Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIARE
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : KIE & Swamedikasi
Dosen Pengampu : Drs. Jamaluddin Al J Ef., Apt.
Disusun oleh:
Analistiana
NPM. 0540017912
Nurul Inayah
NPM. 0540018012
Ainal Hana
NPM. 0540018312
NPM. 0540018312
Kelas Farmasi A
Semester V
29
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Diare dengan
baik, untuk memenuhi tugas mata kuliah KIE & Swamedikasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah KIE & Swamedikasi yaitu bapak Drs. Jamaluddin Al J Elf., Apt yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan pengarahan dalam penyusunan makalah ini, dan
kepada teman-temanku yang selalu mendukung.
Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
29
Halaman
Cover.....................................................................................................................
Kata pengantar......................................................................................................
Daftar isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Maksud dan Tujuan.........................................................................
D. Manfaat...........................................................................................
E. Metode Penulisan............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................
B. Jenis Jenis Diare............................................................................
C. Faktor Faktor Pencetus Diare........................................................
D. Penyebab Diare.................................................................................
E. Gejala Penyakit Diare ......................................................................
F. Cara Penularan Diare........................................................................
G. Cara Pencegahan Diare.....................................................................
-
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tertier
BAB I
29
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal
berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku
dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut
belum memberikan hasil yang menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih
menduduki peringkat atas, khususnya di daerah-daerah miskin.
Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala buang air
terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa sembuh dengan sendirinya,
tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare jarang sekali yang berakibat kematian,
tapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama
muntah berak alias muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia,
artinya terjadi secara terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di
pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya
penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya
tidak melalui pengobatan medik. Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan
salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka kematian
akibat diare.
Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk
berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan
penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya
berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada
para penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare,
diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak,
leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD). Kelangkaan air bersih menjadi sebab
utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi
menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.
Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan
ini sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu, termasuk persepsi
individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika seseorang
mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan
dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar
29
tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada seluruh
aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini
adalah:
1. Apa diare itu?
2. Apa faktor pencetus diare?
3. Apa penyebab diare?
4. Bagaimana cara penularan diare?
1.3 Maksud dan Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun dirumuskan
guna memperoleh suatu deskripsi tentang:
1. Definisi Diare
2. Faktor pencetus diare
3. Penyebab diare
4. Cara penularan diare
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1.Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi mahasiswa mahasiswi yang ingin
memperdalam wawasan tentang masalah kesehatan, khususnya tentang penyakit diare
2.Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit diare.
1.5 Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan yakni dengan membaca
buku buku yang berkaitan dengan judul makalah. Dan mecari literatur- literatur di
internet.
29
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diare
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak
lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut juga
muntahber (muntah berak), muntah menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan
cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung
lendir dan darah, penderita telah mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat
terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak,
bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian besar diare
dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang
menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik
pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai
penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
1.2 Jenis-Jenis Diare
Berikut jenis-jenis diare yaitu antara lain :
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu
sebelum datang berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi
pada mukosa.
1.3 Faktor pencetus diare
Diare dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu :
29
Virus (penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus), dengan gejala :
Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.Virus
penyebab diare Viral gastroenteritis atau yang dikenal sebagai "stomach virus",
virus perut.
Bakteri,
Parasite (Giardiasis), dengan gejala : Berak darah dan lendir, sakit perut. perlu
antiparasite. Parasit cryptosporidium atau microsporidium menyebabkan diare yang
terjadi pada banyak Odha. Kejadian infeksi parasit ini sudah menurun di AS sejak
terapi antiretroviral (ART) dipakai.
E. Coli bacteria
2.
3.
Compylobacter bacteria
4.
Shigella bacteria
29
5.
Giardo parasite
6.
Cryptosporidium parasite
Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat menyebabkan diare.
Hal ini sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir, Kaletra, ddI, foskarnet,
tipranavir dan interferon alfa.
Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika Bila diare terjadi saat anak
sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
Alergi susu => Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan meminum susu yang
mengandung lemak atau laktosa diare biasanya timbul beberapa menit atau jam
setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk
yang terbuat dari susu sapi.
Alergi obat tertentu => Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima
oleh jaringan tubuh akan menyebabkan penyakit sampingan berupa diare.
6. Gangguan fungsi usus , misalnya Penyakit Intestinal, Penyakit inflamasi usus atau
penyakit abdominal dan gangguan fungsi usus lainnya, seperti sindroma iritasi usus
dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.
