagian besar lesi ini berdiferensiasi baik (well-differentiated
lesions). Subtipe dari karsinoma tiroid adalah seperti berikut: (1). Karsinoma
papilari; (2). Karsinoma folikuler; (3). Karsinoma medulari; dan (4). Karsinoma
anaplastik (Maitra, 2010).
Patogenesis terbentuknya karsinoma karena adanya kelainan gen.
Terbentuknya karsinoma papilari, folikuler dan anaplastik disebabkan karena dua
hal yaitu terjadinya aktivasi pada jalur Mitogen Activated Protein (MAP) Kinase
dan jalur Phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K/AKT). Teraktivasinya kedua jalur
tersebut menyebabkan sel folikuler terus terstimulasi untuk melakukan
pertumbuhan, pembelahan dan proliferasi sel yang lama kelamaan akan
menyebabkan karsinoma (Maitra, 2010).
Karsinoma medulari terjadi karena adanya mutasi pada proto-onkogen Ret
yang menyebabkan terjadinya aktivasi yang berlanjutan dari reseptor tersebut
sehingga terbentuknya karsinoma (Maitra, 2010).

13

Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Keganasan Tiroid (Maitra, 2010).


2.3.2.1 Karsinoma Papilari
Karsinoma papilari merupakan kanker tiroid yang paling sering terjadi di
AS, dan merupakan 85% dari seluruh keganasan tiroid primer, dapat terjadi pada
semua kelompok umur, namun paling sering pada usia 25-50 tahun. Karsinoma
papilari juga merupakan karsinoma yang paling sering disebabkan karena paparan
radiasi ion (Maitra, 2010).
Karsinoma papilari adalah karsinoma yang soliter dan multifokal.
Sebagian tumor ini mempunyai batas yang tegas dan berkapsul, ada juga yang
menginfiltrasi parenkim di sekitarnya dengan batas yang tidak tegas. Lesi ini bisa
mengandung

fibrosis,

kalsifikasi

dan

kista.

Permukaan

tumor

kadang

menunjukkan fokus papilari (papillary foci), ini penting dalam mendiagnosa


karsinoma papilari (Maitra, 2010).

14

Gambar 2.6 Karsinoma Papilari dari Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).


2.3.2.2 Karsinoma Folikuler
Karsinoma folikuler diperkirakan 5%-15% dari kanker tiroid primer, lebih
sering terdapat pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 3:1, puncak
insidensi terdapat pada umur 40-60 tahun. Karsinoma folikuler sering terdapat di
daerah defisiensi iodin (25-40% dari kanker tiroid) (Maitra, 2010).
Karsinoma folikuler berupa nodul tunggal yang mempunyai infiltrasi yang
luas dan batas yang tegas sehingga sukar dibedakan dengan adenoma folikuler
pada pemeriksaan fisik. Lesi yang lebih besar dapat menginvasi kapsul sampai
jaringan di sekitar leher. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat warna keabuan,
coklat dan merah muda dan pada sebagian dijumpai bagian seperti gelatin karena
adanya folikel yang berisi koloid. Kadang-kadang dapat terlihat perubahan
degeneratif seperti fibrosis sentral dan kalsifikasi fokus (foci of calcification)
(Maitra, 2010).
2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik merupakan tumor yang tidak dapat dibedakan dari
epitel folikuler tiroid, insidensi sekitar 5% dari seluruh tumor tiroid. Karsinoma
anaplastik bersifat agresif dengan angka morbiditas mendekati 100%. Pasien
karsinoma anaplastik berusia lebih tua jika dibandingkan dengan pasien
karsinoma tiroid lainnya dengan umur rata rata 65 tahun. Hampir 15% dari
penderita karsinoma anaplastik mempunyai riwayat menderita karsinoma tiroid
yang berdiferensiasi baik, dan 15% ditemukan pada saat setelah melakukan
operasi (Maitra, 2010).

15

Neoplasma ini terdiri dari sel yang sangat anaplastik dengan morfologi
yang dapat dibedakan, antaranya: (1). Bentuk sel yang besar, sel raksasa
pleomorfik, kadangkala disertai sel raksasa multinukleus berupa osteoklas; (2).
Sel kumparan (spindle cell) dengan penampilan menyerupai sarcoma; dan (3).
Gabungan antara sel kumparan dan sel raksasa (Maitra, 2010).
2.3.2.4 Karsinoma Medulari
Karsinoma medulari merupakan neoplasma neuroendokrin yang berasal
dari sel parafolikular (sel C) kelenjar tiroid dengan perkiraaan 5% dari seluruh
neoplasma tiroid. Karena jenis karsinoma ini memproduksi kalsitonin, maka
sering terdapat peningkatan kadar kalsitonin darah yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis suatu kanker tiroid jenis medulari secara lebih dini, bahkan
sebelum benjolan dapat diraba oleh dokter atau pasien. Jenis ini tidak seganas
anaplastik, namun lebih ganas daripada jenis yang berdiferensiasi baik
(Djokomoeljanto, 2011).
Karsinoma medulari berspora dan soliter. Lesi yang besar biasanya berisi
daerah nekrotik dan pendarahan serta dapat meluas ke kapsul tiroid. Jaringan
tumor berwarna pucat keabuan sehingga coklat, dan berinfiltrasi (Maitra, 2010).
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada
leher bagian tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja.
Benjolan yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang
menyertainya misalnya; apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi
dan lingkungan pemukiman. Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi
terhadap organ atau jaringan sekitarnya dapat sebagai petanda. Pada tipe
anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan diikuti dengan adanya rasa
sakit terutama pada penderita usia lanjut. Tidak jarang penderita datang dengan
keluhan adanya perubahan suara, sulit menelan dan sesak nafas sebagai petanda

