Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
org
BAB II
Nurseairlangga.org
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Inkontinensia urin adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan hilangnya
kendali pada kandung kemih yang berakibat pada kebocoran urin atau
mengompol. Kondisi ini biasanaya merupakan gejala dari penyakit yang
mendasari atau masalah fisik, seperti infeksi saluran kemih, konstipasi, diabetes,
infeksi prostat, dan penyakit neurologi. (www.persify.com)
Gambar 1. Gambaran Anatomis Kandung Kemih Normal
(diunduh melalui www.womenshealth.gov)
Nurseairlangga.org
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal yang bersifat
sementara atau permanen untuk mengontrol aliran urine dari kandung kemih.
(Kozier, 2009)
Gambar 2. Inkontinensi Urin
(Diunduh melalui www,nwwomens.com)
2.2 Etiologi
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
c) Inkontinensia aliran berlebih. Pengeluaran urin involunter akibat
distensi kandung kemih yang berlebihan. Bisa terdapat penetesan urin
yang sering atau berupa inkontinensia dorongan atau tekanan. Dapat
diserta dengan kandung kemih, obatan, impaksi feses, nefropati
diabetic, atau defisiensi vitamin b12
d) Inkontinensia fungsional. Imobilitas, deficit kognitif, paraplegia,
atau daya kembang kandung kemih yang buruk.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Inkontinensia stress adalah keluarnya urin secara tidak disadari selama
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
3) Uroflowmetry
Untuk menentukan apakah kandung kemih terhambat, tes elektronik yang disebut
uroflowmetry mengukur kecepatan aliran urin. Untuk melakukan tes ini, pasien
kencing ke dalam alat pengukur khusus.
4) Cystoscopy
Cystoscopy, juga disebut urethrocystoscopy, dilakukan untuk memeriksa masalah
pada saluran kemih bawah, termasuk uretra dan kandung kemih. Dokter dapat
menentukan adanya masalah struktural termasuk pembesaran prostat, obstruksi
uretra atau leher kandung kemih, kelainan anatomi, atau batu kandung kemih. Tes
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
ini juga dapat mengidentifikasi kanker kandung kemih, dan menyebabkan darah
dalam urin dan infeksi.
Dalam prosedur ini , tabung tipis dengan cahaya di ujung (cytoscope) dimasukkan
ke dalam kandung kemih melalui uretra. kemudian disisipkan instrumen kecil
melalui cytoscope untuk mengambil sampel jaringan kecil (biopsi) . Sitoskopi
biasanya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Pasien dapat diberikan anestesi
lokal , tulang belakang, atau umum.
5) Electromyography
Electromyography, juga disebut electrophysiologic sphincter testing, dilakukan
jika dokter menduga bahwa masalah saraf atau otot mungkin menyebabkan
inkontinensia. Tes menggunakan sensor khusus untuk mengukur aktivitas listrik di
saraf dan otot di sekitar sphincter. Tes ini mengevaluasi fungsi saraf yang
membantu sfingter dan otot dasar panggul serta kemampuan pasien untuk
mengendalikan otot-otot ini.
6) Video Urodynamic Tests
Video urodynamic testing menggabungkan uji urodynamic dengan tes
penggambaran seperti USG atau tipe khusus prosedur x-ray yang disebut
fluoroscopy.Fluoroskopi melibatkan mengisi kandung kemih dengan pewarna
kontras sehingga dokter dapat memeriksa apa yang terjadi ketika kandung kemih
penuh dan dikosongkan.
Ultrasound adalah tes yang tidak menyakitkan yang menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar. Dengan USG, kandung kemih diisi dengan air
hangat dan sensor ditempatkan pada perut atau di dalam vagina untuk mencari
masalah struktural atau kelainan lainnya.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
2.6 WOC
(terlampir)
2.7 Penatalaksanaan
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Lansia dianjurkan untuk berkemih padainterval waktu tertentu, mula-mula setiap
jam, selanjutnya diperpanjangsecara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap
2 hingga 3 jam.
Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuaidengan
kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia
mengenalkondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas
ataupengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia
dengangangguan fungsi kognitif (berpikir). Latihan ini dilakukan dengan
melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar
panggul secara berulang-ulang.
3) Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik
seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,Imipramine. Pada
inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine
untuk meningkatkan retensi urethra. Pada saat sfingter relakasasi dapat diberikan
kolinergik agonis seperti Bethanechol ataualfakolinergik antagonis seperti
prazosin untuk stimulasi kontraksi, danterapi diberikan secara singkat.
4) Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress danurgensi, bila
terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe
overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untukmenghilangkan
retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia
prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).
5) Terapi Modalitas lain
Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yangmenyebabkan
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagilansia yang
mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pembalut urinal, kateter,dan
alat bantu toilet seperti urinal, komod dan bedpan.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
2.8 Komplikasi
bau
yang
tidak
sedap
sehingga
penderita
sering
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
juga akan membuat penderita tidak bisa hidup bebas dan terikat dengan
Nurseairlangga.org
orang lain. Pada penderita sering mengalami jatuh dan kecelakaan. Hal ini
A. Anamnesa
1) Data Demografi klien :
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, usia, jenis kelamin, suku /
bangsa , alamat, agama, tanggal MRS, jam MRS, diagnosa.
Inkontinensia pada umumnya sering terjadi pada lansia (Usia ke atas
65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan la
2) Keluhan Utama:
Keluhan utama yang dikeluhkan oleh sebagian besar klien dengan
inkontinensia urin berupa nokturia, urgency, disuria, dan oliguri.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang
dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada
sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa,
gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran
jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada
penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi
inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
4) Riwayat Penyakit sebelumnya :
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah
pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal,
infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
Nurseairlangga.org
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
:Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi
peningkatan karena respon dari terjadinya inkontinensia.
1) B1 (breathing)
Pada B1 perawat melakukan pengkajian adanya gangguan pada pola nafas klien,
adanya sianosis dikarenakan suplai oksigen menurun, ekspansi dada klien.
2) B2 (blood)
Pada B2 apakah terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien
bingung dan gelisah. Biasanya terjadi Frekuensi nadi klien meningkat
menjadi 105x/menit.
3) B3 (brain)
Pada B3 biasanya klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh. Namun
tetap diperhatikan adanya tanda tanda pasca trauma atau cedera pada SSP.
4) B4 (bladder)
Perkusi : Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Inspeksi
a. Daerah perineal: Kemerahan, lecet namun tidak ditemukan
adanya pembengkakkan.
b. Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
c. Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak
Nurseairlangga.org
pada pasien
d. Periksa warna,
bau,
banyaknya
urine
biasanya
bau
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Pemeriksaan
kekuatan
otot
dan
membandingkannya
dengan
Nurseairlangga.org
C. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisa
Warna Urin apakah gelap, merah gelap atau terang (berdarah),
penampilan keruh, PH 7 atau lebih besar (menunjukkan infeksi)
bakteria, SDP, SDM, munkin ada secara mikroskopis.
2) Hematuria
3) Poliuria
4) Kultur Urin
Digunakan untuk menunjukkan Staphylococus aureus, proteus,
Klebsiella, Pseudomonas, atau escherichia coli.
5) Penentuan kecepatan aliran urin : Mengkaji derajat obstruksi
kandung kemih.
6) Sistouretrografi berkemih
Digunakan sebagai ganti IVP (intravenous pyelographi) untuk
memvisualisasi kandung kemih dan uretra karena ini menggunakan
bahan kontras lokal.
7) Sistogram : Mengukur tekanan dan volume dalam kandungan kemih
untuk mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan dengan
HPB.
Nurseairlangga.org
3.2 Diagnosa Keperawatan Umum
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
b. Klien mampu menggunakan peralatan yang adaptif yang tepat
untuk membantu klien berkemih, berpindah, dan berpakaian.
c. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab inkontinensia.
Intervensi
Rasional
1) Kaji faktor penyebab atau faktor 1) Mengetahui hambatan apa yang dialami
penunjang inkontinensia antara lain :
oleh klien.
hambatan menuju toilet, defisit 2) Hambatan
yang
ada
dapat
sensori/kognitif,
defisit
memperlambat akses menuju toilet dan
motorik/mobilitas.
menyebabkan inkontinensia jika klien
2) Kurangi atau hilangkan faktor
tidak dapat menunda berkemih.
penunjang jika memungkinkan, antara
Penundaan beberapa detik saja untuk
lain : hambatan lingkungan, defisit
berkemih dapat membedakan antara
sensori/
kognitif,
defisit
antara kontinensia dan inkontinensia.
motorik/mobilitas.