7. Adanya reaksi obat yang dapat menyebabkan diare, misalnya : Laksatif
penyalahgunaan obat-obatan pencahar sebagai obat menurunkan berat badan juga
menyebabkan diare, Antasida yang mengandung magnesium, Antineoplastik,
Antibiotik seperti klindamisin, tetrasiklin, sulfonamide dan beberapa antibiotic
29
Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit
kering
Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering, malas/tidak
bisa minum, kulit sangat kering
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan
tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan
alat-alat yang dipegang.
29
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab dan
lingkungan.
a. Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam
terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen,
sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga
orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang
hospes sementara penyakit.
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber
yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari
kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus
ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan
menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko
menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air besih.
b. Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat
kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah,
tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali
lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi.
c. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan
dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan
gizi. Metode penilaian tersebut adalah:
1) konsumsi makanan
2) pemeriksaan laboratorium
3) pengukuran antropometri
4) pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk
mendapatkan hasil yang lebih efektif.
29
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat
ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan
terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain
29
diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan
sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
H. Cara Menanggulangi Diare
Apabila seseorang terkena diare berarti jumlah cairan dalam tubuh yang dapat
diserap sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti cairan tubuh yang hilang
dengan minum bayak air dan oralit. Tindakan lain yang dapat dilakukan bila seseorang
terkena diare adalah:
Makan sup bening. Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi ASI boleh tetap diberikan
tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua kali lipat. Hindari
makanan padat ganti dengan bubur, roti ataupun pisang selama 1-2 hari.
Memeriksa penyebab diare sehingga terjadinya diare kembali dapat dihindari.
Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan.
Menjaga kebersihan diri, makanan yang akan dikonsumsi dan lingkungan.
Bila diare berlanjut lebih dari 2 hari, bila terjadi dehidrasi, feses berdarah, atau terusmenerus kejang perut periksakan ke dokter terutama bila terjadi pada anak-anak/bayi.
I.
dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi
sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit. Oralit merupakan salah satu cairan
pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan
elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolit yang ikut hilang bersama cairan.
1.
4g
0,7 g
29
ada
dehidrasi
Terapi
Umur < 11
Umur 1 - 4
Umur 5 12
tahun
tahun
tahun
Dewasa
(mencegah
100 mL
(0,5 gelas)
200 mL
(1 gelas)
300 mL
(1,5 gelas)
400 mL
(2 gelas)
1,2 L
(6 gelas)
2,4 L
(12 gelas)
dehidrasi )
Dengan Dehidrasi
Terapi B
300 mL
(1,5 gelas)
600 mL
(3 gelas)
Mengatasi
dehidrasi
100 mL
(0,5 gelas)
200 mL
(1 gelas)
300 mL
(1,5 gelas)
400 mL
(2 gelas)
Kegunaan oralit :
Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar
bersama tinja.
Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium
Sediaan yang beredar :
Oralit (Generik) serbuk (B), Alphatrolit (Pharma Apek) serbuk (B), Aqualyte
(Prafa) cairan (B)
Bioralit (Indofarma) serbuk (B), Corsalit (Corsa) serbuk (B)
29
b.
Kaolin
Indikasi : diare
Dosis : Dewasa 15-45 mL, Childn 6-12 thn 10-20 mL. Digunakan setelah setiap
buang air besar atau seperti yang diarahkan. Maksimal 2 hari.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Peringatan, interaksi : menurunkan absorpsi dan diflunisal,
azitromisin,
c.
Attapulgit (Magnesium aluminium silikat)
Indikasi : Gejala pengobatan diare nonspesifik.
Dosis : Dewasa 2 tab setelah buang air besar awal dan 2 tablet setelah buang air besar
berikutnya, dosis harian maksimum 12 tab. Anak-anak 6-12 thn dosis dewasa, dosis
harian maksimal 6 tab.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Kontra indikasi : GIT lesi pulmonalis. Demam tinggi.
29
Terapi khusus : Terapi tidak boleh melebihi 2 hari atau demam. Anak-anak < 6
tahun. Insufisiensi ginjal parah.
Interaksi obat : Dapat mempengaruhi penyerapan GI dari tetrasiklin.
Sediaan yang beredar : Biodiar (Novartis Indonesia) tablet 600 mg (B), Neo
Koniform (Konimex) Kaptab 600 mg; Tablet 600 mg(B), Tapulrae (Lapi) Tablet
600mg (B)
d.