16

telah terjadi invasi kejaringan atau organ disekitarnya (nervus rekuren laringeus,
esofagus dan trakea) (Holzer, 2000).
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada kepala dan leher penderita. Normalnya,
saat menelan kelenjar tiroid akan bergerak, namun nodul pada tiroid akan tetap
statis pada tempatnya. Saat pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan ukuran dan
keadaan nodul, nodul tiroid bisa licin atau bernodul, difus atau terlokalisasi,
lembut atau keras, mobil atau imobil, dan dapat disertai nyeri atau nyeri tekan.
Penting untuk menentukan konsistensi nodul tiroid yang teraba saat palpasi karena
lebih keras nodul tersebut maka lebih tinggi risikonya terdiagnosa sebagai
karsinoma. Jika nodul menginvasi nervus laringeus maka pasien akan bersuara
serak (Christopher et al., 2006).
2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Pada kelenjar tiroid yang normal, kadar serum free thyroxin index (FTI)
dan T3 adalah normal. Jika kadar hormon tiroid menurun atau TSH meningkat,
curiga tiroiditis. Namun karena kadar hormon tiroid dapat meningkat dalam
pelbagai kondisi goiter, maka pemeriksaan fungsi tiroid tidak dapat menjadi
metode yang berarti dalam menentukan diferensial diagnosa (Maitra, 2010).
2.4.4 Ultrasonografi
Saat menemukan ada nodul tiroid maka nodul tersebut perlu dievaluasi.
The American Thyroid Association (ATA) Guidelines Taskforce menganjurkan
evaluasi nodul dengan menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul,
ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, karakteristik nodul bisa diketahui dengan
lebih jelas sehingga bisa dibedakan apakah nodul itu jinak atau ganas (Freeby and
Mc Connell, 2007).
Dengan pemeriksaan USG resolusi tinggi dalam populasi umum, nodul
tiroid dapat ditemukan sekitar 19-46% (Paresi et al., 2008). High frequency, realtime ultrasonography merupakan alat yang sangat sensitif untuk mengevaluasi

17

nodul pada tiroid. USG ini bisa mendeteksi metastasis kanker tiroid ke kelenjar
limfe, infiltrasi tumor kejaringan sekitar dan juga dapat dipakai untuk menuntun
jarum biopsi kearah yang tepat saat melakukan FNAB (Pang and Chen, 2007).
USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan relatif
murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani
evaluasi seluruh jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher
dengan USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam
tiroid, komposisi dalam nodul dan tanda ganas dalam nodul tersebut (Lang et al.,
2007). Ciri yang menunjukkan suatu keganasan adalah adanya mikrokalsifikasi,
tepi irregular dan aliran darah meningkat (Freeby and Mc Connell, 2007). USG
merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan akurat dalam medeteksi
metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid (Lang et al., 2007).
2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus
Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid yang ditemukan, maka langkah
yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB) (Ergete and Abede, 2002 ; Lang et al., 2007) yang merupakan metode
pemeriksaan yang akurat dan merupakan metode terpilih dalam mengevaluasi
kelainan kelenjar tiroid (Ergete and Abede, 2002) karena FNAB dapat
memberikan informasi yang spesifik mengenai komposisi seluler dari nodul tiroid
yang bisa megarahkan dokter dalam memutuskan penanganan yang tepat untuk
nodul tersebut (Lang et al., 2007).
FNAB merupakan metode pengambilan contoh sel dari nodul tiroid yang
praktis, cepat, akurat dan murah (Pang and Chen, 2007), dapat dilakukan dengan
tuntutan USG dan tehnik ini sudah terbukti data mengurangi hasil false negatif
dari 15% menjadi 3% (Lang et al., 2007). FNAB pada nodul tunggal sekitar 20%
tidak memberikan informasi (inkonklusif), problem yang sering dihadapi dalam
pemeriksaan FNAB adalah sulit membedakan antara follicular adenoma dengan
karsinoma tipe well differentiated (Paresi et al., 2008).
2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi

18

Biopsi pada kelenjar tiroid adalah suatu prosedur dimana diambil sejumlah
jaringan yang kecil pada kelenjar tiroid dan dilihat di bawah mikroskop untuk
menentukan apakah terdapat karsinoma, infeksi dan keadaa tiroid lainnya. Biopsi
terbuka adalah apabila pemeriksa melakukan insisi pada kulit untuk melihat
kelenjar tiroid tersebut. Ini dilakukan apabila semua diagnosa lain tidak dapat
menentukan penyebab dari tanda dan gejala pasien (American Cancer Society,
2013).
Selain menentukan ada tidaknya karsinoma pada sel, pemeriksaan
histopatologi juga dapat menentukan daerah primer atau sekunder dari karsinoma
tersebut. Setelah karsinoma terdiagnosa, ahli patologi akan menentukan seberapa
dekat sel tersebut menyerupai sel yang deasa dan sehat, yang disebut sel yang
berdiferensiasi baik. Sel karsinoma yang tidak menyerupai sel yang sehat atau
imatur dan primitif disebut sel yang tidak berdiferensiasi baik (National Cancer
Institute, 2012).

Anda mungkin juga menyukai