Anda di halaman 1dari 10

No.

ID dan NamaPeserta :
No. ID dan NamaWahana:
Topik: Appendisitis Akut
Tanggal (kasus) :16 Desember 2014
Nama Pasien :Tn. KJS
Tanggal presentasi : 17 Januari 2015

/ dr. Anggun Erwintasari Abadi


/ Poliklinik Bedah RSUD Klungkung Kab. Klungkung
No. RM : 141108
Pendamping: dr. I Wayan Nadi

dr. Kadek Bayu Adhy Candra


Tempat presentasi: Ruang Pertemuan RSUD Klungkung Kab. Klungkung
Obyek presentasi : Anggota Komite Medik & Dokter Intersip RSUD Klungkung Kab.
Klungkung
Keilmuan
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
1. Deskripsi: Pasien laki-laki 22 tahun, datang ke

Penyegaran
Tinjauan pustaka
Masalah
Istimewa
Dewasa
Lansia
Bumil
poliklinik bedah dengan keluhan nyeri perut

kanan bawah sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut awalnya dirasakan di
daerah ulu hati dan hilang timbul. Nyeri kemudian dirasakan di perut kanan bawah dan terusmenerus dengan VAS: 8.
Demam juga dirasakan oleh pasien. Demam muncul bersamaan dengan nyeri perut yang
terjadi. Pasien sudah minum obat paracetamol untuk meredakan keluhan panas badannya
tersebut.
Pasien juga mengalami mual dan muntah. Muntah sebanyak dua kali dan berisi makanan.
Karena mual dan muntah tersebut nafsu makan pasien menurun.
Buang air kecil tidak ada keluhan, namun pasien tidak dapat buang air besar sejak nyeri
dirasakan.
Tujuan: menegakkan diagnosis penyakit
Bahan
Tinjauan
Riset
bahasan:
Cara

pustaka
Diskusi

membahas:
Data Pasien:
Nama klinik

Presentasi

Kasus
dan E-mail

Audit
Pos

diskusi
Nama: Tn. KJS
No.Registrasi: 141108
Poli Bedah RSUD Klungkung

Kab. Klungkung
Data utama untuk bahan diskusi:
2. Pasien laki-laki 22 tahun, datang ke poliklinik bedah dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut awalnya dirasakan di daerah ulu
hati dan hilang timbul. Nyeri kemudian dirasakan di perut kanan bawah dan terus-menerus
dengan VAS: 8.
1

Demam juga dirasakan oleh pasien. Demam muncul bersamaan dengan nyeri perut yang
terjadi. Pasien sudah minum obat paracetamol untuk meredakan keluhan panas badannya
tersebut.
Pasien juga mengalami mual dan muntah. Muntah sebanyak dua kali dan berisi makanan.
Karena mual dan muntah tersebut nafsu makan pasien menurun.
Buang air kecil tidak ada keluhan, namun pasien tidak dapat buang air besar sejak nyeri
dirasakan.
1. Riwayat pengobatan: Tidak pernah berobat sebelumnya
2. Riwayat kesehatan/penyakit: Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti
ini sebelumnya. Riwayat penyakit DM, hipertensi, asma, jantung dan riwayat operasi
sebelumnya disangkal.
3. Riwayat keluarga: Riwayat penyakit di keluarga seperti DM, hipertensi, asma, jantung

juga tidak ada.


4. Riwayat sosial: Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien memiliki kebiasaan

makan makanan tinggi lemak, pedas, dan asam.


5. Lain-lain:
Daftar Pustaka:
a. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;2011.hal
755-64
b. Williams B, Schizas A. Management of Complex Appendisitis. Elsevier.2010. Surgery

28;1. 544-548.
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis penyakit
2. Memberikan penanganan pada pasien

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif:
Pasien laki-laki 22 tahun, datang ke poliklinik bedah dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut awalnya dirasakan di daerah ulu
hati dan hilang timbul. Nyeri kemudian dirasakan di perut kanan bawah dan terus-menerus
dengan VAS: 8.
Demam juga dirasakan oleh pasien. Demam muncul bersamaan dengan nyeri perut yang
terjadi. Pasien sudah minum obat paracetamol untuk meredakan keluhan panas badannya
tersebut.
Pasien juga mengalami mual dan muntah. Muntah sebanyak dua kali dan berisi makanan.
Karena mual dan muntah tersebut nafsu makan pasien menurun.
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik:
- Tanda vital TD : 120/80 mmHg, N: 96 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 37,2 oC.
- Kepala: normocephali
- Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Telinga: sekret (-)
- Hidung : sekret (-), deformitas (-)
- Tenggorokan: hiperemis (-), tonsil T1/T1
- Gigi dan mulut: oral hygiene baik
- Leher: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
- Thorax : simetris kiri-kanan, palpasi tidak ditemukan kelainan, perkusi sonor kirikanan
Jantung: S1 S2 reguler, murmur (-)
Paru: Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen
Inspeksi: datar, ascites (-)
Palpasi: nyeri tekan McBurney (+), Rovsing sign (+), defans muscular (+), psoas sign
(-), obturator sign (-), hepar dan lien sulit dinilai karena nyeri.
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
- Ekstremitas: akral hangat, edema -/-, CRT <2 detik
Pemeriksaan penunjang:
- Darah Lengkap
Leukosit : 18,7 x 103
Hb : 16,0
PLT: 370
Neutrofil: 7,20 x 103 (77%)
Limfosit: 5,4 x 103 (44%)
Monosit : 0,4 x 103 (1,9%)
3