Karbo adsorben
Kegunaan : mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja, menyerap
racun pada penderita diare
Perhatian : penderita harus meminum oralit karena obat ini bukan pengganti oralit,
tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun.
Aturan pakai :
29
e.
Loperamid hidroklorida
Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-anak lebih
4 tahun; diare kronik hanya pada dewasa.
Peringatan, kontraindikasi : kram abdomen dan reaksi kulit termasuk urtikaria;
ileus paralitik dan perut kembung.
Dosis : diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air besar.
Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis
tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan
setelah 48 jam.
Kategori pada kehamilan : B
Sediaan yang beredar : Bidium (Bima Mitra) tablet 2 mg (K), Diadium (Lapi)
tablet Ss. 2 mg (K), Imodium (Johnson and Johnson Indonesia) tablet Ss. 2 mg (K),
Imomed (Medikon) tablet Ss. 2 mg (K), Imore (Soho) tablet Slp. 2 mg (K), Lodia
(Sanbe) tablet 2 mg (K), Lomodium (Prafa) tablet Ss 2 mg (K), Lopamid (Harsen)
tablet Ss. 2 mg (K), Mecodiar (Mecosin) tablet 2 mg (K), Midix (Itrasal) kapsul 2 mg
(K), Normotil (Pharos) tablet Ss. 2 mg (K), Primodiar (Sekar Mirah) tablet 2 mg
(K), Tanitril (Darya Varia) tablet Ss. 2 mg (K), Tracodia (Yekatria) tablet (K),
Trifadium (Trifa Raya) tablet 2 mg (K), Vialop (Rama) tablet Ss. 2 mg (K), Xepare
(Mestika) tablet 2 mg (K).
f.
Co-Fenotrop
Komposisi : difenoksilat hidroklorida dan atropine sulfat
Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut; kolitis ulseratif ringan dan
kronis
Peringatan, Kontraindikasi, Efek samping : anak-anak terutama rentan terhadap
overdosis dan gejala-gejala mungkin tertunda sehingga pengamatan dilakukan paling
tidak selama 48 jam setelah penggunaan; adanya dosis subklinis atropine dapat
menimbulkan efek samping atropine pada individu yang rentan atau pada overdosis.
29
Interaksi :
Alkohol : menaikkan efek sedative dan efek hipotensif
Antibakteri : kadar plasma siprofloksasin
Antidepresan : eksitasi atau depresi SSP (hipertensi atau hipotensi) apabila
menerima MAOI (termasuk moklobemid)
Antiulkus : simetidin menghambat
metabolism
analgetik
opioid
g.
Bismuth subsalisilat
Indikasi : Pengobatan gejala diare akibat racun dan virus. Meredakan gangguan
pencernaan, mulas, mual.
Dosis : Dewasa 1 - 2 tab sekaligus. Max: 11 tab sehari. Anak-anak 9-12 thn - 1
tab, max: 5 tab sehari, 6-9 tahun tab, max: 4 tab sehari.
Kontraindikasi : Anak yang baru saja sembuh dari cacar air atau flu, hipersensitivitas
terhadap aspirin, neonatus, lemah dan pasien geriatri.
Efek yang tidak diinginkan : Lidah dan feses berwarna gelap
Interaksi obat : Doxycycline.
Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Kategori pada kehamilan : C
Sediaan yang beredar : Scantoma (Tempo Scan Pasific), Stobiol (Pharos)
29
a.
b.
Anyelir (Dianthus superbus)
Kandungan Kimia
Daun dan bunga anyelir mengandung alkaloida dan saponin, di samping itu bunganya
juga mengandung flavonoida dan minyak atsiri.
Khasiat
Daun dan bunga anyelir berkhasiat sebagai obat diare, penenang dan anti radang.
Untuk obat diare, daun anyelir segar sebanyak 60 gram, dicuci, direbus dengan 400
ml air dingin diminum sekaligus. sampai mendidih selama 15 menit, disaring, setelah
Lakukan pengobatan sebanyak 3 kali sehari. Sedangkan untuk obat pusing, bunga
anyelir segar sebanyak 10 gram, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian direndam
dalam 200 ml air mendidih seiama 10 menit, disaring, setelah dingin diminum.
29
c.
Familia : Palmaceae
Kandungan Kimia :
Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin
atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan zat kimia lain yang
menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun yang dihasilkan oleh
bakteri pada usus. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa
antara lain asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau
potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula
yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah
kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram.
Cara Pemakaian :
Air kelapa muda 400mL, 400mL air matang, 1 sdm gula batu,1/4 sdt garam. Cara
membuatnya yaitu dengan mencampurkan semua bahan terebut. Diminum sebanyak
mungkin (baik untuk anak-anak ataupun dewasa).
29
Kandungan Kimia :
Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin, sedang pada
bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain
kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Mekanisme tanin sebagai antidiare
berdasarkan kemampuannya sebagai adstringensia, menciutkan selaput dinding usus.
Quersetin dan glikosida quersetin yang dapat menghambat kontraksi spontan
ileumdan sekresi asetilkolin lambung penyebab diare, sehingga diare dapat teratasi
dengan cepat. Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan
protein.
Cara Pemakaian:
Daun jambu biji yang masih muda dan segar 3 lembar, garam secukupnya. Cara
membuat dan mengkonsumsinya yaitu dengan melumat di mulut daun jambu biji yang
telah dicuci bersih dan garam (disatukan), Lalu ditelan. Dilakukan 2x sehari untuk
anak usia 6-12 tahun.
29
Contoh sediaan :
Diarfit (Griya Herba)
Komposisi :
Tiap kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan :
1 gr simplisia Psidium guajava follum 311,65 mg
1 gr simplisia Nigella Sativae semen 267,12 mg
1 gr simplisia Curcuma domestica rhizome 127 mg
Aturan Pakai :
Diminum 3x sehari 1-2 kapsul.
Khasiat :
Membantu mengurangi frekuensi buang air besar
* Simpan ditempat yang kering. Jauhkan dari jangkauan
anak-anak
PERINGATAN DAN PERHATIAN !
* Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5th dan
penderita harus minum oralit
* Bila dalam penggunaan 3hari tidak sembuh hubungi
29
29
Contoh sediaan :
Kapsul daun salam (Prima Agritech Nusantara)
Komposisi :
Syzygium Polyantum folium 100 g
Aturan Minum :
3 x 2 kapsul/hari
Khasiat :
Membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi
frekuensi buang air besar yang berlebihan
menurunkan gula darah, mengobati maag.
29
Contoh sediaan :
Kapsul kunyit putih (An-Nuur)
Komposisi :
Kunyit putih 300 mg
Khasiat:
Mengatasi penyakit kewanitaan seperti keputihan, kanker
payudara, kanker rahim, dan mencegah penuaan dini serta dapat
membunuh bakteri.
Aturan Pakai:
pengobatan : 3 x 3 kapsul / hari
Pencegahan : 3 x 1 kapsul / hari
teh direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian air rebusannya
diminum selagi hangat.
Aturan pakai
: dua kali sehari
29
unsur lainnya. Disamping itu juga terdapat asam silikat, tannin dan glikosida.
29
Cara penggunaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan terjadi
berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari-hari). Diare dapat terjadi pada siapa saja, baik
dewasa maupun anak-anak. Penyakit diare ini tidak tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak
diatasi dengan baik akibatnya sangat berbahaya bagi tubuh, bahkan bisa menyebabkan
kematian. Menurut WHO, Diare menyebabkan kematian hingga 2 juta anak didunia setiap
29
tahunnya.
Begitu
berbahayanya
penyakit
ini
sehingga
orang
tua
harus
waspada. ????????????????????
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat desa x agar lebih memperhatikan kesehatan nya
serta didukung oleh pelayanan dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas jeuram sehingga mampu merubah kebiasaan prilaku yang tidak baik, dan lebih
memperhatikan sanitasi lingkungan mereka.??????????????????????
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, Elin Y. 2009. ISO Farmakoterapi. Ed. II. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta. 349353, 372-377.
2. Tan HT, Rahardja K. 1993. Swamedikasi. Gramedia. Jakarta, 101-109, 111-118.
3. Holt GA dan Edwin LH. 1986. The Pros and Cons of Self-medication. Dalam Journal of
Pharmacy Technology, September /October: 213-218. Available as PDF file
4. McEwen J. 1979. Self-medication in The Context of Self-care: A review. Dalam: nderson,
J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on Self Care, London: MTP
Press Limited Lancaster, 95-111. Available as PDF file
5. Rosenstock IM. 1974. The Health Belief and Preventive Health Behavior. Health
Education Monograph, 2(4): 354. Available as PDF file
6. Tan HT, Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Ed. V. Gramedia. Jakarta, 270-294.
9. http://www.mims.com/
29
29