Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT: Kebenaran Indrawi

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama
untuk menemukan, mengembangkan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran.
Problematik

mengenai

kebenaran

merupakan

masalah

yang

mengacu

tumbuh

dan

berkembangnya ilmu filsafat. Filsafat merupakan titik awal lahirnya ilmu, dengan mempelajari
filsafat makan seseorang akan mampu berfikir lebih mendalam tentang suatu hal sehingga
mampu menangkap makna dan kebenaran dari hal yang direnungkannya itu. Berdasarkan
tingkatannya, Kebenaran dapat dibedakan menjadi empat lapis; kebenaran indrawi, kebenaran
ilmiah, kebenaran filsafat, kebenaran religi. Pada makalah ini akan dibahas kebenaran indrawi,
bagaimana panca indra yang dimiliki manusia dapat mencari kebenaran, serta bagaimana panca
indra dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan.

B.

RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini dapat dirumuskan masalah sebagai beikut;

1.

Bagaimana mencari kebenaran dengan menggunakan panca indra?

2.

Bagaiman panca indra digunakan untuk memperoleh pengetahuan?

C.

TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat ilmu, makalah ini juga
dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaimana panca indra dapat digunakan untuk mencari
kebenaran, bagaimana panca indra dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan.

D.

SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun atas empat bab;

1.

Bab I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
sistemetika penulisan.

2. Bab II Landasan Teori, bab ini berisi mengenai materi yang menunjang dalam menjawab
permasalah pada latar belakang yang dirumuskan dalam rumusan masalah.
3.

Bab III Pembahasan, bab ini berisi mengenai pembahasan masalah dengan ditunjang materi
serta pandangan penulis.

4.

Bab IV Penutup, bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari
kajian materi ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan objek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan
manusia, manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus hakikat
kebenaran.
A.

PENGERTIAN KEBENARAN
Kebenaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): keadaan (hal dsb) yang cocok
dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya; sesuatu yang sungguh-sungguh (benar-benar) ada;
kelurusan hati; kejujuran. Berdasarkan tingkatannya kebenaran dapat dibagi menjadi empat:

1.

Kebenaran inderawi adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami
manusia

2.

Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh melalui kegiatan yang sistematik, logis,
dan etis

3.

Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang diperoleh melalui renungan mendalam untuk
mengolah kebenaran itu lebih tinggi nilainya

4.

Kebenaran religi adalah kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan
Keempat tingkatan kebenaran ini berbeda-beda, sifat dan kualitasnya, bahkan proses dan cara
terjadinya, disamping potensi subjek yang menyadarinya. Potensi subjek yang dimaksud ialah
aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu, misalnya tingkat kebenaran indra, potensi
subjek yang menangkapnya adalah indra.
Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebenaran itu,
membina dan menyempurnakan sejalan dengan kematangan kepribadiaanya. Ukuran
kebenarannya berdasarkan berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan
kebenaran, apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain, oleh karena
itu diperlukan suatu ukuran kriteria kebenaran. Dalam memperoleh kebenaran terdapat beberapa
upaya yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1.

Pendekatan Empiris
Manusia mempunyai seperangkat indera yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan
dunia nyata, dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya.

Kenyataan seperti ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh
melalui penginderaan atau pengalaman. Bagi yang mempercayai bahwa penginderaan
merupakan satu-satunyacara untuk memperoleh kebenaran disebut sebagai kaum empiris. Bagi
golongan ini, pengetahuan itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun
melalui pengalaman yang konkrit.
2.

Pendekatan Rasional
Cara lain untuk mendapatkan kebenaran adalah dengan mengandalkan rasio, upaya ini sering
disebut sebagai pendekatan rasional. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat
berpikir,sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia dapat menangkap ide atau prinsip
tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional.

3.

Pendekatan Intuitif
Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Misalkan

Seseorang

yang

sedang

menghadapi

suatu

masalah

secara

tiba-tiba

menemukan jalan pemecahan dari masalah yg dihadapi.


4.

Pendekatan Religius
Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal pikiran harus menyadari bahwa alam semesta
beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan. Upaya untuk memperoleh
kebenaran denganjalan seperti ini disebut sebagai pendekatan religious.

