Anda di halaman 1dari 3

Survey dilakukan pada bulan Oktober Desember 2014 (musim hujan).

Dalam perancangan sistem pengelolaan persampahan suatu daerah diperlukan


data mengenai timbulan sampah, komposisi dan karakteristik sampah yang
dihasilkan di daerah yang diinginkan.
Data mengenai timbulan sampah sangat diperlukan dalam menyeleksi jenis atau
tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem
pengolahan persampahan, fasilitas pengolahan sampah, dan desain TPS.
Penentuan timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam volume dan berat.
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen
yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam
persen berat (% berat). Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang
diperlukan, sistem, program dan rencana manajemen persampahan suatu kota
(Damanhuri, 2004).
Karakteristik sampah yang dianalisis biasanya meliputi karakteristik fisik, kimia
dan biologi. Karakteristik fisik berupa faktor pemadatan dan berat jenis sampah
diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total sampah yang harus
dikelola, baik untuk sistem transportasi maupun di TPS. Karakteristik kimia
berupa analisis perkiraan yang terdiri dari kadar air (kelembapan), kadar volatil
dan kadar abu diperlukan untuk perencanaan sistem pengolahan sampah.
Data-data yang digunakan dalam laporan ini adalah data sekunder yang
dilakukan di Kota Bukittinggi.
Timbulan Sampah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yenni dan Shinta (2010)
penentuan timbulan sampah non domestik mempertimbangkan faktor koreksi,
faktor pemadatan, dan faktor recycle. Penentuan timbulan sampah dinyatakan
dalam satuan berat (kg) dan volume (liter). Timbulan sampah dari sektor
komersil (pasar) memiliki volume rata-rata 0,6 L/orang/hari dan 0,19
kg/orang/hari. Berdasarkan SNI-19-3964-1994 penelitian di lapangan dilakukan
delapan hari berturut-turut. Dari penelitian tersebut diperoleh timbulan sampah
non domestik Kota Bukittinggi perharinya. Dari penelitian diperoleh bahwa
timbulan sampah komersil (pasar) terbanyak terjadi pada hari Minggu karena
merupakan hari libur dan hari pasar (Rabu dan Sabtu).
Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan perbandingan berat basah antara komponen atau
jenis masing- masing sampah terhadap keseluruhan sampah. Hasil penelitian
Yenni dan Shinta (2010) terhadap komposisi sampah non domestik Kota

Bukittinggi menunjukkan bahwa sampah terbanyak yaitu sampah organik


dengan persentase 97% yang terdiri atas sampah makanan (54%), kertas (15%),
plastik (11%), dan sampah halaman (16%) dan sampah anorganik terdiri atas
0,6% kaca, 0,7% kaleng, 0,4 logam, dan 1,5% sampah lain-lain. Penentuan
komposisi sampah dilakukan berdasarkan musim dan perhari menghasilkan
komponen organik sebagai yang terbanyak.
Karakteristik Fisik Sampah
Faktor Pemadatan
Faktor pemadatan merupakan perbandingan volume awal dengan volume akhir
sampah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kota Bukittinggi besarnya
faktor pemadatan sampah non domestik berkisar 1,23 1,71 dimana
berdasarkan musim tidak terdapat perbedaan yang begitu jauh antara faktor
pemadatan musim kemarau dan musim hujan. Dari data didapatkan besar faktor
pemadatan sampah pasar adalah 1,36.
Berat Jenis
Berat jenis merupakan perbandingan berat material sampah dengan unit volume
sampah dengan satuan kg/liter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kota
Bukittinggi diketahui bahwa berat jenis sampah non domestik pada musim hujan
lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan karena
curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi mempengaruhi berat jenis
sampah. Berat jenis sampah pasar di Kota Bukittinggi memiliki nilai rata-rata
0,33 kg/L.
Karakteristik Kimia Sampah Domestik
Kadar Air Sampah (Kelembapan)
Data mengenai kadar air sampah diperlukan sebagai pertimbangan dalam
menentukan frekuensi pengumpulan sampah di TPS Pasar Puring. Banyaknya
frekuensi pengumpulan ini berdasarkan pertimbangan adanya faktor
dekomposisi sampah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kota Bukittinggi,
nilai kadar air sampah lebih besar pada musim hujan dengan nilai rata-rata
70,32 %. Hal ini disebabkan pada musim hujan sampah lebih basah karena hujan
dan kelembapan udara yang tinggi. Tingginya kadar air ini juga disebabkan
komposisi sampah organik atau sampah basah yang sangat tinggi. Tingginya
kelembapan menyebabkan penanganan sampah khususnya pengangkutan
dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah timbulnya bau. Dari hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa kadar air sampah pasar Puring
termasuk tinggi, hal ini disebabkan Kota Pontianak memiliki curah hujan yang

tinggi sehingga kelembapan udara tinggi. Dapat disimpulkan juga kadar air
sangat dipengaruhi oleh komposisi sampah, musim dan curah hujan.
Kadar Volatil Sampah Pasar Puring
Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar
efektifitas pengurangan (reduksi) sampah dengan menggunakan metoda
pembakaran berteknologi tinggi, seperti insinerator. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Kota Bukittinggi, didapatkan nilai kadar volatil sampah pasar ratarata 15,52 %. Berdasarkan musim, kadar volatil pada musim kemarau lebih
tinggi dibanding dengan musim hujan karena intensitas penyinaran matahari
pada musim kemarau lebih lama dibanding pada musim hujan.
Kadar Abu Sampah Pasar Puring
Penentuan kadar abu sampah hampir sama tujuannya dengan kadar volatil
sampah yaitu untuk mengetahui keefektifitasan reduksi volume dengan
pembakaran. Berdasarkan penelititan yang telah dilakukan di Kota Bukittinggi
nilai kadar abu rata-rata sampath pasar adalah 14,16 %. Hal ini berarti
keseluruhan total sampah yang dibakar tersisa sekitar 14,16 % berupa abu.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslinda, W, Indah, S,. 2004. Studi Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik
Sampah Non Domestik Kota Bukittinggi. Padang.

Anda mungkin juga menyukai