Anda di halaman 1dari 9

Retno Ismawati

IKM A 2014
140612601729
1.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

2.

Jenis imunisasi dasar :


a. BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) diberikan pada bayi sejak lahir,
Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
tubercolocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan,
ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan apabila hasil
tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6
bulan.
c. Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah
karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anakanak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah
lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan.
Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
d. DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri,
Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari
enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18
bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam
program BIAS SD kelas VI.
e. Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan
pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
a. Anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis
B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type
B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
Pemberian Imunisasi DPT-HB,Hib merupakan bagian dari pemberian imunisasi
dasar pada bayi sebanyak tiga dosis. Vaksin DPT-HB,Hib merupakan pengganti vaksin
DPT-HB sehingga memiliki jadwal yang sama dengan DPT-HB.

Pada tahap awal DPT-HB,Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi DPTHB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB
sampai dengan dosis ketiga.
Pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan pada anak usia 1,5 tahun (18
bulan) yang sudah melakukan imunisasi DPT-HB maupun DPT-HB,Hib tiga dosis.
Bagi anak batita yang belum mendapat DPT-HB tiga dosis dapat diberikan DPTHB,Hib pada usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan DPT-HB,Hib diberikan minimal 12
bulan dari DPT-HB,Hib dosis ketiga.
Imunisasi lanjutan Campak diberikan pada anak usia 2 tahun (24 bulan). Apabila
anak belum pernah mendapatkan imunisasi Campak sebelumnya (saat bayi), maka
pemberian imunisasi lanjutan Campak dianggapa sebagai dosis pertama. Selanjutnya
harus dilakukan pemberian Imunisasi Campak dosis kedua minimal 6 bulan setelah
dosis pertama.
b. Anak usia sekolah dasar terdiri dari Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus
diphteria (Td).
Sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap
tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu,
pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar atau
sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan
yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan
atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin
Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak untuk anak kelas 1 SD atau sederajat
(MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Toksoid (TT) pada anak kelas 2 atau 3 SD atau
sederajat (MI/SDLB). Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk
kelas 2 dan kelas 3 SD atau sederajat (MI/SDLB) ditambah dengan Antigen difteri
(vaksin Td). Pemberian imunisasi ini sebagai booster untuk mengantisipasi terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri.
Campak >> untuk siswa kelas 1 SD/MI/SDLB.
DT >> Untuk Kelas 1 SD/MI/SDLB.
Td >> Untuk kelas 2 dan 3 SD/MI/SDLB
c. Pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
Berkenaan dengan suntik imuniasasi TT pada ibu hamil memiliki tujuan mencegah
tetanus pada proses persalinan, dimana terdapat luka baik pada rahim maupun pada tali
pusat bayi. Hal ini terutama mencegah tetanus pada persalinan berisiko tinggi yaitu
apabila persalinan dilakukan dengan alat-alat yang tidak steril. Antibodi akan terbentuk
dalam tubuh, setelah vaksinasi atau imunisasi TT diberikan, antibodi ini akan
diteruskan kepada bayi dan melindunginya selama beberapa bulan setelah lahir.

Dahulu kala sebelum adanya imunisasi TT pada ibu hamil dan penggunaan alat-alat
persalinan yang tidak steril (dukun bayi) banyak ditemui kasus tetanus neonatorum,
yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan. Saat ini,
dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran dan kebidanan dengan peralatan
yang setril kasus ini sudah dapat dikurangi bahkan jarang ditemui.

Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu (imunisasi ini tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.

Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu, seperti persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis
penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Sedangkan jenis imunisasi khusus antara
lain imunisasi Meningitis Meningokokus, demam kuning, dan Anti Rabies (VAR).
3. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di Indonesia adalah:
a. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebakterium Diphtheriae. Penyebarannya melalui
kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal adalah radang tenggorokan, hilang nafsu
makan dan demam ringan. 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil. Dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan
yang berakibat kematian.
b. Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari, adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Penyebaran melalui
tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek,
mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelaman menjadi parah dan
menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasinya adalah
pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
c. Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Tidak
menyebar dari orang ke orang tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang
dalam. Gejala awal adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. pada bayi terdapat juga berhenti
menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Berikutnya adalah kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku. Komplikasinya adalah patah tulang akibat kejang,
pneumonia, dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

d. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosa. Menyebar melalui


pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat
badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Selanjutnya batuk terus-menerus,
nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala tergantung pada organ yang diserang.
Dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
e. Campak disebabkan oleh virus Myxovirus Viridae Measles. Disebarkan melalui udara
sewaktu droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal adalah demam, bercak
kemerahan, batuk, pilek, conjungtivitis. Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. komplikasinya adalah diare hebat,
radang telinga dan infeksi saluran nafas.
f. Poliomyelitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari
tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1,2 atau 3. Secara klinis adalah
anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (Acute Flaccid
Paralysis/AFP). Penyebaran melaui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
Dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama sakit. Kematian terjadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani.
g. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati.
Penyebarannya dari darah dan produknya melalui suntikan yang tidak aman, melalui
tranfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan atau melalui hubungan
seksual. Pada anak sering kali subklinis dan tidak menimbulkan gejala. Gejala infeksi
akut adalah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi
kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning juga dapat dilihat pada mata ataupun
kulit. Bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis, kanker hati, dan
menimbulkan kematian.
Imunisasi yang disubsidi pemerintah hanya terbatas pada vaksin hepatitis b, BCG, DPT,
polio dan campak
Imunisasi yang tidak di subsidi pemerintah
1. HIB (Hemophyllus influenza tipe B) Diberikan pada 2, 4, 6, 15-18 bulan (total 4 kali
vaksinasi). Mencegah radang paru (pneumonia), radang telinga tengah (otitis media)
yang berisiko tuli konduksi pada anak, epiglotitis, radang selaput otak (meningitis)
yang

bila

berkomplikasi

menjadi

ensefalitis

(radang

otak)

menyebabkan

kematian/cacat otak. Contoh merek vaksin: Hiberix


2. PCV (Pneumokokus). Diberikan pada usia 2, 4, 6, 12-15 bulan (total 4 kali pemberian
vaksinasi). Spektrum penyakit yang bisa dicegah sama dengan HIB (meningitis,

pneumonia) ditambah mencegah bakteremia/sepsis (yaitu infeksi berat bakteri dalam


darah).
3. Rotavirus Mencegah spektrum penyakit karena virus rota berupa diare rotavirus,
meningitis dan miokarditis karena rotavirus. Efektif diberikan sedini mungkin, namun
tidak efektif pada anak di atas usia 1 tahun. Mencegah diare pada usia balita.
Diberikan pada usia 2 bulan dan 4 bulan (rotarix Glaxo), atau 2,4,6 bulan (rotate
MSD)
4. Influenza Mencegah spectrum influenza pada bayi dan anak, dan mengurangi
frekuensi dan beratnya common cold (selesma) yang disebabkan rhinovirus. Diberikan
mulai umur 6 bulan sampai usia dewasa, satu kali setahun
5. MMR Mencegah Measles (campak), Mumps (gondongan/parotitis/bof), Rubella
(campak Jerman). Diberikan pada usia 15 bulan dan 5-6 tahun (total 2 kali pemberian).
Tidak terbukti menyebabkan anak autis.
6. Tifoid. Mencegah demam tifoid, diberikan mulai anak berusia 2 tahun, diulang setiap 3
tahun
7. Hepatitis A Mencegah hepatitis A akut. Diberikan mulai usia 2 tahun, diberikan 2 kali,
dengan interval 6-12 bulan (jarak vaksin berikutnya).
8. Varisela - Memberikan perlindungan seumur hidup terhadap virus varisela zoster
(termasuk mencegah Herpes Zoster) dengan 1 kali pemberian vaksin mulai anak usia 1
tahun.
9. HPV (Human Papilloma Virus) hanya pada perempuan mulai usia 10 tahun ke atas.
Mencegah kanker cervix (kanker leher rahim). Diberikan 3 kali dengan interval 1
bulan, dan 6 bulan.
4. Efek samping imunisasi
a. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi hati berbahaya yang disebabkan
oleh virus. Pemberian vaksin hepatitis B pada anak dilakukan dalam kurun waktu 24
jam setelah kelahirannya, bahkan yang paling baik adalah dalam kurun waktu 12 jam.
Vaksin ini kembali diberikan saat anak genap berusia satu bulan dan enam bulan. Efek
samping yang umum dari vaksinasi hepatitis B adalah demam dan kelelahan,
sedangkan efek samping yang jarang terjadi adalah gatal-gatal, kulit kemerahan, serta
pembengkakan pada wajah.
b. Polio
Polio merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Pemberian
vaksin polio harus dilakukan dalam satu rangkaian, yaitu pada saat anak baru
dilahirkan dan pada saat anak berusia dua, empat, lalu enam bulan. Selanjutnya vaksin
booster diberikan saat anak berusia satu setengah hingga dua tahun, kemudian pada
usia lima tahun. Dosis vaksin booster diberikan untuk lebih memperkuat sistem
kekebalan tubuh terhadap virus polio. Efek samping vaksin polio yang paling umum

adalah demam dan kehilangan nafsu makan, sedangkan efek samping yang sangat
jarang terjadi adalah reaksi alergi.
c. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal
sebagai TBC. Penyakit ini menyerang sistem pernapasaan dan tergolong berbahaya,
bahkan dapat menyebabkan kematian. Pemberian vaksin BCG hanya dilakukan satu
kali, yaitu pada kisaran saat anak baru dilahirkan hingga berusia dua bulan. Efek
samping vaksin BCG yang paling umum adalah demam dan munculnya benjolan
bekas suntik pada kulit, sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah
reaksi alergi.
d. DTP
Vaksin DTP merupakan jenis vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah
penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih dikenal dengan sebutan batuk
rejan. Difteri merupakan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan sesak napas,
radang paru-paru, hingga masalah pada jantung dan kematian. Sedangkan tetanus
merupakan penyakit kejang otot yang juga tidak kalah mematikannya. Dan yang
terakhir adalah batuk rejan atau pertusis, yaitu penyakit batuk parah yang dapat
mengganggu pernapasan. Sama seperti difteri, batuk rejan juga dapat menyebabkan
radang paru-paru, kerusakan otak, bahkan kematian. Pemberian vaksin DTP harus
dilakukan dalam lima dosis, yaitu pada saat anak berusia:

Dua bulan

Empat bulan

Enam bulan

Satu setengah hingga dua tahun

Lima tahun
Efek samping vaksin DTP yang tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual.
Efek samping yang jarang terjadi adalah kejang-kejang. Selain vaksin DTP, tersedia
juga vaksin Td yang melindungi tubuh dari difteria dan batuk rejan. Vaksin Td
diberikan untuk anak di atas umur 7 tahun yang tidak menerima vaksin DTP. Vaksin
Td perlu diulangi tiap sepuluh tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuh terhadap
difteria dan batuk rejan.

e. Campak
Campak adalah penyakit virus yang menyebabkan demam, pilek, batuk, sakit
tenggorokan, dan ruam. Vaksin campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat anak
berusia sembilan bulan, dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin campak yang
paling umum adalah demam dan hilangnya nafsu makan.
f. MMR
Selain vaksin campak biasa, ada pilihan alternatif yaitu vaksin MMR yang merupakan
vaksin kombinasi. Vaksin ini merupakan gabungan antara vaksin campak, gondong,

dan campak Jerman. Gondong merupakan penyakit virus yang menyebabkan


terjadinya pembengkakan kelenjar parotis di bawah telinga. Gejala lain dari gondong
adalah demam, nyeri sendi, dan sakit kepala. Campak Jerman merupakan penyakit
virus yang dapat menyebabkan nyeri sendi, batuk dan pilek, demam, pembengkakan
kelenjar di sekitar kepala dan leher, serta munculnya ruam berwarna merah pada kulit.
Pemberian vaksin MMR dilakukan saat anak berusia satu tahun tiga bulan dan dapat
diulang saat anak berusia enam tahun. Efek samping vaksin MMR yang paling umum
adalah demam dan efek samping yang jarang terjadi adalah sakit kepala, ruam
berwarna ungu pada kulit, muntah, nyeri pada tangan atau kaki, dan leher kaku.
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu autisme akibat
pemberian vaksin MMR. Isu tersebut sama sekali tidak benar karena para ahli yang
melakukan penelitian yang besar dan secara mendetail. Hingga kini tidak ditemukan
kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.
g. Hib
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi mematikan yang disebabkan oleh bakteri
haemophilus influenza tipe B. Beberapa kondisi parah yang dapat disebabkan virus
Hib adalah meningitis (radang selaput otak), pneumonia (radang paru-paru), septic
arthritis (radang sendi), dan pericarditis (radang kantong jantung). Pemberian vaksin
Hib harus dilakukan dalam empat dosis, yaitu saat anak berusia dua, empat, dan enam
bulan. Dosis terakhir vaksin Hib diberikan pada saat anak berusia lima belas bulan
hingga delapan belas bulan. Efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksin Hib
adalah kemerahan dan sedikit nyeri pada luka bekas suntikan.
h. PCV
Vaksin PCV diberikan untuk mencegah penyakit pneumonia, meningitis, dan
septicaemia yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Pemberian
vaksin ini harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia dua, empat, dan
enam bulan. Selanjutnya pemberian vaksin dapat kembali dilakukan saat anak berusia
dua belas bulan hingga lima belas bulan. Untuk anak di atas 2 tahun yang belum
pernah menerima vaksin PCV, hanya memerlukan satu kali suntik atau satu dosis untuk
melindunginya dari bakteri tersebut. Efek samping vaksin PCV yang bisa terjadi
adalah pembengkakan dan warna kemerahan pada bagian yang disuntik, serta diikuti
dengan demam ringan.
i. Rotavirus
Vaksin rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare. Pemberian vaksin ini
dilakukan secara berangkai, yaitu pada saat anak berumur dua, empat, dan enam bulan.
Efek samping vaksin rotavirus yang paling umum adalah nyeri pada perut, mual dan
muntah, demam, serta diare.
j. Varisela

Vaksin varisela merupakan vaksin untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan
oleh virus varicella zoster. Vaksin ini hanya bisa diberikan pada anak berusia satu
tahun ke atas. Vaksin terhadap cacar air ini hanya cocok untuk mereka yang belum
pernah terkena cacar air. Dosis vaksin yang diperlukan hanya satu kali.
k. HPV
Vaksin HPV diperuntukkan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks
atau kanker pada leher rahim yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh virus
human papillomavirus. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua belas tahun dengan
frekuensi pemberian sebanyak tiga kali. Jarak antara dosis pertama dan kedua adalah
2 bulan, sedangkan jarak antara dosis pertama dan ketiga adalah 6 bulan. Efek samping
pemberian vaksin HPV yang bisa muncul adalah demam, sedangkan yang tergolong
lebih jarang adalah batuk, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.
l. Hepatitis A
Pemberian vaksin hepatitis A hanya bisa dianjurkan untuk anak berusia dua tahun ke
atas dan terdiri dari dua dosis yang jaraknya 6 bulan. Efek samping vaksin hepatitis A
yang umum adalah demam dan rasa lelah, sedangkan efek samping yang tergolong
jarang adalah gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
m. Tifus
Vaksin tifus diberikan untuk mencegah tifus yang disebabkan oleh bakteri salmonella
typhi. Gejala penyakit ini sebenarnya tergolong umum, yaitu demam, diare, dan sakit
kepala. Namun jika tidak segera ditangani, gejala tersebut bisa memburuk, dan
menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi usus dan pendarahan dalam.
Pemberian vaksin tifus bisa dilakukan pada saat anak telah berusia dua tahun frekuensi
pengulangan tiap tiga tahun sekali. Vaksinasi tifus tidak termasuk vaksinasi wajib dan
tidak cocok bagi mereka dengan kekebalan tubuh yang rendah seperti penderita HIV.
Efek samping vaksin tifus yang paling umum adalah diare, mual, sakit kepala, dan
nyeri pada bagian perut.
n. Influenza
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah virus-virus influenza. Vaksinasi pada
anak-anak bisa dilakukan sejak mereka berusia enam bulan hingga 18 tahun dengan
frekuensi pengulangan satu kali tiap tahunnya. Vaksin influenza bukan termasuk
vaksinasi wajib dan biasanya hanya dianjurkan untuk orang-orang dengan kekebalan
tubuh yang rendah. Efek samping vaksin influenza di antaranya adalah demam, batuk,
sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Sedangkan efek samping yang jarang
terjadi adalah bersin-bersin, sesak napas, sakit pada telinga, dan gatal-gatal.
5. Imunisasi yang harus diulang
Sebagaimana diketahui, ada 5 imunisasi dasar yang diberikan saat anak berusia 0-1 tahun,
yaitu Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, dan Campak. Selain itu, ada satu lagi vaksin yang
sifatnya hanya dianjurkan -karena biayanya agak mahal- diberikan di usia 0-1 tahun, yaitu

HiB (Haemofillus Influenza tipe B) . "HiB merupakan suatu kuman yang bisa menyebabkan
radang selaput otak atau meningitis dan pneumonia. Ini paling berbahaya.
Menurut penelitian, penyakit ini juga menyebabkan kematian terbanyak pada anak-anak.
Karena itulah dibuat vaksinnya, meski masih agak mahal," terang Sri Rezeki . Nah, dari
kelima vaksin dasar yang merupakan program pemerintah ini, ada 3 vaksin yang harus diulang
di usia batita, yaitu DPT, polio, dan campak. Sedangkan vaksin BCG dan Hepatitis B cukup
diberikan hanya sekali di usia bayi.
Sementara vaksin yang diulang, yaitu DPT, dilakukan setahun setelah DPT 3 karena
setelah setahun, antibodinya akan turun. "Jadi, harus digenjot lagi agar antibodinya bisa baik
kembali." DPT memang sangat crusial karena antibodi yang dihasilkan tak bertahan lama.
Demikian pula halnya dengan Polio, juga diulang setelah Polio 3 karena antibodinya akan
turun setelah setahun. Sedangkan campak diulang pada saat anak berusia 15-24 bulan.
Pengulangan dilakukan lewat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) , karena selain
untuk mencegah campak (Measles) , juga mencegah gondongan (Mumps) dan Rubella yang
juga merupakan sejenis campak.

Anda mungkin juga menyukai