5.

Pendekatan Otoritas
Yang dimaksud dengan pendekatan otoritas ini adalah seseorang yang memiliki kelebihan
tertentu disbanding orang lain. Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa kekuasaan, kemampuan
intelektual, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya. Yang memiliki kelebihan-kelebihan
seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan
diterima sebagai suatu kebenaran.

B.

PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang
bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah hasil olah pikir manusia dalam merespons berbagai fakta atau gejala
atau fenomena yang dihadapinya yang disusun secara sistematis sehingga menghasilkan
konsep yang bermanfaat bagi penyelesaian suatu pekerjaan.
Berdasarkan terjadinya pengetahuan, pengetahuan dapat dibagi menjadi dua, pengetahuan apriori
atau aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui
pengalaman, pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman. Terdapat enam alat untuk memperoleh pengetahuan (Surajiyo, 2009: 55):
a.

Pengalaman indra

b.

Nalar

c.

Otoritas

d.

Intuisi

e.

Wahyu

f.

Keyakinan
Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap objek dari
luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi apabila ada keidaknormalan
dalam alat itu.
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan
maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.
Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan
melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu
rangsangan atau stimulus maupun untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan.
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan
umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu
yang disampaikan itu.

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan sangat sukar untuk
dibedakan dengan jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakan adalah
kepercayaan.
C.

TEORI-TEORI KEBENARAN
Terdapat beberapa teori kebenaran sebagai berikut (Jujun, 1984 : 55):

1.

Teori koherensi

2.

Teori korespondensi

3.

Teori pragmatis
Teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita
menganggap benar bajwa semua manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan yang benar,
maka pernyataan bahwa si Polan adalah seorang manusia dan si Polan akan mati adalah benar
pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan pertama. Matematikan adalah
bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.
Sistem matematika disusun di atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yakni
aksioma, dengan mempergunakan beberapa aksioma maka disusun suatu teorema, di atas
teorema maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan
sistem yang konsisten. Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.) mengembangkan
teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu
ukurnya.
Teori korespondensi, dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell (1872-1970). Bagi
penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang mengatakan bahwa Ibu Kota Republik
Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan objek
yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memeng menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
Sekiranya orang lain yang menyatakan bahwa Ibu Kota Republik Indonesia adalah Bandung
maka pernyataan itu adalah tidak benar, sebab tidak terdapat objek dengan pernyataan tersebut,

dalam hal ini maka secara faktual Ibu Kota Republik Indonesia adalah bukan Bandung
melainkan Jakarta.
Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi dan teori korespondensi, kedua-duanya
dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif
mempergunakan teori koherensi, sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk
pengumpulan fakta fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori
kebenaran pragmatis.
Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914), menurut teori ini, kebenaran
suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifa fungsional dalam
kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi
dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Sekiranya ada orang
menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik
Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X tersebut dianggap benar, sebab teori X
ini adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.
D.

INDERA
Indera atau indria merupakan

alat

penghubung/kontak

antara

jiwa

dalam

wujud

kesadaran rohani diri dengan material lingkungan, dalam ajaran Hindu indria ada sebelas macam
dan disebut sebagai eka dasa indriya. Lima macam indera berfungsi sebagai alat sensor
dalam bahasa Sansekertanya disebut panca budi indriya dan dalam bahasa Indonesia lebih
dikenal sebagai panca indera yaitu: alat pembantu untuk melihat (mata), alat pembantu untuk
mengecap (lidah), alat pembantu untuk membau (hidung), alat pembantu untuk mendengar
(telinga), dan alat pembantu untuk merasakan (kulit/indera peraba). Lima jenis lagi disebut panca
budi indria sebagai alat gerak yaitu tangan untuk mengambil, kaki untuk berjalan, anus untuk
membuang

air, mulut sampai hidung untuk

bicara-bernapas-makan, alat

kelamin untuk

menikmati hubungan kelamin. Indria yang kesebelas merupakan indera utama yang mengontrol
jalannya kesepuluh indera yang lain. Indera kesebelas ini adalah pikiran sebagai kendali segala
aktivitas diri (wikipedia).

