komunikasi global. Di dunia usaha yang makin mengglobal, penggunaan bahasa Inggris oleh pelaku
bisnis lebih dirasakan sebagai suatu keharusan. Misalnya pekerjaan seorang akuntan dapat tertunda
karena komunikasi yang terbata-bata dengan klien dari negara lain. Contoh dalam lingkup Kantor
Akuntan Publik (KAP) misalnya kesempatan untuk bekerja sama dengan KAP internasional terancam
batal akibat tidak dapat menyediakan akuntan-akuntan yang bisa berbahasa Inggris.
Sedangkan tantangan dalam bentuk soft skills yaitu:
1. Mampu bekerja dengan karyawan dari berbagai negara. Ketika seorang akuntan bekerja di suatu KAP
internasional, maupun perusahaan dengan skala internasional, maka ia akan menghadapi teman kerja
yang sangat beragam. Akuntan, khususnya akuntan internal dalam suatu perusahaan tidak hanya
berhadapan dengan seorang akuntan. Ia akan berhadapan dengan departemen-departemen lain ketika
sedang menyusun laporan keuangan perusahaan. Keragaman dalam dunia kerja tersebut akan
mengganggu akuntan apabila ia tidak dapat bekerja-sama dengan karyawan dari negara lain. Dalam hal
mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut, akuntan dituntut untuk dapat bergaul dan berkomunikasi
dengan baik sehingga akan tercipta suasana kerja yang nyaman. Selain itu, akuntan juga dituntut mampu
mengerti dan menghormati satu sama lain.
2. Mampu menghadapi klien dari berbagai negara. Seorang akuntan publik yang ditugaskan untuk
melakukan audit atas sebuah perusahaan terbuka (klien) tentu harus mampu berkomunikasi dengan
manajemen dari perusahaan tersebut. Perusahaan asing yang memiliki cabang atau anak perusahaan di
Indonesia biasanya memiliki manajer-manajer yang berasal dari negara asal perusahaan tersebut (home
country). Agar dapat berkomunikasi dengan manajemen perusahaan tersebut, tentunya seorang akuntan
harus memahami karakteristik-karakteristik klien tersebut. Hal ini karena masing-masing klien dari
berbagai negara memiliki budaya yang berbeda-beda.
3. Memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Akuntan merupakan sebuah profesi yang kinerjanya dapat
diukur dengan seberapa cepat dan tepat laporan keuangan yang disajikan oleh akuntan agar laporan
keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Kecepatan dan ketepatan ini tidak akan terwujud
apabila akuntan tidak memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Ketika menghadapi klien dari negaranegara ASEAN, akuntan harus memperlihatkan disiplin dan etos kerja yang tinggi agar dapat bersaing
dengan akuntan di negara tersebut karena klien sangat menyukai akuntan yang cepat dan teliti.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam rangka MEA, maka seorang akuntan
harus dapat meningkatkan kemampuannya dalam bentuk hard skills maupun soft skills. Dalam bentuk hard
skills misalnya dengan mengikuti berbagai sertifikasi profesi akuntan yang diperlukan serta mengasah
kemampuan dalam menggunakan teknologi dan bahasa Inggris. Sedangkan dalam bentuk soft skills
misalnya dengan
mempelajari karakteristik-karakteristik budaya dan kepribadian masyarakat di negara yang dituju, saling
menghargai dan menghormati, serta memelihara sikap disiplin dalam bekerja.