Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR
2.1
Persamaan akustik bawah air diturunkan dari persamaan state, persamaan kekekalan
massa (persamaan kontinuitas) dan persamaan kekekalan momentum. Adapun
persamaan akustik bawah air adalah persamaan gelombang berikut ini.
2
2 p1
2 p1
c
=
o
t 2
x 2
(2.1)
Dimana :
p1 = Tekanan (Pa)
Kecepatan suara di bawah air laut menentukanbanyak perilaku transmisi suara di laut.
Kecepatan suara dari permukaan sampai dasar laut sangat bervariasi. Secara empiris
kecepatan suara c merupakan fungsi dan temperatur T, salinitas S dan kedalaman z.
Kecepatan suara ini bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya. Variasi kecepatan
suara terhadap kedalaman dinamakan Sound Velocity Profile (SVP). SVP dapat
diperoleh dengan observasi hidrografi berupa pengukuran temperatur, salinitas dan
kedalaman.
Tabel 2.1 berikut ini adalah tiga persamaan empiris kecepatan suara yang hanya
dipengaruhi oleh temperatur T, salinitas S dan kedalaman z, dimana tidak ada faktor
lain yang mempengaruhinya baik itu kecepatan arus laut maupun faktor fisik lainnya.
(dikutip dari Urick, Robert J.,Principles of Underwater Sound, 3rd edition, new York,
1983).
2- 1
Persamaan
Kecepatan Suara
Leroy
Medwin
Mackenzie
2.3
T z3
Teori Ray
Teori Ray merupakan metode yang efektif untuk penerapan propagasi akustik pada
medium nonhomogen seperti dilautan. Teori ray ini erat kaitannya dengan pengaruh
refraksi akustik bawah air dengan diketahui profil kecepatannya. Teori ray ini umum
digunakan pada optika dasar yang digambarkan sebagi garis lurus sebagai arah dari
perambatan cahaya. Perhitungan garis-garis yang aktual/nyata sebagai pembentukan
dari muka gelombang pada setiap titik disuatu medium tertentu dinamakan Ray
Tracing.
Ketika kecepatan akustik bervariasi terhadap kedalaman, medium tersebut dapat
dibagi-bagi menjadi lapisan-lapisan horisontal yang tak terhingga jumlahnya dan
masing-masing dapat diasumsikan sebagai lapisan homogen. Hal ini dengan tujuan
untuk memperhitungkan perambatan gelombangnya. Hukum Snellius memegang
peranan yang sangat penting sebagai syarat batas bagi tiap-tiap lapisan. Hukum
Snellius menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sudut gelombang yang
terbentuk dengan kecepatan suaranya untuk media yang mempunyai lapisan dengan
kecepatan konstan, seperti Gambar 2.1, atau dapat ditulis pada persamaan (2.2).
(2.2)
Dimana c1, c2 dan c3 adalah kecepatan akustik pada tiga lapisan medium 1, 2 dan 3
adalah sudut inklinasi dari ray akustik. Dan a merupakan sebuah konstanta.
Tugas Akhir Ami Amalia Agung (15503007)
2- 2
Gambar 2.1 Pembelokan gelombang suara pada sebuah medium yang berlapis
Pengertian yang lebih sederhana tentang hukum Snellius dapat diilustrasikan seperti
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.
2- 3
c1
c
= 2
cos1 cos 2
c
1 = 1
f
c
2 = 2
f
maka
AB =
(2.3)
1
2
=
cos 1 cos 2
Dalam suatu medium dimana media kecepatan suara berubah linear terhadap
kedalaman, lintasan ray adalah lengkungan dari sebuah lingkaran dengan jari-jari
konstan (dikutip dari Urick, Robert J.,Principles of Underwater Sound, 3rd edition, new
York, 1983, halaman 124) seperti ditunjukan pada Gambar 2.4. Radius dari lintasan
tersebut adalah R dan perbedaan kedalaman dari titik P1 dan P2 dinyatakan dengan
z.
2- 4
Gambar 2.4 Busur lingkaran pada sebuah medium dimana kecepatan perambatan
suara adalah fungsi linier terhadap kedalaman.
Kecepatan akustik dalam berpropagasi dari titik P1 ke P2 dapat dinyatakan pada
persamaan (2.4).
c1 = c0 + gd1
c2 = c0 + gd2
dan
c -c
d 2 d1 = R (cos 2 cos 1 ) =2 1
g
(2.4)
cos1 =
c1
c0
c
cos 2 = 2
c0
(2.5)
Dengan mengeliminasi d2-d1 dan cos 2 maka lintasan ray antara P1 dan P2 dapat
digambarkan dengan sebuah kelengkungan lingkaran dengan besar jari-jari R dan
ditunjukan pada persamaan (2.16).
2- 5
R=-
c0
g
(2.6)
Sehingga
x = x 2 x1 = R(sin 2 sin 1 )
(2.7)
s = s2 s1 = R( 2 1 )
(2.8)
Gambar 2.5 Pola propagasi suara bawah air pada medium dengan kemiringan
kecepatan suara (gradien) positif.
