Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ARDIANTA GEDE P
TRIGGER
Ny P usia 25 tahun G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu dating je rumah
sakit dengan keluhan keluar cairan bewarna keruh merembes dari jalan lahir sejak
kemarin pagi pasien mengatakan sejak keluar cairan dari jalan lahir Ny P tidak
beraktivitas berat pasien hanya tiduran sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya
demam, saat di RS hasil pemeriksaan perawat didapatkan TD=120/80mmHg
N=98x/mnt RR=18x/mnt Suhu=37C DJJ=120x/mnt pasien tidak merasakan adanya
his. Hasil pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warnanya keruh
pasien tampak tegang, penurunan kontraksi, pucat dan gelisah berdasarkan
anamnesa perawat pasien mengatakan jarang kontrol kehamilan ke puskesmas.
I.
Definisi
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
Epidemiologi
PROM
terjadi
sebanyak
4-14%,
sebanyak
30-40%
mengakibatkan
Etiologi
a. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan
selaput ketuban,
manyebabkan
selaput ketuban
menjadi
sulit
diketahui.
predisposisinya adalah:
Kemungkinan
yang
menjadi
factor
biochemical
processes,
including
disruption
of
collagen
within
the
extracellular matrix of the am- nion and the chorion and programmed death
-
disertai infeksi.
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian yang
terendah
yang
menutupi
pintu
atas
panggul
(PAP)
yang
dapat
FACTOR RASIKO
a. Usia ibu 20 tahun
Termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan uteros yang kurang
matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini
b. Pekerjaan
Pola Pekerjaan ibu hamil berpengaru terhadap kebutuhan energi. Kerja
fisik pada saat hamil yang terlalu berat dapat engakibatkan kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion. Hasil
penelitian menyatakan bahwa ibu yang bekerja 40 jak seminggu dapat
menyebabkan resiko besar 1,7 kali mengalami KPD (Nurhadi,2006)
c. Risk factors
Bacterial vaginosis
Multiple pregnancy
Polyhydramnios
Preterm contractions
VI.
MANIFESTASI KLINIS KETUBAN PECAH DINI
1. keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit /
2.
3.
4.
5.
banyak
dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi
janin mudah teraba
pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering
inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 )
VII.
his
belum
teratur
atau
belum
ada,
dan
belum
ada
uteri
ditekan,
penderita
diminta
batuk,
megejan
atau
bawah
Mikroorganisme
rahim
tersebut
dengan
bisa
flora
dengan
vagina
cepat
yang
menjadi
normal.
patogen.
sedikit.
Namun
sering
terjadi
kesalahan
pada
penderita
konservatif
belum
deksametason
inpartu
,
tidak
observasi
ada
infuksi.tes
tanda-tanda
busa
negative
infeksi,dan
beri
kesejahteraan
inpartu
,tidak
ada
infeksi.berikan
tokolitik
mempertahan
kehamilan
diantaranya
antibiotik
antibiotik
tidak
profilaksis
dapat
menurunkan
berfaedah
terhadap
janin
infeksi
dalam
pada
uterus
ibu.
namun
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi,
proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.
Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera
diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat
diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan
dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang
fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin
kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop
score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan
servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
ke
intrauterine,
korioamnionitis
(demam
>380C,
takikardi,
leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ
meningkat), endometritis
5) Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada
waktu lahir dan Premature.
6) Komplikasi infeksi intrapartum
a. Komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia,
atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki
vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.
X. Asuhan Keperawatan
A. pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny P
Usia
: 25 tahun
2. Keluhan utama
Ibu hamil anak pertama dengan usia kehamilan 37 minggu mengeluh
mengeluarkan cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak
kemarin pagi serta mengeluh demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat keturunan sindrom ehlers danlos atau tidak
4. Riwayat kehamilan sekarang
Berhubungan terhadap kehamilan yang terdapat infeksi , kelaina letak
kehamilan ganda
5. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola istirahat : sejak keluar cairan dari jalan lahir ny P tidak berani
beraktivitas berat hanya tiduran sepanjang hari
Pola nutrisis
dehidrasi
Pola kebersihan : personal hygiene yang kurang dapat menyebabkn infeksi
Pola aktivitas : pekerjaan yang berat atau terjadi trauma sat jatuh
Pola sexual : terlalu sering melakukan hubungan sexual
6. Pemeriksaan umum
Kesadaran : composmetis
Ttv : TD 120/80 mmhg
RR 18x/m
N 98x/m
S 37 C
A. Pemeriksaan penunjang
Hasil infeksi : keluar cairan keruh lewat vagina dengan warna keruh dengan
ph netral.
Pengkajian tambahan ubtuk pasien ketuban pecah dini
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu
-
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang
pernah hamil kembar/turunan kembar
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher.