Rectal Touche:
Tonus sphincter ani kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin, tidak teraba benjolan, pole atas
prostat teraba, terdapat kesan nyeri pada jam 10, feses tidak terdapat lendir atau darah.
3. Assessment (penalaran klinis)
Appendisitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut dari appendiks dengan gejala nyeri
perut kanan bawah disertai demam, anoreksia dan leukositosis. Appendisitis akut merupakan
penyebab tersering dari nyeri akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan segera.
Beberapa posisi appendiks yang umum ditemukan adalah:
1. Retrosekal (74%)
2. Pelvikal (21%)
3. Parasekal (2%)
4. Subsekal (1,5%)
5. Preileal atau retroileal (1%)
6. Post ileal (0,5%)
Letak appendiks sangat mempengaruhi gejala klinis dan hasil pemeriksaannya, seperti
appendiks letak retrosekal akan memberikan gejala klinik nyeri punggung, appendiks letak
pelvikal akan memberikan gejala nyeri suprapubik, dan appendiks letak retroileal dapat
memberikan gejala nyeri testicular.
Ada 2 faktor utama sebagai penyebab timbulnya apendisitis akut:
1. Faktor obstruksi: makanan biji-bijian, fekolith, parasit
2. Faktor infeksi: organisme E.coli, streptokokus faecalit, Bacteroides sp.
Manifestasi klinis appendisitis akut antara lain:
1. Nyeri perut : merupakan keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh pasien.
Karakteristik nyeri perut appendisitis adalah muncul mendadak yang kemudian nyeri
dirasakan samar-samar dan tumpul. Nyeri awalnya merupakan nyeri visceral di daerah
epigastrium di sekitar umbilicus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intra luminer
appendiks. Dalam beberapa jam nyeri ini akan berpindah ke perut bagian kanan bawah di
titik Mc Burney ini dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya karena merupakan
nyeri somatik. Nyeri somatik ini timbul akibat kontak appendiks yang meradang dengan
ujung saraf di peritoneum. Nyeri perut akan memberat saat pasien batuk atau berjalan.
2. Mual dan muntah: gejala ini timbul sebagai akibat obstruksi pada appendiks. Mual dan
muntah biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan atau anoreksia.
3. Demam: demam biasanya terjadi pada pasien, namun pada beberapa pasien datang
dengan demam yang tidak begitu tinggi atau subfebril (<38C). apabila pasien datang
dengan demam yang sangat tinggi maka kemungkinan telah terjadi perforasi.
4. Konstipasi atau diare
Diagnosis appendisitis akut ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (tanda-tanda khas

appendisitis) dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis ditemukan manifestasi klinis


appendisitis. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda-tanda khas appendisitis antara lain:
Nyeri tekan titik Mc Burney

Nyeri apabila dilakukan penekanan di titik McBurney, yaitu


pada 1/3 lateral dari garis antara spina iliacca anterior
superior (SIAS) dan umbilicus.

Rovsings sign

Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran


kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan

Psoas sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan


ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada
kanan bawah

Obturator sign

Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi


internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina

Ten Horn sign

Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda


spermatic kanan

Dunphys sign

Pertambahan nyeri pada testis kanan bawah dengan batuk

Kocher sign

Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium kemudian


berpindah ke kuadran kanan bawah

Sitkovskiy

(Rosenstein)s Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan

sign

bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Blumberg sign

Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran


kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba.

Dari auskultasi abdomen sering ditemukan bising usus yang menurun karena terjadi ileus
paralitik. Pemeriksaan penunjang kurang bermakna pada diagnosis appendisitis karena
penegakan diagnosis umumnya cukup berasal temuan klinis. Pemeriksaan darah lengkap
dapat membantu untuk menunjukkan adanya tanda-tanda inflamasi secara umum, yaitu
adanya leukositosis.
Selain temuan klinis dan laboratorium, dapat digunakan alat bantu untuk diagnosis
5

appendisitis akut, yaitu Alvarado score.


The Modified Alvarado Score

Skor

Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut 1


kanan bawah
Mual-muntah

Anoreksia

Nyeri di perut kanan bawah

Nyeri lepas

Demam di atas 37,5 C

Leukositosis

Hitung jenis leukosit shift to the left

Total

10

Interpretasi dari Alvarado Score:


1-4 : bukan appendisitis akut
5-7 : sangat mungkin appendisitis akut
8-10: pasti appendisitis akut
Penatalaksanaan pada appendisitis akut apabila diagnosis sudah ditegakkan adalah
appendiktomi sesegera mungkin karena penundaan tindakan bedah dapat mengakibatkan
perforasi atau abses.