Gambar 2.6 Pola propagasi suara bawah air pada medium dengan kemiringan
kecepatan suara (gradien) negatif.
2- 6
TL = 10log
I0
I1
dB
(2.9)
dimana :
2- 7
TL = 10log
I1
= 10log r22 = 20log r2
I2
(2.10)
TL = 10log
I1
= 10log r2
I2
(2.11)
2- 8
Gambar 2.8 Penjalaran suara dalam (a) sebuah medium tidak terbatas (sangat
luas), (b) sebuah medium yang diapit dua batas yang paralel.
2- 9
dihasilkan image source yang dilihat dari R. Karena interface menjadi kasar, intensitas
akan berkurang dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa suara bergerak ke arah yang
lain, dan setiap bagian kecil dari area permukaan muncul pola yang berarah
Gambar2.10(b) dan intensitasnya menjadi berkurang. Pada akhirnya, saat permukaan
menjadi sangat kasar, suara yang dipantulkan merupakan suara yang acak dan tidak
memiliki hubungan penuh dengan suara yang dihasilkan. (dikutip dari Urick, Robert
J.,Principles of Underwater Sound, 3rd edition, new York, 1983, halaman 121)
Gambar 2.9 (a) Refleksi pada permukaan smooth, (b) Refleksi pada permukaan tidak
smooth.
2- 10
Gambar 2.10 (a) Refleksi pada permukaan laut yang smooth,intensitas yang
dipancarkan hampir sama dengan intensitas yang dipantulkan dimana r = i , (b)
Pola berarah yang dihasilkan dari pemantulan pada permukaan laut yang kasar.
Kriteria kekasaran permukaan laut ditentukan berdasarkan Rayleigh Parameter.
R = kH sin
(2.12)
dimana
k = bilangan gelombang = 2/
H = tinggi gelombang
= grazing angle
R dapat berarti perbedaan fasa antara antara puncak dan lembah gelombang pada h
seperti pada Gambar 2.11 (dikutip dari Urick, Robert J.,Sound Propagation In The Sea,
revised edition, 1982, halaman 10-3).
2- 11
2- 12
Gambar 2.12 (a) Gelombang datang dengan permukaan yang bergerak menjadi
amplitudo-modulate karena pergerakan permukaan, (b) Narrow-band incident
spectrum (c) Sideband yang memiliki bentuk yang sama dengan spektrum gelombang
(d) Dengan naiknya Sea state, sideband akan naik pula pada saat puncak spektrum di
fo (center frekuensi)
Marsh, Schulkin, dan Kneale menyatakan adanya hubungan antara pengurangan energi
transmisi akibat pantulan di permukaan laut dengan frekuensi dan tinggi gelombang.
Hubungan tersebut ditunjukan pada persamaan (2.13).
s = 10 log[1 0.0234( fH )3 / 2 ]
(2.13)
dimana :
Tugas Akhir Ami Amalia Agung (15503007)
2- 13
surface loss per bounce sebesar 5.5 dB. Bila frekuensi sebesar 500 Hz, dengan panjang
gelombang yang sangat besar dibandingkan dengan tinggi gelombang, maka loss akan
mendekati nol. Dari persamaan (2.13), loss akan kurang dari 0.5 dB bila tinggi
gelombang kurang dari setengah panjang gelombang.
Berlaku untuk kondisi permukaan laut dengan kecepatan angin, diasumsikan kecepatan
angin tetap terhadap waktu sepanjang laut lepas.
Gambar 2.13 Reflection Loss di permukaan laut yang bersudut kecil (small grazing
angle)
Kondisi permukaan laut sangat berhubungan erat dengan kecepatan angin, hubungan
ini dinyatakan dengan sea state. Hubungan antara kecepatan angin, tinggi gelombang,
dan sea state ditunjukan pada Gambar 2.14. Kombinasi informasi yang terkandung
pada Gambar 2.13 dan Gambar 2.14 ditunjukan pada Gambar 2.15. (dikutip dari
Burdick, William S.,Underwater Acoustic System Analysis, 2nd edition, halaman
122,123,124).
2- 14
Gambar 2.14 Hubungan antara sea state, kecepatan angin, dan tinggi gelombang.
Gambar 2.15 Hubungan antara surface reflection loss dengan kecepatan angin, tinggi
gelombang, sea state, dan frekuensi.
2- 15
Gambar 2.16 Pemantulan dan pentransmisian suara pada batas antara dua medium.
Jika gelombang datang pada batas antar dua lapisan fluida dengan kerapatan 1 dan
2 dengan kecepatan c1 dan c2 seperti terlhat pada Gambar (2.16), maka dengan
menggunakan formula Rayleigh, hubungan intensitas dari gelombang datang Ii dan
gelombang pantul Ir dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ir Z 2 sin 1 Z1 sin 2
=
Ii Z 2 sin 1 + Z1 sin 2
(2.14)
Dimana :
TL = 10log
Ir
Ii
(2.15)
2- 16