TINJAUAN TEORI
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang
kandung
kemih.
Vagina
merupakan
saluran
muskulo-
mempertahankan
posisinya
uterus
disangga
beberapa
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan
serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh
darah terjepit
rapat dengan
demikian
panggul,
ligamentum
yang
menyangga
uterus
adalah
12
13
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga
lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk s.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon hormon steroid.
14
15
B. Pengertian
Sectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan insisi pada
perut dan uterus (Bobak, IM. 2000).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan (Mansjoer, 2001).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan sectio sesarea atas indikasi
ketuban pecah dini adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding perut karena pecahnya selaput ketuban spontan 1
jam atau lebih sebelum terjadi persalinan.
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kanan, kiri, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uterine putus sehingga mengakibatkan pendarahan yang
banyak.
2. Sectio caesarea klasik (profunda)
Yaitu dengan membuat insisi memanjang pada korpus uteri sepanjang 10cm.
Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin lebih cepat
b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
(Bobak, IM, 2000 )
D. Anasthesi
Anastesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai rasa sakit
yang sifatnya sementara, tipe anasthesi menurut Mary Hamilton (1995) yaitu:
a. Anastesi umum
Yaitu suatu cara untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya rasa
sakit di seluruh tubuh disebabkan pemberian obat-obatan anastasi, anastesi
umum mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat, menyebabkan insensivitas
secara umum terhadap stimulus dan berbagai tingkat relaksasi. Obat diberikan
dengan cara inhalasi atau infus intra vena. Obat yang diberikan dengan cara
inhalasi antara lain nitrogen oksida, eter dan fluotan (halotan). Sedangkan
obat yang diberikan dengan cara intravena ada golongan barbiturate, golongan
17
non barbiturate dan ketalar. Dari golongan barbiturate antara lain pentonal
(piopental), suretal dan butalliton, sedang dari golongan non barbiturate antara
lain gama hidroksiburat dan inovar. Obat tersebut dapat menghilangkan rasa
sakit dengan cepat tetapi menekan kesadaran pasien, sehingga ia kehilangan
keikutsertaan dan kepuasan dalam kejadian persalinan. Di samping itu,
berbagai jumlah obat-obatan mencapai bayi dengan cara melewati sirkulasi
ibu dan bereaksi pada sistem saraf janin.
Anastesi umum diberikan oleh ahli anastesi pada saat melahirkan dan
diteruskan sampai perbaikan perineal telah selesai. Pasien dimonitor dengan
ketat sampai ia benar-benar sadar, monitoring meliputi pengkajian tanda-tanda
vital, tingkat kesadaran, dan perhatian lain dalam post partum. Intervensi
meliputi mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan memberikan jaminan
keamanan.
b. Anestesi Regional (Lokal)
Yaitu suatu cara untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian tubuh atau
pada daerah tertentu dari tubuh. Anastesi regional menekan insensivitas area
tubuh terhadap rasa sakit atau stimulus lainnya. Area yang dipengaruhi
tergantung pada saraf yang terlibat. Bila akar dari suatu saraf disuntik dengan
anastetik, seperti dan saddle, epidural, atau blok kaudal, bagian bawah tubuh
yang luas akan teranastesi.
Blok saddle dilakukan dengan cara memasukkan jarum kira-kira 1cm
dibawah prosesus spinosus setinggi lumbal ketiga dan ke empat, menuju
18
keatas medial sampai pada epidural. Agens anastesi yang digunakan yaitu
bupivacaine (marcaine). Letakkan klien dalam posisi duduk dengan kepala
ditekuk ke depan (dada) sehingga punggung melengkung dan sela vertebra
terbuka. Topang klien dengan dalam ini karena ia berat ke depan oleh
kehamilannya dan klien mudah jatuh ke depan jika tidak ditopang dengan
baik. Manset tekanan darah dipasang di lengan atasnya dan pengukuran dasar
awal dilakukan sebelum
untuk
bersalin.
Kepalanya
harus
sedikit
dinaikkan
untuk
memungkinkan obat naik lebih tinggi di kanal spinalis sehingga mati rasa
tercapai tanpa membiarkannya naik terlalu tinggi.
Setelah bersalin pasien yang mengalami blok saddle membutuhkan
perawatan khusus ekstremitas bawahnya mengalami paralise sekitar 2 sampai
4 jam. Kedua tungkainya diangkat bersamaan dari penyangga. la akan
membutuhkan bantuan untuk pindah dari meja operasi gurney dan dari gurney
ke tempat tidurnya. la harus diberi semangat untuk berputar dari satu sisi ke
sisi lainnya, tapi ia harus dilarang menaikkan kepalanya sampai 24 jam
kemudian untuk mencegah sakit kepala post spinal. Jika terjadi sakit kepala,
anjurkan klien berbaring telentang dan diberikan analgesic sesuai resep.
19
kontraksi
usus.
Motilitas
usus
yang
berlebihan
22
23
6. Payudara
Sekresi dan ekresi kolostrum berlangsung beberapa hari setelah
persalinan. Pada hari ketiga dn keempat post partum payudara menjadi penuh
tegang, keras, tetapi setelah proses laktasi dimulai payudara terasa lebih
nyaman, jadi itu perlu adanya system rooming in.
7. Sistem kardiovaskuler
Volume darah cenderung menurun akibat perdarahan post operasi, suhu
badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6-8 jam pertama post partum
umumnya ditemukan bradikardi. Keadaan pernafasan berubah akibat dari
anestesi, tekanan sedikit berubah atau tidak sama sekali.
8. Sistem endokrin
Perubahan yang terjadi pada perubahan endokrin selama masa nifas yaitu
hormone plasenta yang menurun dengan cepat setelah persalinan. Keadaan
hormone plasenta laktogen (HPL) merupakan keadaan yang tidak terdeteksi
dalam 24 jam, keadaan estrogen dalam plasenta menurun sampai 10 % dari
nilai ketika hamil dalam waktu 3 jam setelah persalinan. Pada hari ke tuju
keadaan progesterone dalam plasma menurun sampai dibawah nilai lutheal
pertama. Pada hormone pituitary keadaan prolaktin pada darah meninggi
dengan cepat pada kehamilan. Pada ibu yang tidak laktasi prolaktin akan turun
dan mencapai keadaan seperti sebelum kehamilan dalam waktu 2 minggu.
24
9. Sistem integument
Strial yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen mungkin akan
tetap bertahan lama setelah persalinan tetapi akan menghilang menjadi eknik
ra yang lebih terang. Bila terdapat kloasma biasanya akan memutih dan
kelamaan akan menghilang.
10. Sistem urinari
Fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan setelah persalinan, pada
klien yang terpasang kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi pada saluran
kemih.
11. Sistem gastrointestinal
Gangguan nutrisi terjadi 24 jam post partum sebagai akibat dari
pembedahan dengan anestesi general yang mengakibatkan tonus otot saluran
pencernaan akan lebih lama berada dalam saluran makanan akibat pembesaran
rahim.
25
b. Sedang: kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c. Berat: dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Sering dijumpai pada
partus terlantar di mana sebelumnya sudah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama
2. Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, atonia uteri.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan reptura uteri spontan pada kehamilan berikutnya dikarenakan
kurang kuatnya parut pada dinding uteri.
5. Nyeri di bekas jahitan
Keluhan ini sebetulnya wajar karena tubuh tengah mengalami luka, dan
penyembuhannya tidak bisa sempurna 100%. Dalam operasi sesar ada 7
lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7
lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang
jahit. Dalam proses penyembuhan tak bisa dihindari terjadinya pembentukan
jaringan parut. Jaringan parut inilah yang dapat menyebabkan nyeri saat
melakukan aktivitas tertentu, terlebih aktivitas yang berlebihan atau aktivitas
yang memberi penekanan di bagian tersebut.
26
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien post sectio cesarea menurut Doenges (2000) adalah
sebagai berikut:
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
4. Memberikan analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg,
pemberian narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg.
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan.
6. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain.
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada
hari keempat setelah pembedahan.
8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk
memastikan
perdarahan
pasca
operasi
atau
mengisyaratkan
hipovolemia.
9. Pemeriksaan laboratorium darah : Hb, Ht,Trombosit, Leukosit.
H. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian pada klien post sectio caesaria menurut Doenges (2001) yaitu:
27
1. Aktivitas/Istirahat
a. Melaporkan keletihan, kurang energi.
b. Letargi, penurunan penampilan.
2. Sirkulasi
a. Tekanan darah dapat meningkat.
b. Mungkin menerima magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan.
c. Perdarahan vagina mungkin ada.
3. Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada.
4. Integritas ego
a. Mungkin sangat cemas dan ketakutan.
b. Dapat menentukan prosedur yang antisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negative pada kemampian sebagai wanita.
5. Nyeri/Ketidaknyamanan
a. Mungkin menerima narkotik atau anastesi peridural awal proses persalinan.
b. Mungkin menunjukkan persalinan palsu di rumah.
c. Kontraksi jarang dengan identitas ringan sampai sedang (kurang dan 3
kontraksi dalam 10 menit).
d. Fase laten persalinan dapat memanjang 20 jam atau lebih lama pada
nulipara (rata-rata adalah 8 jam) atau 14 jam pada nulipara (rata-rata 5
jam).
28
6. Keamanan
a. Dapat mengalami versi eksternal setelah gestai 34 minggu dalam upaya
untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi bokong menjadi
presentasi kepala.
b. Penurunan janin Mungkin kurang dari 1 cm/jam, pada nulipara kurang dari
2 cm/jam pada multipara (penurunan dengan eknik yang lebih lama). Tidak
ada kemajuan yang terjadi dalam 1 jam/lebih untuk nulipara atau dalam 30
menit pada multipara (penghentian penurunan).
c. Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam mal posisi.
d. Servik mungkin kaku atau tidak siap.
7. Makanan atau cairan
Nyeri
epigastrik,
gangguan
penglihatan,
edema
(tanda-tanda
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post sectio caesaria menurut
Doenges, Carpenito adalah:
29
J. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah pada klien post sectio cesarea
menurut Doengoes (2000) adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil: skala nyeri 1-0 atau hilang, pasien tenang dan rileks
Intervensi:
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri.
b. Kaji suhu dan nadi.
c. Ajarkan tehnik nafas dalam bila nyeri muncul
d. Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
e. Alih baring posisi pasien untuk mengurangi nyeri
30
d. Tidak
ada tanda-tanda
infeksi
(rubor,
kalor,
dolor,
tumor
dan
fungsiolaesa)
e. Tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C)
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji luka pada abdomen dan balutan.
c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan
teknik antiseptik
d. Catat / pantau kadar Hb dan Ht
e. Kolaborasi pemberian antibiotic cefotaxime 3 x1 gr
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat
Kriteria hasil: klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
diri dan bayi setelah operasi sectio caesarea
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien
b. Berikan penjelasan tentang perawatan diri
c. Perlunya perawatan payudara dan ekpresi manual bila menyusui
d. Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi
32