3) Dehidrasi dapat mencegah sensasi
3) Berikan faktor yang meningkatkan
penuh pada kandung kemih dan dapat
kontinensia:
mengakibatkan
penurunan
tonus
a. tingkatkan asupan cairan yang
kandung kemih. Memberi jarak asupan
teratur 2000-3000mL/hari.
cairan akan membantu mendukung
b. Kurangi konsumsi kopi, teh, kola,
pengisian dan pengosongan kandung
alkohol, dan jus buah anggur karna
kemih yang teratur.
efek diuretiknya.
4) Bakteri dapat berkembang secara cepat
4) Ajarkan cara pencegahan infeksi
pada urin stagnan yang bertahan dalam
saluran kemih.
kandung kemih.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
3) Inkontinensia stress berhubungan dengan saluran keluar kandung
kemih yang inkompeten
Tujuan : Inkontinensia berhenti atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Individu
melaporkan berkurangnya atau hilangnya
inkontinensia stress.
b. Individu dapat menjelaskan penyebab inkontinensia dan
rasional terapi.
Nurseairlangga.org
Intervensi
Rasional
1) Tentukan
faktor
penunjang 1) Pada inkontinensia stress, otot dasar
inkontinensia antara lain : Penurunan
panggul ( pubokoksigeus) dan otot
tonus jaringan atau otot, Riwayat
levator ani telah melemah atau
pembedahan kandung kemih atau
meregang akibat kelahiran anak,
uretra disertai perlekatan pada
obesitas, penuaan, dll.
dinding vagina
2) Latihan otot dasar panggul menguatkan
dan mengencangkan otot dasar panggul.
2) Ajarkan latihan otot dasar panggul
Latihan ini dapat menberikan tekanan
3) Ajarkan cara untuk mengkaji tepat
uretra atau tekanan tambahan yang
tidaknya latihan yang telah dilakukan.
memadai untuk mencegah inkontinensia
4) Gunakan cermin untuk mengamati.
ringan
5) Konsultasikan
dengan
spesialis
inkontinensia.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
tetap (Indwelling).
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
3.4 Kasus
Ny. R usia 65 tahun, masuk Rumah Sakit Universitas Airlangga dengan keluhan
Kencing tak tertahankan. Keluhan ini pasien rasa sejak 2 bulan yang lalu sejak
pasien bekerja di pasar sebaga buruh angkut karung beras dikarenakan suaminya
tidak bisa bekerja akibat lumpuh. Keluhan tersebut semakin tidak tertahankan
ketika Ny. M sedang batuk, bersin ataupun ketika mengangkat beras. Dengan
keadaan yang demikian rumah pasien selalu tidak bisa melakukan kencing
dikamar mandi sehingga pasien menggunakan pempers. Saat ini pasien terpasang
kateter. Jumlah urin tertampung pada kantung urin 800cc/8jam. Konsistensi urin
keruh, bewarna kuning pekat. Hasil laboratorium menunjukan Hb 15,1 gr/dl, Ht
43 % leukosit 10,6 rb/ul urem darah 23 mg/dl, kreatinin darah 0,6 mg/dl.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Pekerjaan
Nama suami
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Adapun hal
Nurseairlangga.org
inkontinensia :
1. Berapa kali inkontinensia terjadi ?
- Lebih dari 4 kali per hari
2. Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?
- Ada kemerahan dan lecet di area perineal
3. Apakah klien mengalami obesitas ?
- Ya, BB klien 75kg dan TB klien 157cm sehingga IMT klien
adalah 30,4
4. Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa
banyak ?
- Tidak
5. Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa
diperkirakan seperti pada saat batuk, bersin tertawa dan
mengangkat benda-benda berat ?
- Ya, inkontinensia terjadi pada saat klien mengangkat benda-
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
inkontinensia urine ?
- Sebulan terakhir.
8. Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?
- Ya
9. Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih?
- Tidak
10. Apakah masalah ini bertambah parah?
- Ya
11. Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia?