-
Hidung
ada/tidaknya
pembengkakan
konka
nasalis.
Ada/tidaknya
hipersekresi mukosa
-
Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi.
b. Dada
Thorak
Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan tidak ada
retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24 x/menit. Iktus
kordis terlihat/tidak
c. Genitalia
-
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
b. Golongan darah dan factor Rh.
c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas
janin.
d. Tes verning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.
e. Ultasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung
janin, dan lokasi plasenta.
f.
B. Analisa Data
Data
Etiologi
DS :
-
Klien
mengeluh
Klien
mengeluh
merasa demam
-
DO :
-
Tampak
cairan
dari
jalan lahir
Cairan
berwarna
keruh dengan pH
netral
DS :
-
Resiko
proses persalinan
Stress
Ketuban bercampur
pH yang ada di vagina
Resiko gangguan
hubungan ibu/janin
KPD
Pasien
tidak
beranni
beraktivitas, hanya
tidur
gangguan
hubungan ibu/janin
merembes
-
Kekhawatiran akan
Masalah Keperawatan
Ansietas
DO :
Pasien
tampak
penurunan
tegang,
konsentrasi,
Kecemasan terhadap
kondisi janin
Ansietas
kehamilan
37
minggu
datang
RS
dengan
keluhan
ke
keluar
amnion
menunjukkan PH netral
berwarna
keruh,
suhu
Infeksi bakterial
Aktivasi monosit /
makrofag
IL I dan IL VI
Pengurangan kolagen
tipe III
Melemahnya selaput
ketuban
PROM
Resiko Infeksi
Resiko infeksi pada bayi
NOC
NIC
Keperawatan
Resiko
hubungan
b.d PROM
gangguan
ibu/janin
ibu
dan
janin
INTRAPARTUM
peruba
han
atau
klien
nyama
n
denga
n
keadaa
amnion
cervical
exam,
kajia
bukann
1 2 3 4 5
ada
status membrane
adanya
Indicator Stages
1. Tidak
1. Menentukan
2. Lakukan
MATERNAL
Labor suppression
3. Palpasi
posisi
fetus
4. Monitor DJJ
5. Diskusikan
untuk
bedrest
dan
pembatasan
aktifitas
selama
TTV
janin
sebelum diinduksi
2. Tentuakn
n
cairan
untuk
ketuba
induksi
indiksi
dilakuakn
n yang
merem
penggunaan
obat
bes
2. Pasien
pemberian oksitosin
IV dengan dokter
dapat
5. Monitor
meras
efek
akan
samping
adany
keberhasilan induksi
a his
4 = mild deviation from
normal range
FETAL
STATUS
INTRAPARTUM
Indicato
Stages
rs
1 2 3 4 5
1. DJJ
(120160
bpm)
2. Tidak
ada
perub
ahan
warna
cairan
amnio
n
4= mild
deviation
normal range
from
dan
Setelah
kesehatan
gelisah,
d.d
tegang,
penurunan
jam,
dlakukan
asuhan
ansietas
klien
berkurang dengan KH :
konsentrasi, pucat
ANXIETY LEVEL
Indicators
1. Assesses
for
verbal
and
non
verbal
signs
of
anxiety
2. Use
Stages
calm,
reassuring
1 2 3 4 5
1. Difficult
Anxiety Reduction
approach
3. Provide
factual
information
concent
concerning
rating
2. Panic
attack
3. Increase
diagnosis,
treatment
and
procedure
4. Encourage
pulse
to
rate
stay
family
with
patient
5. Teach
1. Severe
Resiko
infeksi
2. Substantial
use
3. Moderate
technique
4. Mild
relaxation
5. None
progressive
b/d
jam,
jalan lahir
patient
klien
RISK
terhindar
CONTROL
INFECTIOUS PROCESS
dari
to
distraction
and
Infection Control
1. Berikan
ruangan
khusus
untuk
meminimalkan
:
terjadinya infeksi
2. Batasi
pengunjung
jumlah
yg
masuk
Indicator
Stages
1 2 3 4 5
4. Mainta
in
gejala infeksi
4. Anjurkan
klien
untuk bedrest.
clean
5. Anjurkan
klien
enviro
untuk
nment
mengkonsumsi air
banyak
putih.
5. Takes
6. Ajarkan
immedi
untuk
ate
hygiene.
perineal
7. Berikan antibiotik,
action
jika diperlukan
to
8. Anjurkan
reduce
risk
6.
Uses
klien
untuk
univers
pasien
istirahat
dengan cukup
9. Ajarkan
al
untuk
precaut
meenjaga
ions
4 = often demonstrated
kebersihan
5=
kehamilan
demonstrated
consistently
perineal
10.Anjurkan
pasien
selalu
selama
pasien
untuk bedrest
DAFTAR PUSTAKA