PENDAHULUAN
antara lain
dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat
dengan dosis konstan, menghindari metabolisme lintas pertama di hati,
cara
penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat. (1)
Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang
diinginkan dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat,
dan target penghantaran obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari
pemberian obat secara transdermal adalah obat dapat berpenetrasi ke jaringan
kulit dan memberikan efek terapeutik yang diharapkan.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Dermis
berbentuk
tonjolan-tonjolan.
Lapisan
ini
yang
memberikan
Akar rambut
Pembuluh darah
Syaraf
Kelenjar minyak (glandula sebasea)
Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi
melindungi tubuh dari pengaruh suhu luar
3) Hypodermis
Hipodermis terletak di bawah dermis. hipodermis atau subkutan
jaringan lemak mendukung dermis dan epidermis. Ini membawa pembuluh
darah utama dan saraf pada kulit dan mungkin berisi tekanan sensorik
organ. Untuk pengiriman obat transdermal, obat harus menembus melalui
semua tiga lapisan dan jangkauan ke sistemik sirkulasi sedangkan dalam
kasus obat topical pengiriman penetrasi hanya melalui stratum korneum
adalah retensi penting dan kemudian obat dalam lapisan kulit yang
diinginkan Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi
sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan
menahan panas tubuh.
Pyrrolidones.Solvents
seperti
alkohol,
Etanol,
Keterangan
Shelf life
Ukuran patch
Frekuensi dosis
Estetika
Pengemasan
Hingga 2 tahun
< 40 cm2
Sekali sehari sampai seminggu sekali
Warna bening, coklat atau putih
Mudah dilepaskan dari relaese liner dan langkah yang
Reaksi kulit
Pelepasan
Dosis
Waktu paruh
Berat molekular
Bioavaibilitas
Indeks terapi
bersama
dengan
lapisan
perekat.
Lapisan
perekat
bertanggung jawab untuk pelepas obat. Patch ini juga memiliki kapallapisan sementara dan dukungan permanen.
3. Sistem Reservoir
Dalam sistem ini reservoir obat tertanam antara lapisan kedap
dukungan dan membran mengendalikan tingkat. Obat melepaskan
hanya melalui tingkat membran pengendali, yang dapat berpori mikro
atau non berpori. Dalam kompartemen wadah obat, obat bisa dalam
bentuk larutan, suspensi, gel atau tersebar dalam matriks polimer
padat. Hypoallergenic perekat polimer dapat diterapkan sebagai
permukaan luar membran polimer yang kompatibel dengan narkoba.
4. Sistem Matrix
a. Obat dalam sistem perekat
Pada tipe ini reservoir obat dibentuk dengan mendispersikan obat
dalam polimer perekat dan kemudian menyebarkan perekat
polimer obat oleh pengecoran pelarut atau peleburan (dalam kasus
perekat panas meleleh) pada lapisan backing kedap. Di atas
reservoir, lapisan polimer perekat unmediated diterapkan untuk
tujuan perlindungan.
b. Sistem matriks - dispersi
Pada tipe ini obat ini tersebar merata dalam matriks polimer
hidrofilik atau lipofilik . Obat ini berisi disk polimer tertuju pada
sebuah pelat dasar oklusif dalam kompartemen dibuat dari obat
dukungan lapisan kedap air . Alih-alih menerapkan perekat di
5. Sistem Microreservoir
Pada tipe ini sistem pengiriman obat adalah kombinasi dari waduk dan
sistem matriks - dispersi . Wadah obat dibentuk dengan terlebih
dahulu menangguhkan obat dalam larutan polimer yang larut air dan
kemudian menyebar solusi homogen dalam polimer lipofilik untuk
membentuk ribuan terjangkau, bola mikroskopis waduk obat .
Dispersi ini termodinamika tidak stabil distabilkan cepat dengan
segera silang polimer in situ dengan menggunakan agen silang.
2.2.3. Keuntungan dan Kerugian Transdermal Drug Delivery System (TDDS)(1)
a. Kelebihan Transdermal Drug Delivery System (TDDS)
parenteral.
Penghantaran obat dapat dikontrol dan diperpanjang.
Mudah digunakan dan dilepas.
Kepatuhan pasien dan penerimaan pasien sangat baik.
Dapat digunakan untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit.
dan
menghindari
Hanya bisa digunakan untuk obat dengan potensi tinggi (dosis kecil)
Dapat terjadi dose dumping
Patch tidak boleh digunakan pada tempat yang sama terus menerus
konsentrasi.