- Klien menggunakan popok untuk mengatasi masalah
inkontinensianya.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sering buang air kecil tidak terkontrol saat
batuk, bersin dan mengangkat benda berat.
c. Riwayat Kesehatan
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang perlu dikhawatirkan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit
Nurseairlangga.org
f. Riwayat Psikologi
Klien adalah ibu dari 6 orang anak. Klien terpaksa bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dikarenakan suami klien
tidak dapat bekerja akibat kelumpuhan.
2) Data Obyektif
a Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 105x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu tubuh : 370 C
BB : 75kg
TB : 157 cm
IMT : 30,4
b Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breathing)
RR klien sedikit meningkat 23x/menit,namun masih dalam batas
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
g. Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
h. Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak
Nurseairlangga.org
pada pasien
Palpasi
c. Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan.
d. Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord
Perkusi
Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
5. B5 (Bowel)
Tidak ditemukan masalah keperawatan.
6. B6 (Bone)
Terdapat kemerahan pada kulit daerah perianal.
c
Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap : Hb 15,1 gr/dl, Ht 43 % leukosit 10,6 rb/ul urem
darah 23 mg/dl, kreatinin darah 0,6 mg/dl.
Etiologi
Tekanan intra abdominal
meningkat
Urin involunter
Inkontinensia stress
Masalah Keperawatan
Inkontinensia stress
Nurseairlangga.org
DS:
Klien merasa terganggu
dan
cemas
dengan
kondisinya
DO: klien tampak cemas
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
inkontinensia
Penegeluaran urin
involunter
Mengganggu aktivitas
Ansietas
inkontinensia
Penegeluaran urin
involunter
Risiko gangguan
integritas kulit
Ansietas
Nurseairlangga.org
DO : klien terpasang
kateter
DS : -
inkontinensia stres
Nurseairlangga.org
keluarnya urine
involunter
pemasangan kateter
urinary tract sulit
dibesihkan
Resiko infeksi
Nurseairlangga.org
1) Inkontinensia
stress
Nurseairlangga.org
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
inkontinensia stress.
klien dapat menjelaskan penyebab inkontinensia dan
rasional terapi.
Intervensi
Rasional
Tentukan
faktor
penunjang 1 Pada inkontinensia stress, otot
inkontinensia antara lain : kelahiran
dasar panggul (pubokoksigeus)
anak, obesitas, penuaan, dll. Pada
dan otot levator ani telah
kasus Ny. M faktor penunjang yang
melemah atau meregang akibat
ditemukan adalah obesitas dengan
kelahiran
anak,
obesitas,
IMT : 30,4
penuaan, dll.
Ajarkan latian otot dasar panggul
2 Latihan otot dasar panggul
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
menguatkan
dan
mengencangkan otot dasar
panggul. Hasil studi telah
menunjukkan bahwa latian
otot panggul meningkatkan
atau
sepenuhnya
mengendalikan inkontinensia
stress (Dougherty,1998).
Nurseairlangga.org
2) Ansietas berhungan dengan perubahan lingkungan yang aktual dalam
status sosialekonomi sekunder akibat pekerjaan baru.
Tujuan : Ansietas berkurang dibuktikan dengan kontrol ansietas.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
b. Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada.
c. Klien dapat menjalankan aktivitas sehari harinya.
1
2
3
Intervensi
Lakukan pengkajian untuk
mengetahui tingkat ansietas klien.
Observasi tanda-tanda vital
(keadekuatan nadi, tekanan darah)
Beri dorongan klien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan
ansietasnya.
Kolaborasikan dengan dokter
pengobatan untuk mengurangi
ansietas klien sesuai kebutuhan klien.
Nurseairlangga.org
4
2
3
Rasional
Untuk mengetahui kondisi
klien dan sebagai langkah
awal sebelum mengambil
keputusan.
Tanda tanda vital adalah
indikator
kondisi
yang
dialami klien.
Untuk mengetahui penyebab
ansietas klien.
Pengobatan medis untuk
mengurangi ansietas klien.
Nurseairlangga.org
4
Nurseairlangga.org
Rasional
Nurseairlangga.org
1. Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam 1.Menghindari iritasi dan lecet
keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila
yang lebih parah pada klien
basah Berikan penjelasan tentang pentingnya 2.Bladder training digunakan
personal hygiene
untuk mengembalikan fungsi
2. Anjurkan klien untuk bladder training
kandung kemih ke dalam
3. Anjurkan klien untuk latihan perineal atau
kondisi normal.
pelvic muscle excercise :
3.Membantu menguatkan kontrol
a. Kontraksikan otot perineal untuk
muskuler (jika di
menghentikan pengeluaran urine.
indikasikan )
b. Kontraksi dipertahankan selama 5-10
detik dan kemudian mengendorkan
atau lepaskan.
c. Ulangi sampai 10 kali, 3-4 x / hari.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Rasional
area
infeksi
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal yang bersifat
sementara atau permanen untuk mengontrol aliran urine dari kandung kemih.
(Kozier, 2009)
Etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis Inkontinensi Urin ada beberapa
macam berdasarkan jenisnya. Inkontinensi Urin dibagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan golongannya, yakni Inkontinensia dorongan, Inkontinensia tekanan,
Inkontinensia aliran berlebih(overflow) dan Inkontinensia fungsional.
Dalam mendiagnosa inkontinensia urin, seorang perawat terlebih dahulu
melakukan anamnesa tentang riwayat kesehatan dan kebiasaan hidup (termasuk
asupan cairan). Pemeriksaan fisik diperlukan untuk memeriksa kemungkinan
kondisi yang dapat berpengaruh terhadap masalah. Sampel urin diperlukan untuk
menganalisa kemungkinan adanya infeksi. Jika diperlukan evaluasi yang lebih
lanjut, tes yang lebih khusus (urodynamic studies) dapat dilakukan. Urodynamic
studies digunakan untuk menguji seberapa baik kinerja kandung kemih dan uretra.
Tes tersebut meliputi postvoid residual urine volume (PVR), cystometry,
uroflowmetry, cystoscopy, dan electromyography. Tes penggambaran (video
urodynamic tests) juga dapat digunakan.
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Tonagho & Mc Anuch (2008)
meliputi modifikasi lingkungan, terapi perilaku, terapi farmakologi, terapi
pembedahan, dan alat bantu.
Inkontinensia urin mempengaruhi emosional penderita cukup besar. Bila
inkontinensia yang berat penderita memerlukan pemasangan kateter permanen,
sehingga mobilitas penderita terganggu. Selain itu, inkontinensia urin juga dapat
menyebabkan gangguan rasa nyaman yang dapat disebabkan karena tanpa disadari
urin keluar secara tiba-tiba. Hal ini dapat mengganggu pola tidur klien.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
4.2 Saran
Sebagai perawat tentunya kita harus melaksanakan asuhan
keperawatan yang tepat untuk menangani kasus urinary incontinencyagar
nantinya tidak terjadi komplikasi lebih lanjut pada ginjal dan organ tubuh
yang lainnya.Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan urinary
incontinencymaka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini
pemberian asuhan keperawatan memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi
oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
ini akan membawa konsekuensi terhadap permasalahan keperawatan
Nurseairlangga.org
penyakit
atau
masalah
yang
sama,
akan
tetapi
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Darmojo B. 2009. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Edisi keempat. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Doengoes, E Marilynn, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
E. Suparman dan J. Rompas. 2008. Inkontinensia urin pada perempuan
menopause. Manado:Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Grace, Pierre A.2006. At a glance Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Airlangga
Kozier, Barbara, Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, ed. 5,
2009, Jakarta: EGC
Mark A.Graber, Peter P. Toth, Robert L. Herting. 2006. Buku Saku Dokter
Keluarga. Jakarta : EGC
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Moini, Jahangir. 2013. Introduction To Pathology For The Physical Therapist
Nurseairlangga.org
Santoso, Budi Iman, Inkontinensia Urin pada Perempuan, 2008, Jakarta. Diunduh
dari URL www.indonesia.digitaljournals.org pada 5 maret 2014
Simon,
Harvey.
2012.
Urinary
incontinence
diakses
melalui
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/urinary-incontinence pada 5
maret 2014 : University of Maryland Medical Center
Soetoyo,
2009.
Inkontinensia
Urine
perlu
Penenganan
MultiDisiplin.
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org
Nurseairlangga.org