IKM A 2014
140612601729
1.
2.
Pada tahap awal DPT-HB,Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi DPTHB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB
sampai dengan dosis ketiga.
Pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan pada anak usia 1,5 tahun (18
bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun DPT-HB,Hib tiga dosis.
Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga dosis dapat diberikan DPTHB,Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan minimal 12
bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga.
Imunisasi lanjutan Campak diberikan pada anak usia 2 tahun (24 bulan). Apabila
anak belum pernah mendapatkan imunisasi Campak sebelumnya (saat bayi), maka
pemberian imunisasi lanjutan Campak dianggapa sebagai dosis pertama. Selanjutnya
harus dilakukan pemberian Imunisasi Campak dosis kedua minimal 6 bulan setelah
dosis pertama.
b. Anak usia sekolah dasar terdiri dari Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus
diphteria (Td).
Sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap
tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu,
pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar atau
sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan
yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan
atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin
Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak untuk anak kelas 1 SD atau sederajat
(MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Toksoid (TT) pada anak kelas 2 atau 3 SD atau
sederajat (MI/SDLB). Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk
kelas 2 dan kelas 3 SD atau sederajat (MI/SDLB) ditambah dengan Antigen difteri
(vaksin Td). Pemberian imunisasi ini sebagai booster untuk mengantisipasi terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri.
Campak >> untuk siswa kelas 1 SD/MI/SDLB.
DT >> Untuk Kelas 1 SD/MI/SDLB.
Td >> Untuk kelas 2 dan 3 SD/MI/SDLB
c. Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
Berkenaan dengan suntik imuniasasi TT pada ibu hamil memiliki tujuan mencegah
tetanus pada proses persalinan, dimana terdapat luka baik pada rahim maupun pada tali
pusat bayi. Hal ini terutama mencegah tetanus pada persalinan berisiko tinggi yaitu
apabila persalinan dilakukan dengan alat-alat yang tidak steril. Antibodi akan terbentuk
dalam tubuh, setelah vaksinasi atau imunisasi TT diberikan, antibodi ini akan
diteruskan kepada bayi dan melindunginya selama beberapa bulan setelah lahir.
Dahulu kala sebelum adanya imunisasi TT pada ibu hamil dan penggunaan alat-alat
persalinan yang tidak steril (dukun bayi) banyak ditemui kasus tetanus neonatorum,
yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan. Saat ini,
dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran dan kebidanan dengan peralatan
yang setril kasus ini sudah dapat dikurangi bahkan jarang ditemui.
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis
penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara
lain imunisasi Meningitis Meningokokus, demam kuning, dan Anti Rabies (VAR).
3. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di Indonesia adalah:
a. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebakterium Diphtheriae. Penyebarannya melalui
kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal adalah radang tenggorokan, hilang nafsu
makan dan demam ringan. 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil. Dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan
yang berakibat kematian.
b. Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari, adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Penyebaran melalui
tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek,
mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelaman menjadi parah dan
menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasinya adalah
pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
c. Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Tidak
menyebar dari orang ke orang tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang
dalam. Gejala awal adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. pada bayi terdapat juga berhenti
menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Berikutnya adalah kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku. Komplikasinya adalah patah tulang akibat kejang,
pneumonia, dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
bila
berkomplikasi
menjadi
ensefalitis
(radang
otak)
menyebabkan
adalah demam dan kehilangan nafsu makan, sedangkan efek samping yang sangat
jarang terjadi adalah reaksi alergi.
c. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal
sebagai TBC. Penyakit ini menyerang sistem pernapasaan dan tergolong berbahaya,
bahkan dapat menyebabkan kematian. Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu
kali, yaitu pada kisaran saat anak baru dilahirkan hingga berusia dua bulan. Efek
samping vaksin BCG yang paling umum adalah demam dan munculnya benjolan
bekas suntik pada kulit, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah
reaksi alergi.
d. DTP
Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah
penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih dikenal dengan sebutan batuk
rejan. Difteri merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan sesak napas,
radang paru-paru, hingga masalah pada jantung dan kematian. Sedangkan tetanus
merupakan penyakit kejang otot yang juga tidak kalah mematikannya. Dan yang
terakhir adalah batuk rejan atau pertusis, yaitu penyakit batuk parah yang dapat
mengganggu pernapasan. Sama seperti difteri, batuk rejan juga dapat menyebabkan
radang paru-paru, kerusakan otak, bahkan kematian. Pemberian vaksin DTP harus
dilakukan dalam lima dosis, yaitu pada saat anak berusia:
Dua bulan
Empat bulan
Enam bulan
Lima tahun
Efek samping vaksin DTP yang tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual.
Efek samping yang jarang terjadi adalah kejang-kejang. Selain vaksin DTP, tersedia
juga vaksin Td yang melindungi tubuh dari difteria dan batuk rejan. Vaksin Td
diberikan untuk anak di atas umur 7 tahun yang tidak menerima vaksin DTP. Vaksin
Td perlu diulangi tiap sepuluh tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuh terhadap
difteria dan batuk rejan.
e. Campak
Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit
tenggorokan, dan ruam. Vaksin campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat anak
berusia sembilan bulan, dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin campak yang
paling umum adalah demam dan hilangnya nafsu makan.
f. MMR
Selain vaksin campak biasa, ada pilihan alternatif yaitu vaksin MMR yang merupakan
vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan antara vaksin campak, gondong,
Vaksin varisela merupakan vaksin untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan
oleh virus varicella zoster. Vaksin ini hanya bisa diberikan pada anak berusia satu
tahun ke atas. Vaksin terhadap cacar air ini hanya cocok untuk mereka yang belum
pernah terkena cacar air. Dosis vaksin yang diperlukan hanya satu kali.
k. HPV
Vaksin HPV diperuntukkan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks
atau kanker pada leher rahim yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh virus
human papillomavirus. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua belas tahun dengan
frekuensi pemberian sebanyak tiga kali. Jarak antara dosis pertama dan kedua adalah
2 bulan, sedangkan jarak antara dosis pertama dan ketiga adalah 6 bulan. Efek samping
pemberian vaksin HPV yang bisa muncul adalah demam, sedangkan yang tergolong
lebih jarang adalah batuk, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.
l. Hepatitis A
Pemberian vaksin hepatitis A hanya bisa dianjurkan untuk anak berusia dua tahun ke
atas dan terdiri dari dua dosis yang jaraknya 6 bulan. Efek samping vaksin hepatitis A
yang umum adalah demam dan rasa lelah, sedangkan efek samping yang tergolong
jarang adalah gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
m. Tifus
Vaksin tifus diberikan untuk mencegah tifus yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Gejala penyakit ini sebenarnya tergolong umum, yaitu demam, diare, dan sakit
kepala. Namun jika tidak segera ditangani, gejala tersebut bisa memburuk, dan
menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi usus dan pendarahan dalam.
Pemberian vaksin tifus bisa dilakukan pada saat anak telah berusia dua tahun frekuensi
pengulangan tiap tiga tahun sekali. Vaksinasi tifus tidak termasuk vaksinasi wajib dan
tidak cocok bagi mereka dengan kekebalan tubuh yang rendah seperti penderita HIV.
Efek samping vaksin tifus yang paling umum adalah diare, mual, sakit kepala, dan
nyeri pada bagian perut.
n. Influenza
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah virus-virus influenza. Vaksinasi pada
anak-anak bisa dilakukan sejak mereka berusia enam bulan hingga 18 tahun dengan
frekuensi pengulangan satu kali tiap tahunnya. Vaksin influenza bukan termasuk
vaksinasi wajib dan biasanya hanya dianjurkan untuk orang-orang dengan kekebalan
tubuh yang rendah. Efek samping vaksin influenza di antaranya adalah demam, batuk,
sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Sedangkan efek samping yang jarang
terjadi adalah bersin-bersin, sesak napas, sakit pada telinga, dan gatal-gatal.
5. Imunisasi yang harus diulang
Sebagaimana diketahui, ada 5 imunisasi dasar yang diberikan saat anak berusia 0-1 tahun,
yaitu Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, dan Campak. Selain itu, ada satu lagi vaksin yang
sifatnya hanya dianjurkan -karena biayanya agak mahal- diberikan di usia 0-1 tahun, yaitu
HiB (Haemofillus Influenza tipe B) . "HiB merupakan suatu kuman yang bisa menyebabkan
radang selaput otak atau meningitis dan pneumonia. Ini paling berbahaya.
Menurut penelitian, penyakit ini juga menyebabkan kematian terbanyak pada anak-anak.
Karena itulah dibuat vaksinnya, meski masih agak mahal," terang Sri Rezeki . Nah, dari
kelima vaksin dasar yang merupakan program pemerintah ini, ada 3 vaksin yang harus diulang
di usia batita, yaitu DPT, polio, dan campak. Sedangkan vaksin BCG dan Hepatitis B cukup
diberikan hanya sekali di usia bayi.
Sementara vaksin yang diulang, yaitu DPT, dilakukan setahun setelah DPT 3 karena
setelah setahun, antibodinya akan turun. "Jadi, harus digenjot lagi agar antibodinya bisa baik
kembali." DPT memang sangat crusial karena antibodi yang dihasilkan tak bertahan lama.
Demikian pula halnya dengan Polio, juga diulang setelah Polio 3 karena antibodinya akan
turun setelah setahun. Sedangkan campak diulang pada saat anak berusia 15-24 bulan.
Pengulangan dilakukan lewat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) , karena selain
untuk mencegah campak (Measles) , juga mencegah gondongan (Mumps) dan Rubella yang
juga merupakan sejenis campak.