Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan dibuat biodiesel dengan bahan baku yang
digunakan adalah minyak jelantah. Sebelum melakukan proses pembuatan
biodiesel, terlebih dahulu minyak jelanta diuji kadar free fatty acids (FFA).
Pengujian kadar free fatty acids ini sangatlah penting. Hal ini dikarenakan,
melalui jumlah kadar free fatty acids atau asam lemak bebas yang terkandung
pada bahan baku minyak jelanta tersebut barulah dapat ditentukan jenis proses
apakah yang akan digunakan dalam pembuatan biodiesel tersebut apakah proses
esterifikasi ataupun transesterifikasi. Jika kadar asam lemak bebas yang
terkandung pada bahan baku minyak jelanta tersebut kurang dari lima persen
maka dapat dilakukan proses transesterifikasi secara langsung dan sebaliknya jika
kadar asam lemak bebasnya lebih dari lima persen, maka harus dilakukan dengan
proses transesterifikasi terlebih dahulu.
Dalam praktiknya pengujian kadar asam lemak bebas pada bahan baku
minyak jelanta tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan berdasarkan rujukan dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa kadar
asam lemak bebas yang terkandung pada minyak jelanta berkisar lebih dari 35 %.
Berdasarkan hal itulah maka proses yang dilakukan dalam percobaan ini didahului
dengan proses esterifikasi diikuti transesterifikasi. Pada tahapan proses esterifikasi
yang dilakukan digunakan katalis asam, hal ini bertujuan agar energi aktifasi
dalam proses dapat dikurangi sehingga proses dapat lebih cepat berlangsung, serta
penambahan katalis asam ini juga berpengaruh dalam peningkatan temperatur
proses. Pemilihan katalis asam juga dikarenakan kandungan dari bahan baku yang
banyak mengandung asam lemak bebas, jika katalis yang digunakan adalah katalis
basa maka hal ini akan mengakibatkan asam lemak bebas yang terkandung
didalam bahan baku yakni minyak jelantah tersebut akan bereaksi dengan katalis
basa tersebut sehingga akann menghasilkan senyawa sabun, jika hal ini terjadi
maka akan mempersulit proses pemisahan dari produk biodiesel yang diperoleh.
Proses pemanasan pada esterifikasi dilakukan pada temperatur 40 0C.
18

19

Hal ini berguna dalam reaksi pemutusan ikatan rantai panjang pada minyak jelanta
tersebut menjadi rantai-rantai trigliserida yang lebih pendek. Trigliserida inilah
yang kemudian akan bereaksi dengan metanol membentuk metil ester. Pada
dasarnya tahapan esterifikasi ini bertujuan untuk mengurangi kadar asam lemak
bebas yang terkandung dalam minyak jelanta, sehingga ketika direkasikan dengan
katalis basa dapat meminimalisir senyawa sabun yang terbentuk.
Pada proses transesterifikasi produk yang didapat dari esterifikasi
sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu, tujuan pemanasan ini agar reaksi dapat
berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam proses ini yakni katalis
basa NaOH. Dalam produk hasil esterifikasi yang diperoleh merupakan senyawa
trigliserida. Senyawa inilah yang akan dikonversikan menjadi metil ester dengan
mereaksikannya dengan metanol. penggunaan senyawa metanol dalam reaksi
pembentukan biodiesel ini dikarenakan pada senyawa metanol tersebut terdapat
gugus hidroksil atau OH-

yang nantinya ketika direaksikan dengan senyawa

trigliserida akan membentuk senyawa gliserol. Sehingga pada hasil akhir dalam
proses akan didapatkan dua senyawa utama yakni biodiesel dan gliserol.
Pemisahan yang digunakan untuk memisahkan biodiesel dan gliserol
yakni dengan menggunakan corong pemisah, namun hal ini dirasa kurang efektif,
maka dari itu digunakan air sebagai pencuci senyawa biodiesel tersebut.
Pemilihan air ini dikarenakan senyawa gliserol tersebut larut dalam air, sehingga
ketika pencucian dilakukan maka gliserol tersebut akan terbawa bersama-sama
dengan air, sehingga senyawa biodiesel yang diperolehh jumlahnya lebih murni
dibandingkan sebelum dilakukan pencucian. Namun untuk memperoleh biodiesel
yang lebih murni lagi, maka sisa-sisa air yang masih tertinggal saat pencucian
haruslah dihilangkan. Penghilangan kaadar air tersebut maka dilakukan dengan
pemanasan 1000C. Tujuan dari pemanasan ini agar kandungan air yang masih
terkandung pada biodiesel dapat menguap.
Temperatur proses yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi, hal ini
dikarenakan jika temperatur proses yang dilakukan sangat tinggi hal ini akan

20

mengakibatkan terjadinya degradasi senyawa biodiesel yang terbentuk sehingga


hasilnya menjadi tidak efektif, bahkan memiliki struktur yang tidak sama lagi.

BAB VI
KESIMPULAN
6.1.

Kesimpulam

1) Temperatur reaksi harus dijaga konstan pada range 65oC. Apabila temperatur
reaksi dinaikkan maka methanol yang digunakan akan menguap terlebih
dahulu sebelum sempat bereaksi dengan minyak.
2) Katalis tidak ditambahkan langsung pada saat direaksikan dengan minyak,
akan tetapi dihomogenkan terlebih dahulu dengan methanol sebelum akhirnya
dicampurkan dengan minyak yang telah dipanaskan hingga mencapai
temperatur stabil.
3) Semakin lama waktu reaksi yang biodiesel yang dihasilkan semakin banyak
karena waktu untuk minyak bereaksi dengan methanol semakin lama.
4) Pengaduk magnetik stirred digunakan untuk memastikan terjadinya reaksi
kimia di seluruh bagian wadah dan menghomogenkan senyawa yang
direaksikan
5) Esterifikasi berupa tahap konversi dari monosakarida (minyak nabati) menjadi
alkylester, melalui reaksi dengan alkohol dan menghasilkan produk samping
berupa air
6.2.

Saran
Sebaiknya temperature pada saat pemanasan tetap diperhatikan agar

metil ester yang dihasilkan lebih bagus.

21

Anda mungkin juga menyukai