Appendisitis

Kecurigaan appendisitis
akut
Tanda klinis dan
pemeriksaan fisik
Tidak jelas
Penyakit
lain
Observasi
Tindakan

Appendiktom
i
aktif
Bagan 1. Pengelolaan
pasien tersangka
appendisitis
akut. yang sesuai
USG dan
Lab

Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat dilakukan pencucian
rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara mudah serta
pembersihan kantong nanah. Akhir-akhir ini, mulai banyak dilakukan pengelolaan
appendisitis perforasi dengan laparoskopi appendiktomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen
dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh dibandingkan
laparotomi terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan secara
kosmetik lebih baik.

Laparoskopi apendiktomi dapat dilakukan dengan beberapa teknik insisi:

Gambar 1. Macam-macam insisi appendiktomi.


Beberapa persiapan operasi yang dapat dilakukan adalah pemberian medikamentosa pre
7

operatif yaitu antibiotik spektrum luas, analgetik, dan resusitasi cairan adekuat. Pada
appendisitis tanpa komplikasi tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada appendisitis
gangrenosa atau perforata.
Pembahasan
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 22 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 8 jam SMRS. Nyeri muncul tiba-tiba dan dirasakan terus-menerus. Berdasarkan
keluhan tersebut maka dapat dipikirkan suatu nyeri abdomen akut. Untuk menegakkan
penyebab dari nyeri abdomen akut maka terlebih dahulu harus diketahui lokasi nyeri yang
dirasakan pasien. Berdasarkan lokasi nyeri maka dapat ditentukan beberapa diagnosis
banding penyebab nyeri abdomen akut.

Gambar 2. Diagnosis banding nyeri abdomen akut berdasarkan lokasi nyeri


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya sempat mengalami nyeri perut di
daerah periumbilical yang dirasakan hilang timbul dan kemudian berpindah ke perut kanan
bawah yang dirasakan terus-menerus. Perpindahan nyeri perut dari daerah periumbilical ke
perut kanan bawah ini sangat khas pada kasus appendisitis. Pada pasien juga ditemukan
keluhan anoreksia, mual, muntah dan demam yang umumnya ditemukan pada appendisitis.
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan beberapa tanda khas pada appendisitis. Pemeriksaan
8

rectal touche dapat menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat dicapai dengan jari telunjuk.
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital TD : 120/80 mmHg, N: 96 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 37,8 oC.
Abdomen
Inspeksi: datar, ascites (-)
Palpasi: nyeri tekan McBurney (+), Rovsing sign (+), defans muscular (+), psoas sign
(-), obturator sign (-), hepar dan lien sulit dinilai karena nyeri.
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal

Rectal Touche:
Tonus sphincter ani kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin, tidak teraba benjolan,
pole atas prostat teraba, terdapat kesan nyeri pada jam 10, feses tidak terdapat lendir
atau darah.
Pemeriksaan penunjang:
- Darah lengkap (16-12-2014):
Leukosit : 18,7 x 103
Hb : 16,0
PLT: 370
Neutrofil: 7,20 x 103 (77%)
Limfosit: 5,4 x 103 (44%)
Monosit : 0,4 x 103 (1,9%)
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya leukositosis (18.700). Pada hitung
jenis leukosit ditemukan adanya shift to the left. Pada pasien tidak dilakukan foto polos
abdomen dengan alasan foto polos abdomen hanya dilakukan jika hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik meragukan untuk menegakkan diagnosis appendisitis akut.
Pada pasien juga dilakukan penilaian dengan menggunakan Alvarado Score dan didapatkan
skor 9 sehingga kemungkinan besar pasien mengalami appendisitis akut.
DIAGNOSIS BANDING
1. Appendisitis Akut
2. Crohns Disease
3. Meckels Diverticulosis
4. Plan
Diagnosis: Appendisitis Akut

Terapi:
Pro appendiktomi cito
Ceftriaxone 1x2 gram (iv)
Ketorolac inj 3x30 mg
IVFD Nacl 20tpm
9

Kontrol:
Kegiatan
Periode
Kontrol
luka
bekas 3 hari sekali
operasi, kepatuhan minum
obat.
Perkembangan penyakit
Nasihat

Tiap kunjungan
Tiap kali kunjungan

Hasil yg diharapkan
Pasien teratur minum obat
sesuai
dosis
yang
ditetapkan
dan
rutin
kontrol luka bekas operasi
ke poliklinik.
Mengalami perbaikan
Rutin kontrol sesuai waktu
yang ditetapkan, tidak
menghentikan obat secara
tiba-tiba, konsul kembali
jika timbul efek samping
yang mengganggu dan
mengurangi aktivitas atau
hal
yang
dapat
meningkatkan
tekanan
intraabdomen agar jahitan
bekas operasi tetap intak.
Klungkung, 17 Januari 2015

Peserta

dr. Anggun Erwintasari Abadi

Pendamping

dr. I Wayan Nadi

10

Anda mungkin juga menyukai