Lokasi Kulit
Permeabilitas tiap kulit di tubuh bervariasi bergantung pada
ketebalan dan sifat stratu corneum dan densitasnya yang
berpengaruh pada kecepatan absorpsi obat.
Contohnya: sistem transdermal Hyoscine digunakan di kulit
postauricular (belakang telinga) untuk memasukkan obat ke dalam
aliran darah karena lapisan stratum corneum tipis dan kurang rapat,
lebih banyak kelenjar keringat dan sebaseous per unit area dan
banyak kapiler.
Umumnya kulit wajah lebih permeabel dibandingkan bagian tubuh
lainnya.
Metabolisme Kulit
Kulit memetabolisme hormon-hormon steroid, karsinogen kimia
dan beberapa obat. Metabolisme ini dapat menentukan efikasi
b. Faktor Fisikokimia
Hidrasi Kulit
Ketika air menjenuhkan kulit, jaringan akan mengembang,
melembut dan permeabilitasnya meningkat. Hidrasi dai stratum
corneum adalah faktor paling penting dalam peningkatan kecepatan
penetrasi dari substansi yang berpermeasi ke kulit. Hidrasi
dihasilkan dari air yang berdifusi dari lapisan epidermal atau dari
perpirasi
yang
terakumulasi
setelah
penggunaan
pembawa
antara keduanya.
Konsentrasi Obat
Permeasi obat biasanya
mengikuti
hukum
Fick,
untuk
Koefisen Partisi
Obat harus memiliki nilai K optimal (yang rendah) sehingga dapat
larut dalam air sehingga dapat berpatisi dengan baik ke dalam
lapisan tanduk. Campuran kosolven polar seperti campuran
propilen glikol dengan air, dapat menghasilkan larutan jenuh obat
dan memaksimalkan gradien konsentrasi melalui stratum corneum.
Aktivitas permukaan dan miselisasi mempengaruhi penghantaran
transdermal.
Ukuran dan Bentuk Molekul
Molekul kecil berpenetrasi lebih cepat dibandingkan dengan
berukuran besar.
corneum,
epidermis
dan
dermis,
masuknya
molekul
kedalam
rambut, kelenjar minyak, maaupn kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan
luas permukaan di antara keempatnya.
Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi, pecah pecah, dan lainlain) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari pada
kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan
pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak
dianjurkan karena absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi. Di antara faktor
faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan antara lain:
1. Sifat fisiko kimia obat
2. Sifat pembawa
3. Kondisi kulit
4. Uap air
2.5. Penghantaran Obat secara Transdermal(5)
Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu
inovasi dalam sistem penghantaran obat modern untuk mengatasi problem
bioavailabilitas obat tersebut jika diberikan melalui jalur lain seperti oral.
Obat yang diberikan secara transdermal masuk ke tubuh melalui
permukaan kulit yang kontak langsung dengannya baik secara transeluler
maupun secara inter seluler. Inovasi penghantaran obat ini memiliki
keunggulan dibandingkan jalur panghantaran obat yang lain, di antaranya:
1. Meminimalisaasi ketidakteraturan absorbsi dibandingkan dengan jalur
oral yang dipengaruhi oleh pH, makanan, kecepatan pengosongan
lambung, waktu transit usus, dll
2. Obat terhindar dari first passed effect
3. Terhindar dari degradasi oleh saluran gastro intestinal
4. Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan (missal reaksi alergi,
dll) pemakaian dapat dengan mudah dihentikan
5. Absorbsi obat relatif konstan dan kontinyu
6. Input obat ke sirkulasi sistemik terkontrol serta dapat menghindari
lonjakan obat sistemik
7. Relatif mudah digunakan dan dapat didesain sebagai sediaan lepas
terkontrol yang digunakan dalam waktu relatif lama (misalnya dalam
bentuk transdermal patch atau semacam plester)sehingga dapat
meningkatkan patient compliance.
Mengingat
syarat
keidealan
tersebut,
maka
sistem
penghantaran
Delivery
System
yang
digunakan
untuk
Delivery
System
perawatan
sindrom
postmenopause
6. Fentanyl-releasing Transdermal Drug Delivery System (Duragesic)
yang
digunakan
kanker(Patel, 2011)
untuk
perawatan
analgesik
pada
penderita
BAB III
PEMBAHASAN
Salah contoh sediaan transdermal drug delivery system adalah nikoniko
yang digunakan untuk terapi memberhentikan kebiasaan merokok. Nikotin adalah
bahan kimia adiktif dalam tembakau. Nikotin patch merupakan obat yang
digunakan untuk mengatasi kecanduan merokok. Nikotin patch dikenal pada awal
tahun 1990an dan berhasil digunakan oleh jutaan orang untuk membantu mereka
agar dapat berhenti merokok.
Nikotin patch tidak dapat dilepas, harus dipasang sepanjang hari sebagai
pengganti rokok. Beberapa produk perlu diganti setiap 24 jam sekali. Beberapa
produk hanya digunakan selama beraktivitas dan dilepas selama tidur. Pemakaian
patch nikotin dapat mengurangi beberapa gejala utama kecanduan rokok, seperti
gugup, mudah marah, mengantuk, dan kurang konsentrasi.
Nikotin patch didesain untuk melepaskan sejumlah dosis nikotin ke dalam
aliran darah sehingga dapat mengurangi keinginan terhadap rokok. Nikotin
menembus kulit dan masuk kedalam aliran darah. Patch memberikan kadar
nikotin yang lebih sedikit dalam darah dari pada ketika menggunakan rokok.
Sediaan nikotin patch berguna untuk mengurangi withdrawal symptom yang
dialami oleh seseorang ketika mencoba berhenti merokok, meliputi iritabilitas,
rasa cemas, restlessness, marah, dan sulit berkonsentrasi. Nikotin patch tidak
memiliki zat berbahaya seperti karbon monoksida, tar dan komponen lain yang
ada pada rokok.
Terdapat 3 dosis sediaan nikotin patch yang dikelompokkan berdasarkan
berapa banyak jumlah nikotin yang diabsorbsi dalam 24 jam. Dosisnya adalah 21
mg perhari (langkah 1), 14 mg perhari (langkah 2), dan 7 mg perhari (langkah 3).
Frekuensi penggunaan nikotin patch adalah satu kali sehari, antara 16 sampai 24
jam dalam sehari. Sediaan tersebut dapat digunakan pada lengan bagian atas atau
bagian tubuh yang lain. Setiap harinya, patch harus digunakan pada tempat yang
berbeda untuk mencegah terjadinya iritasi.
Mekanisme biofarmasi dari nikotin patch adalah sebagai berikut: zat
pembawa dari patch nikotin akan mengalami liberasi dan berpartisi ke stratum
corneum. Zat pembawa akan berikatan dengan matriks lipid yang ada di stratum
corneum. Selanjutnya nikotin lepas dan berdifusi ke dalam viabel epidermis. Pada
viabel epidermis terjadi proses disolusi kemudian berdifusi kembali nikotin ke
dalam dermis sehingga terjadi absorbsi dan masuk ke sirkulasi darah dan
menghasilkan efek. Setelah diabsorbsi nikotin yang terdapat di sirkulasi darah
langsung mengalami ekskresi.
Salep ketokonazol adalah salah satu contoh obat topikal konvensional.
Salep ketokonazol digunakan pengobatan topikal infeksi dermatofit kulit.
Mekanisme biofarmasi dari salep ketokonazol adalah zat pembawa dari slaep akan
mengalami liberasi dan berpartisi ke stratum corneum. Zat pembawa akan
berikatan dengan matriks lipid yang ada di stratum corneum. Selanjutnya
ketokonazol lepas dan berdifusi ke dalam viabel epidermis. Pada viabel epidermis
terjadi proses disolusi kemudian berdifusi kembali ketokonazol ke dalam dermis
sehingga terjadi absorbsi. Kemudian ketokonazol akan terlokalisasi di jaringan
target dan menghasilkan efek farmakologi. Ketokonazol yang berada pada
jaringan target akan didistribusikan
Perbedaan dari obat konvensional dan transdermal drug delivery system
adalah obat pada transdermal, setelah diabsorbsi obat yang terdapat di sirkulasi
darah langsung mengalami eliminasi. Sedangkan pada obat pada pemberian
topikal, obat yang berada pada jaringan target akan di distribusikan kemudian
masuk ke aliran darh setelah itu baru mengalami eliminasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar D, dkk. 2010. A Review: Transdermal Drug Delivery System : A Tool
For Novel Drug Delivery System. International Journal of Drug
Development & Research Volume 3.
2. Gaikwad A. 2013. Transdermal Drug Delivery System: Formulation Aspects
and Evaluation. Comprehensive Journal of Pharmaceutical Sciences Vol
1(1)
3. Yadav. 2013. Theoretical Aspects Of Transdermal Drug Delivery System.
Bulletin of Pharmaceutical Research 2013;3(2):78-89.
4. Bhura, dkk. 2012. Transdermal Drug Delivery System: A Review. The
Pharma Inovation Vol.1 No 4.
5. Moulika, dkk. 2011. Transdermal
Drug
Delivery
System:
On