BAB III

PEMBAHASAN
Kebenaran indrawi merupakan kebenaran yang paling sederhana, karena kebenaran ini hanya
melibatkan panca indra dalam mencari kebenarannya, pada umumnya manusia dalam menilai
sekelilingnya berdasarkan informasi inderawi seperti api, panas, batu, senjata, pohon dan
lain-lain. Kebenaran yang diperoleh cenderung bersifat kebenaran inderawi. Kebenaran ini
dapat dilakukan oleh semua orang. Kebenaran inderawi terkadang menyesatkan seperti
Gunung berwarna biru, bintang di langit kecil, tiang telepon bergerak ketika kita naik Kereta
Api Cepat., misal berdasarkan gambar 1
Gambar 1. Pensil dimasukan dalam gelas berisi air
Gambar 1 memperlihatkan pensil yang dimasukan ke dalam gelas, hasil yang terlihat adalah
pensil itu akan terlihat patah dilihat dari samping, jika langsung menggunakan kebenaran indra
tanpa mengkaji terlebih dahulu, maka akan didapatkan kebenaran berupa air yang dimasukan ke
gelas akan membengkokan pensil, padahal yang sebenarnya adalah pensil itu tidak bengkok.
Kebenaran inderawi kadang menyesatkan, untuk mengatasi hal ini diperlukan penalaran atau
berpikir untuk menguji kembali fakta-fakta inderawi, sehingga kebenaran yang didapatkan dari
panca indra itu dapat digunakan sebagai kebenaran. Fakta-fakta indra juga dapat menimbulkan
pengetahuan, berdasarkan cara memperoleh pengetahuan, indra dapat digunakan sebagai alat
untuk memperoleh pengetahuan, berupa pengalaman indra, seperti yang ditunjukan pada gambar
1, dari gambar tersebut dapat diketahui pensil terlihat bengkok, sehingga orang akan mengkaji
dan mencari kebenaran yang menyebabkan pensil itu terlihat bengkok, disana akan terlahir
pengetahuan yang menyebabkan pensil tersebut bengkok, berupa kerapatan benda, pengetahuan
berdasarkan pengalaman ini disebut pengetahuan aposteriori.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.

KESIMPULAN

1.

Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dengan objek, di mana persesuaian itu dapat
dikaji dan ditentukan ketepatannya dengan menggunakan indera yang dimiliki manusia.

2.

Kebenaran inderawi adalah kebenaran yang paling sederhana, kebenaran yang diperoleh
melalui panca indra kita dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

3.

Kebenaran inderawi kadang menyesatkan, untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan


penalaran atau berpikir untuk menguji kembali fakta-fakta inderawi.

4.

Fakta-fakta indra dapat menimbulkan pengetahuan, dengan cara mengkaji fakta-fakta yang
diperoleh dari kebenaran inderawi.

5.

Pengetahuan yang didapat dari pengalaman indera atau pengamatan empiris adalah
pengetahuan aposteriori.

B.

REKOMENDASI

1.

Bagi yang akan membahas kebenaran inderawi dibutuhkan kajian teoritis yang lebih luas,
sehingga mendapat kejelasan dari kebenaran inderawi ini.

2.

Bagi berbagai pihak kebenaran akan sesuatu hendaklah tidak dilihat hanya dari kebenaran
inderawi saja, karena kebenaran ini kadang menyesatkan, dibutuhkan pemikiran untuk menguji
fakta-fakta inderawi, karena yang terlihat tidak selalu seperti yang terlihat.

DAFTAR PUSTAKA
_________. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://kamusbahasaindonesia.org/kebenaran. (15 November 2011).
Anwar, Syaful. (2011). Riset Untuk Widyaiswara dan Penjabat Publik. [Online]. Tersedia:
http://www.bppk.depkeu.go.id/ webbc/images/stories/file/2011/artikel/ Riset% 20 Untuk
%20Widyaiswara%20d.pdf. (15 November 2011).
Gahral, Donny. (2011). Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan. Depok: Koekoesan.
Surajiyo, Drs. (2009). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Ilmu Dalam Prespektif. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai