Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 6:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

MUH. ASWAR ANAS


AULYA KARTINI D. KARRA
HAERUDDIN
DARMA RIYANI
KHUMAERAH
ANDI ARNIDA
KHUSNUL KHATIMAH

PENGERTIAN STANDAR
Menurut KBBI Versi online,Standar adalah ukuran tertentu yg dipakai sebagai
patokan; ukuran atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan lebih tinggi dari pada
hidup di kota Bandung; sesuatu yg dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sbg
ukuran nilai (harga): negara-negara tertentu memakai emas; baku: bahasa yg dipakai pd
surat kabar tertentu dapat dianggap telah ; sosial ukuran untuk memiliki, meneliti, dan
memilih sikap yg sebaik-baiknya untuk dipergunakan.
Standar didefinisikan sebagai : Suatu dokumen tertulis, yang naskah utamanya
berisi ketentuan-ketentuan yang menunjukkan persyaratan yang perlu ditaati, dan
secara umum tidak bertentangan dengan standar atau kode lain, atau bila diadopsi
menjadi ketentuan hukum tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Standaradalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yamg
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Slee, 1974).
Standar adalah kisaran, variasi yang dapat diterima yang dirancang secara
profesional berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan (Donabedian, 1981).
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guidlines, 1990).
Standar adalah pernyataan tertulis yang berisi spesifikasi atau rincian tentang
sesuatu hal khusus yang memperlihatkan tujuan, cita-cita, keinginan, kriteria, ukuran,
patokan, dan pedoman (Elly Erawati, dkk, 2010)

Tujuan
SAK
(Standar
Asuhan
Keperawatan):
SK
Dirjen
Yanmed:
YM.00.03.2.6.7637/1993
Menurut (Nursalam. 2009) Dari keempat standar yang ada, maka perawat yang
bertugas dipelayanan Rumah Sakit, baik pemerintah maupun negeri harus melaksankan
standar Asuhan Keperawatan yang ada di Rumah Sakit. Hal ini disahkan berdasarkan SK
Dirjen Yanmed: YM.00.03.2.6.7637/1993, disusun sebagai berikut:

Standar 1: falsafah keperawatan.


Standar 2: tujuan Asuhan Keperawatan.
Standar 3: Pengkajian Keperawatan.
Standar 4: Diagnosis Keperawatan.

Standar 5: Perencanaan Keperawatan.


Standar 6: Intervensi Keperawatan.
Standar 7: Evaluasi Keperawatan.
Standar 8: Catatan Asuhan Keperawatan.
Standar Intervensi keperawatan di Rumah Sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar
manusia yang dikemukakan oleh Henderson, terdiri atas 14 Kebutuhan Dasar Manusia:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Memenuhi kebutuhan Nutrisi, keseimbangan cairan, dan elektrolit.
3. Memenuhi kebutuhan Eliminasi.
4. Memenuhi kebutuhan Keamanan.
5. Memenuhi kebutuhan Kebersihan dan Kenyamanan fisik.
6. Memenuhi kebutuhan Istirahat dan tidur.
7. Memenuhi kebutuhan Gerak dan kegiatan jasmani.
8. Memenuhi kebutuhan Spritual.
9. Memenuhi kebutuhan Emosional.
10. Memenuhi kebutuhan Komunikasi.
11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis.
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses penyembuhan.
13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/ penyuluhan.
14. Memenuhi kebutuhan Rehabilitasi.

Komponen SAK (standar I-VI)


Berdasarkan surat keputusan DPP PPNI Nomor: 03/DPP/SK/I/1996, maka standar
Keperawatan di Indonesia diketegorikan menjadi 4 jenis standar, yaitu:
a. Standar pelayanan Keperawatan.
1) Standar 1: Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin
pemberian Asuhan Keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk
menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan di selruh institusi asuhan
atau pelayanan keperawatan.
2) Standar 2: divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang
memenuhi persyaratan dan anggota direksi.
3) Standar 3: kebijaksanaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan
keperawatan merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan agama,
sosial budaya, dan ekonomi diantara klien atau pasien di institusi pelayanan
kesehatan.
4) Standar 4: divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan
untuk merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu
klien/ pasien dalam konteks keluarga.

5) Standar 5: divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektivitas


praktik keperawatan.
6) Standar 6: divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program
pendidikan untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.
7) Standar 7: memprakarsai, memanfaatkan, dan berperan serta dalam berbagai
proyek penelitian untuk peningkatan asuhan keperawatan.
b. Standar Praktik Keperawatan.
1) Standar 1: pengumpulan data tentang status kesehatan klien atau pasien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh
dikomunikasikan dan dicatat .
2) Standar 2: diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan.
3) Standar 3: rencana asuahan keperawatan meliputi: tujuan yang dibuat
berdasarkan diagnosis keperawatan.
4) Standar 4: rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan,
tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan.
5) Standar 5: standar keperawatan memberi kesempatan klien/pasien untuk
berpartisipasi dalam peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
6) Standar 6: tindakan keperawatan membantu klien untuk mengoptimalkan
kemampuannya untuk hidup sehat.
7) Standar 7: ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan ditentuakan oleh
klien dan perawat.
8) Standar 8: ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah
untuk melakukan pengakjian ulang, pengaturan kembali urusan prioritas,
penetapan tujuan baru dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.
c. Standar Pendidikan Keperawatan.
1) Standar 1: lembaga pendidikan keperawatan berada dalam suatu institusi
pendidikan tinggi.
2) Standar 2: lembaga pendidikan keperawatan mempunayai falsafah yang
mencerminkan misi dari institusi induk dan dinyatakan dalam kurikulum.
3) Standar 3: lembaga pendidikan keperawatan konsisten dengan struktur
administratif dari institusi induk dan secara jelas menggambarkan jalur-jalur
hubungan keorganisasian, tanggung jawab dan kominikasi.
4) Standar 4: sumber daya manusia, finansial, dan material, dari lembaga
pendidikan keperawatan memenuhi persyaratan dalam kualitas maupun
kuantitas untuk memperlancar proses pendidikan.
5) Standar 5: kebijaksanaan lembaga pendidikan keperawatan yang mengatur
penerimaan, seleksi, dan kemajuan mahasiswa mencerminkan falsafah
institusi, dengan tetap berpedoman pada aturan yang berlaku bagi suatu
lembaga pendidikan tinggi.

6) Standar 6: lingkungan lembaga pendidikan keperawatan menjamin


terselenggaranya tri darma perguruan tinggi keterlibatan keprofesian dan
perkembangan kepemimpinan dari tenaga pengajar dan mahasiswa serta
memberi kesempatan pengembangan bakat dan minat mahasiswa
7) Standar 7 : penyelenggaraan pendidikan keperawatan menggunakan
kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan
dikembangkan sesuai dengan falsafah dan misi dari lembaga pendidikan yang
bersangkutan
8) Standar 8 : tujuan dan desain pendidikan keperawatan profesional
mencerminkan falsafah pendidikan keperawatan, mempersiapkan
perkembangan sikap dan kompetensi khusus bagi para lulusannya
9) Standar 9 : lembaga pendidikan keperawatan ikut serta dalam program
evaluasi internal dan eksternbal yang sistematis.
10) Standar 10 : lulusan program pendidikan keperawatan profesional
mengembang tanggung jawab profesional sesuai dengan persiapan tingkat
pendidikan.
d. Standar pendidikan berkelanjutan bagi perawat.
1. Standar 1 : seluruh organisasi dan administrasi dari unit penyelenggara
pendidikan berkelanjutan konsisten dengan falsafah maksud dan tujuan lembaga
penyelenggara, dan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan praktik
keperawatan dan pendidikan berkelanjutan yang dikeluarkan oleh organisasi
profesi keperawatan nasional
2. Standar 2 ; pemimpin tenaga kerja narasumber dan staf penunjang yang
berkualitas diikut sertakan dalam pencapaian tujuan unit penyelenggara
pendidikan berkelanjutan.
3. Standar 3: peserta didik berpartisipasi didalam mengidentifikasi kebutuhan belajar
mereka dan dalam merencanakan kegiatan pendidikan berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Standar 4: desain pendidikan berkelanjutan untuk setiap program terdiri atas:
pengalaman belajar yang terencana, terorganisasi dan dievaluasi berdasarkan
prinsip pendidikan orang dewasa.
5. Standar 5: sumber daya material dan fasilitas memadai untuk mencapai tujuan dan
melaksanakan fungsi unit penyelenggara pendidikan berkelanjutan.
6. Standar 6: penyelenggara pendidikan berkelanjutan menetapkan dan memelihara
sistem penyimoanan, pencatatan dan pelaporan.
7. Standar 7: evaluasi merupakan kendali mutu yang integral, kontinue, sistematis
pada unit penyelanggara unit pendidikan berkelanjutan disetiap program. Evaluasi
meliputi pengukuran dampak pada peserta didik dan bila mungkin pada organisasi
pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan evaluasi penerapan SAK

Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metodepelayanan


keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilainilaiyang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhankeperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.MPKP telah dilaksanakan
dibeberapa negara , termasuk rumah sakit di Indonesiasebagai suatu upaya
manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhankeperawatan melalui beberapa
kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatanprofesional yang sistematik. Penerapan
MPKP menjadi salah satu daya ungkitpelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat
menekankan kualitas kinerja tenagakeperawatan yang berfokus pada profesionalisme
keperawatan antara lain melaluipenerapan standar asuhan keperawatan.Standar
Asuhan Keperawatan merupakan pernyataan kualitas yang diinginkandan dapat dinilai
pemberian asuhan keperawatan terhadap klien.Untuk menjaminefektifitas asuhan
keperawatan pada klien, harus tersedia kreteria dalam areapraktek yang mengarahkan
keperawatan mengambil keputusan dan melakukanintervensi keperawatan secara
aman.adanya standar asuhan keperawatan dimungkinkan dapat memberikan kejelasan
dan pedoman untuk mengidenfikasiukuran dan penilaian akhir. Standar asuhan
keperawatan dapat meningkatkan danmemfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas
asuhan keperawatan.
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995) yang
terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO: joint commision on acreditation of health
care organisation (1999: 1; 4; 249-54) terdapat 8 standar tentang asuahan keperawatan
yang meliputi (Novulury, 1999; 1: 4:249-54):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menghargai hak-hak pasien.


Penerimaan sewaktu pasien masuk di rumah sakit
Observasi keadaan pasien
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif.
Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Daftar pustaka
Kamus versi online/daring (dalam jaringan) http://kbbi.web.id/standar-2 diakses pada tanggal 7
oktober 2014 pukul 13.00 wita.
Bustami. 2011. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dan akseptabilitasnya. Erlangga: Jakarta.

Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Salemba Medika: Jakarta.

1. Pengertian
a. MUTU
Berbicara tentang mutu, tentu tidak asig lagi bagi kita. Kita
sering menjumpai istilah mutu tidak hanya terpampang pada suatu
produk yang berbentuk barang, tetapi istilah mutu juga sering menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dengan pelayanan yang berbentuk jasa,
termasuk pelayanan kesehatan/keperawatan.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu
yang sedang di amati dan juga merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah di tetapkan Azwar (1996). Mutu adalah kepatuhan
terhadap standar yang telah di tetapkan (Crosby, 1984 dalam
Djuhaeni, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu
adalah suatu kondisi yang menggambarkan tingkat keesempurnaan
dari penampilan suatu poduk yang berupa barang atau jasa yang
dibuat berdasarkan standar yang telah ditetapkan guna menyesuaikan
dengan keinginan pelanggan, yang tujuan akhirnya adalah terciptanya
kepuasan pelanggan.
b. PELAYANAN
Pelayanan kesehatan merupakan bentuk jasa yang disediakan
oleh organisasi penyedia layanan kesehatan.Salah satu bentuk layanan
kesehatan diorganisasi penyedia layanan kesehatan adalah pelayanan
keperawatan.
Kotler (1997) menyataka bahwa pelayanan adalah suatu
perbuatan ketika seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada
kelompok/orang lain sesuatu pada dasarnya tidak berwujud dan
prroduksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk,
sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan merupakan
aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual
sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu
aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak
berwujud, namun dapat dinikmati atau dirasakan.
Muninjaya (2011) dan Tjiptono (2004) menyatakan bahwa
produk pelayanan mempunyai 4 karakteristik, anatara lain sebagai
berikut:

1) Intangibility (tidak berwujud)


Artinya, suatu pelayanan

Ciri mutu yang baik adalah tersedia dan terjangkau, tepat


kebutuhan, tepat sumber daya, tepat standar professional / etika profesi,
10

wajar dan aman, mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani. ( Sabarguna,
2005 )
Mutu adalah nilai kepatutan yang sebenarnya ( proper value )
terhadap unit pelayanan tertentu, baik dari aspek technical ( ilmu,
ketrampilan, dan teknologi medis atau kesehatan ) dan interpersonal ( tata
hubungan dokter pasien : komunikasi, empati dan kepuasan pasien ).
( Widayat, 2009 )
Mutu yang baik adalah tersedia dan terjangkau , tepat kebutuhan,
tepat sumber daya, tepat standar profesi / etika profesi, wajar dan aman,
mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani. (Sabarguna, 2006 )

Ciri-ciri mutu keperawatan yang baik antara lain: (1) memenuhi


standar profesi yang ditetapkan, (2) sumber daya untuk
pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisiensi dan efektif, (3) aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan, (4) memuaskan
bagi pasien dan tenaga keperawatan serta, (5) aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
DIMENSI MUTU
Mutu merupakan konsep yang komprehensif dan multidimensional. Lori Diprete
Brown et. Al. dalam QA Methodologi refirement series mengemukakan bahwa
kegiatan penjaminan mutu menyangkut satu atau beberapa dimensi mutu yaitu :
1. Kompetensi teknis yaitu berupa keterampilan, kemampuan dan penampilan
petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal
kepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi. Dimensi ini relevan untuk
pelayanan klinis maupaun non klinis. Kurangnya kompetensi teknis dapat

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

bervariasi dari penyimpangan kecil terhadap prosedur standar sampai


kesalahan yang besar dan terkait dengan efektivitas pelayanan
Akses terhadap pelayanan
Maksudnya adalah pelayanan kesehata tidak terhalang oleh keadaan
geografis, social dan budaya, ekonomi, organisasi, dan hambatan bahasa.
Akses georafis dapat diukur dengan jenis alat transportasi, jarak, waktu
perjalanan, dan hambatan fisik lain yabd dapat meghalangi pelanggan
memperoleh pelayanan kesehatan oleh pelanggan berkalitan dengan nilai
budaya, kepercayaan, dan perilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan
kemampuan yan pembiayaan terjangkau oleh pelanggan, akses organisasi
berkaitan dengan sejauh mana organisasi pelayananan kesehatan dapat
menjamin dan diatur untuk kenyamanan dan ketertiban pelayanan. Akses
bahasa dalam konteks pelayanan berarti pelanggan dapat memahami da
mengerti dengan jelas apa yang disampaikan oleh petugas dan pelanggan.
Efektivitas merupakan dimensi ketepatan yang akan menjawab pertanyaan
apakah prosedur atau pengobatan, bila diterapkan dengan benar, akan
memberikan hasil yang diinginkan ?!dan !apakah pengobatan dianjurkan
merupakan teknologi yang paling tepat untuk situasi ditempat ini ?!
Hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas dan
antara petugas dengan pasien atau masyarakat bentuk dari hubungan antar
manusia ini antara lain dapat berupa menghargai, menjaga rahasia,
menghormati, mendengarkan keluhan, responsive, dan memberikan
perhatian. Hubungan antar manusia yang baik akan memberian andil yang
besar dalam konseling yang efektif.
Efesiensi merupakan dimensi yang penting dari kualitas karena efesiensi
akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya
kesehatan pada umumnya berubah terbatas. Efesiensi merujuk pada
penggunaan tenaga, waktu, sarana atau alat, dan dana. Dalam istilah
ekonomi dikatakan bahwa dengan tenaga atau dana yang terbatas hasil
akan maksimal.
Kelangsungan pelayanan berarti pelanggan akan menerima pelayanan
lengkap yang dibutuhkan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi
yang tidak perlu. Dalam hal ini pelanggan juga harus mempunyai akses
rujukan untuk pelayanan spesialistis.
Keamanan. Berarti mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau
bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Apapun yang dilakukan
dalam pelayanan baik di puskesmas, rumah sakit, atau tempat pelayanan
lainnya harus aman dari bahaya yang mungkin timbul.
Kenyamanan. Merupakan dimensi mutu yang tidak berkaitan langsung
dengan efektivitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pelaggan
untuk mau dating memperoleh pelayanan berikutnya. Deimensi
kenyamanan berkaitan dengan penampilan fisik tempat pelayanan,
peralatan medis dan non medis, kebersihan, saranan yang tersedian dan
sebagainya.

Selain dimensi-dimensi ang dikemukakan diatas, berbagai dimensi dalam


versi lain bantak dikemukakan oleh para ahli mutu, Parasuraman, Zeithami,
dan Berry (1985) melalui penelitianna mengidetifikasi sepulu dimensi pokok,
yaitu daya tanggap, kehandalan, kompetesi, kesopanan, keamanan, dan
krealibilitas yang disatukan menjadi jaminan. Dimensi komunikasi, akses,
dan kemampuan memahami pelangan, keamanan, dari bukti fisik. Dimensi
komunikasi akses, dn kemampuan memahami elanggan digolongkan
sebagai empati. Akhirnya jadilah lima dimensi tama yaitu reliabilitas, daya
tanggap jaminan, empati, dan bukti fisik atau bukti langsung.
1. Reliabilitas adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,
tepat, dan memuaskan secara umum dimensi reliabilitas merefleksibilitas
konsistensi dan kehandalan dari penyedia pelayanan. Dengan kata lain,
reliabilitas berarti sejauh mana jasa mampu memberikan apa yang telah
dijanjikan kepada pelanggannya dengan memuaskan. Hal ini brkaitan
erat dengan apaka perusagaan instansi mmberikan tingkat pelayanan
yang sama dai waktu ke waktu. Apakah perusaan instansi memenuhi
janjinya, membuat catatan yang akurat dan melayani secara benar.
2. Daya tanggap yaitu keinginan para karyawan sta membantu semua
pelanggan serta berkeinginan dan melaksankan pemberian pelayanan
dengan tanggap. Dimenesi ini menekankan pada sikap dari penyedia jasa
yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan.
3. Jaminan artinya karyawan memiliki kompetensi kesopanan dan dapat
dipercata, bebas dari bahaya serta bebas dai risiko dan keragu-raguan.
Dimensi-dimensi ini mereflesika kompetesi perusahaan, dan keamanan
perasinya. Kompetesi ini berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan dalam hal memberikan jasa.
4. Empati dalam hal ini karyawan mampu menempatkan dirinya pada
pelangga, dapay berupa kemudahan dalam menjalin hungan dan
komunikasi termasuk perhatiannya terjadap para pelangganya, serta
dapat memahami kebutuan dari pelanggan. Dimensi ini menunjukkan
derajat perhatian yang diberikan kepada setiap pelanggan dan
merelefksikan kemampuan pekerja untuk penyelami perassan pelanggan
5. Bukti naik atau bukti langsung dapat berupa ketersediaan sarana dan
pasaranan termasuk alat yang siap pakai seerta penampilan kartawan
yang menyenangkan

Anda mungkin juga menyukai