PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental di Indonesia,
khususnya masalah energi listrik. Energi listrik merupakan energi yang sangat
diperlukan bagi manusia modern. Bahkan sebagian besar aktivitas manusia
ditunjang dengan sebuah peralatan dan teknologi yang menggunakan
listrik sebagai sumber energi. Hal ini menjadikan bahwa listrik menjadi sebuah
bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas manusia. Sejak beberapa tahun
terakhir ini, para ahli mulai merubah pendapatnya tentang pemanfaatan sumber
energi yang ada di Indonesia. Timbulnya kesadaran akan sumber bahan bakar fosil
yang selama ini merupakan sumber energi andalan akan terancam kelangkaan
dalam beberapa tahun kedepan.
Cadangan energi fosil Indonesia kian hari makin menipis, seperti minyak,
cadangannya hanya 0,5 % dari cadangan dunia, gas hanya sekitar 1,4 % dari
cadangan dunia dan batu bara 3,1 %. Sumber energi tersebut diperkirakan tak
mampu memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat sehingga perlu adanya
pasokan energi listrik yang stabil untuk memenuhi kebutuhan. (Liputan 6).
Keanekaragaman sumber daya di perairan Indonesia merupakan kekayaan
alam yang kemungkinan besar masih sangat sedikit dimanfaatkan oleh manusia.
Wilayah perairan Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta km2 serta mempunyai garis
pantai yang panjangnya sekitar 81.000 km, sehingga pemanfaatan sumberdaya
laut selayaknya dilakukan secara optimal. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Tingginya keanekaragaman
hayati di laut dapat merefleksikan potensi ekonomi perairan pesisir dan lautan
tersebut, dalam artian bahwa semakin tinggi keanekaragaman hayati yang
terkandung, semakin besar potensi yang dapat dikembangkan (Dahuri, 2003).
Mikroalga sebagai salah satu komoditi hasil perairan dewasa ini telah menjadi
alternatif untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk
dimanfaatkan. Seiring perkembangan bioteknologi mikroalga, sejumlah penelitian
mulai ditujukan untuk menghasilkan produk bermanfaat yang bernilai tinggi
diantaranya sebagai sumber bahan kimia dan sumber pembangkit listik.
Rumusan Masalah
1. Apa kandungan alga merah (Eucheuma cottoni) sehingga memiliki potensi
sebagai pembangkit listrik?
2. Bagaimana cara pemanfaatan Alga merah (Eucheuma cottoni) sebagai sumber
pembangkit listrik?
Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan Alga merah (Eucheuma cottoni) sehingga
memiliki potensi pembangkit listrik
2. Untuk mengetahui cara pemanfaatan Alga merah (Eucheuma cottoni) sebagai
sumber pembangkit listrik.
Manfaat
1. Manfaat bagi penulis sendiri adalah untuk menambahkan landasan pengetahuan
tentang pemanfaatan Alga merah (Eucheuma cottoni) sebagai tenaga
pembangkit listrik
2. Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah pengetahuan dan kiranya bisa
dijadikan bahan referensi untuk melakukan kajian.
3. Manfaat bagi lingkungan akademis adalah untuk dijadikan sebagai landasan
dalam pembuatan karya ilmiah atau penulisan makalah dengan tema yang
sama, yaitu yang mencakup pemanfaatan Alga merah (Eucheuma cottoni)
sebagai tenaga pembangkit listrik.
4. Manfaat bagi masyarakat adalah sebagai sumber alternatif pembangkit listrik.
GAGASAN
Kondisi Kekinian tentang Permasalahan Kebutuhan Energi Listrik
Selama ini pembahasan energi hanya fokus pada jumlah pasokan energi
listrik. Akibatnya, perhatian masyarakat dan negara hanya berkutat pada
peningkatan jumlah produksi pertambangan. Faktor tingginya konsumsi bahan
bakar tidak dipertimbangkan sebagai fokus penting memperkuat cadangan energi.
Hendro Sangkoyo, pendiri School of Democratic of Economics, mengatakan
konsumsi energi Indonesia memang termasuk kecil di kawasan Asia, Australia,
dan Selandia Baru. Namun, jika kebutuhan energi dibandingkan jumlah industri
dan perumahan rakyat, Indonesia termasuk boros. Kita memang kecil. Tapi kalau
dilihat dengan kaca pembesar, sebenarnya kita boros.Hendro memberikan
contoh, Pondok Indah Mall 2 di Jakarta membutuhkan daya listrik 13 juta watt per
detik. Jumlah itu setara dengan konsumsi listrik 1.000 rumah dengan daya 1.300
watt per rumah. Total penggunaan listrik Pondok Indah Mall 2 setara dengan
konsumsi listrik Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Berdasarkan kesepakatan Konsorsium Pembangunan Mal ASEAN, di
Jakarta akan berdiri 214 mal menjelang tahun 2014. Akibatnya, kebutuhan listrik
untuk Jakarta setara dengan listrik yang mengaliri separo Sumatera.
(http://www.vhrmedia.com/2010/).
10
11
12
Substrat harus stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya
di daerah terumbu karang
Tempat dan lingkungan perairan tidak mengalami pencemaran
Kedalaman air pada waktu surut terendah 1- 30 cm
Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang tahun
Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit
Jauh dari muara sungai.
Perairan tidak mengandung lumpur dan airnya jernih. h. Suhu air
berkisar 27 28 oC dan salinitas berkisar 30 -37 ppt (Kadi,1998).
kasar 1,39%, Abu 14,21%, mineral Ca 52,82%, mineral Fe 0,11%, riboflamin 2,26
%, vitamin C 4%, dan karaginan 65,75%. Zat penyusun Eucheuma cottoni yang
akan dimanfaatkan sebagai biobiobioetanol adalah karaginan.
Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium,
natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa
kopolimer. Karaginan adalah suatu bentuk polisakarida linear dengan berat
molekul di atas 100 kDa (Winarno 1996 ; WHO 1999). Karaginan tersusun dari
perulangan unit-unit galaktosa dan 3,6-anhidro galaktosa (3,6-AG). Keduanya
baik yang berikatan dengan sulfat atau tidak, dihubungkan dengan ikatan
glikosidik 1,3 dan -1,4 secara bergantian (FMC Corp 1977). Karaginan ini lah
yang akan difermentasi untuk menghasilkan bioetanol.
14
15
Gambar 4. Ilustrasi sistem pembangkit listrik tenaga uap
16
alternatif sumber energi listrik yang semakin berkurang dengan konsumsi yang
semakin bertambah. Dengan didirikannya pembangkit listrik berbasis lingkungan
ini diharapkan agar kedepan masyarakat bisa merasakan energi listrik yang
terbarukan sebagai alternatif pembantu pasokan listrik daerah perkotaan yang
membutuhkan energi listrik yang banyak dan di daerah tepencil yang kekurangan
sumber energi listrik.
Teknik Implementasi Gagasan
Supaya gagasan bioetanol Eucheuma cottoni sebagai bahan baku
pengganti batu bara pada sistem pembangkit listrik tenaga uap ini dapat di
implementasikan dengan baik, maka haruslah didukung hal-hal berikut ini:
1) adanya riset berkelanjutan dalam pengembangan pemanfaatan energi yang
dihasilkan oleh makhluk hidup;
2) dukungan pemerintah pusat dalam penciptaan alternatif penghasil energi
listrik yang terbarukan dan ramah lingkungan;
3) dukungan dari Pemkot dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
dan juga penciptaan alternative energy listrik;
4) komitmen antara pemerintah dan masyarakat mengenai keberadaan
pembangkit ini agar Indonesia dapat menjadi negara dengan pengelolaan
energi mandiri;
5) diperlukan riset mengenai cara pendistribusiannya ke wilayah-wilayah
perkotaan khususnya dan untuk daerah yang belum terpasoki listrik pada
umumnya.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J, Istini S, Zatnika A, Suhaimi. 1986. Manfaat dan
Pengolahan Alga merah. Jakarta: Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. hlm 128 - 135.
19