Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOLELITIASIS
REFARAT
JUNI 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
No. Stambuk
: N 111 14 055
Fakultas
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Universitas
: Tadulako
Judul Refarat
: Kolelitiasis
Bagian
Palu,
Juni 2015
Pembimbing Refarat
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I
BAB II
i
ii
iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi .....................................................................................
10
12
13
14
15
16
16
17
18
21
21
21
23
26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
27
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam
kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu
disebut koledokolitiasis.
Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan
bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu
gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat
atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala
(silent stone).
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain.
Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat
diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada
pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 %
wanita dan 8 % pria.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain.
Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG,
maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini
sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin
canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan
sangat mengurangi morbiditas dan moralitas.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan kolelitiasis.
1.2.2
Tujuan Khusus
Memahami definisi, anatomi, fisiologi, epidemiologi, patogenesis,
patofisiologi, manifestasi klinis dan penegakan diagnosis di bidang
radiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Vesica Fellea
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah
advokat yang terletak pada permukaan visceral hepar dengan panjang
sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Kandung empedu tertutup
seluruhnya oleh peritoneum visceral, tetapi infundibulum kandung empedu
tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila
kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian
infundibulum menonjol seperti kantong yang disebut kantong Hartmann.1
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus
berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar,
dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi
ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan
visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan
sebagai duktus sistikus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu
dengan sisi kanan duktus hepatikus komunis membentuk duktus koledokus.2
2.1.2 Ductus
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3 mm. Dinding
lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral Heister,
yang memudahkan cairan empedu masuk kedalam kandung empedu, tetapi
menahan aliran keluarnya. Saluran empedu ekstrahepatik terletak didalam
ligamentum hepatoduodenale yang batas atasnya porta hepatis, sedangkan
batas bawahnya distal papilla Vater. Bagian hulu saluran empedu
intrahepatik berpangkal dari saluran paling kecil yang disebut kanalikulus
empedu yang meneruskan curahan sekresi empedu melalui duktus
interlobaris ke duktus lobaris dan selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus. 1
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm.
Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi, bergantung pada letak
2.2 Fisiologi
2.2.1 Sekresi Empedu
8
b.
terus
menerus
diabsorbsi
oleh
mukosa
kandung
empedu,
absorpsi sekunder ion klorida, air, dan kebanyakan zat-zat terlarut lainnya.
Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali lipat dengan cara ini,
sampai maksimal 20 kali lipat. 3
2.2.3 Pengosongan Kandung Empedu
Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu
oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus.
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan
berlemak ke dalam duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon
kolesistokinin dari mukosa duodenum, kemudian masuk kedalam darah dan
menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot
polos yang terletak pada ujung distal duktus koledokus dan sfingter Oddi
mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang
kental ke dalam duodenum. 3
Proses koordinasi aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :
a. Hormonal :
Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan
merangsang mukosa sehingga hormon kolesistokinin akan terlepas.
Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung
empedu.
b. Neurogen :
o Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase cephalik dari sekresi
cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan
menyebabkan kontraksi dari kandung empedu.
o Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke
duodenum dan mengenai sfingter Oddi. Sehingga pada keadaan
dimana kandung empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar
walaupun sedikit.
Secara normal pengosongan kandung empedu secara menyeluruh
berlangsung selama sekitar 1 jam. Pengosongan empedu yang lambat akibat
10
Gambar 2a. Kontraksi sfingter Oddi dan pengisian empedu ke kandung empedu. 2b.
Relaksasi sfingter Oddi dan pengosongan kandung empedu.
(90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam
anorganik. 1
a.
b.
masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman usus dirubah menjadi
deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90%) garam empedu dalam
lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya
akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam
empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada
gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi
maka absorbsi garam empedu akan terganggu. 3
2.2.6 Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan
globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
biliverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam
plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat
lain (konjugasi) yaitu 80 % oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel
darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang
terbentuk sangat banyak. 3
2.3 Kolelithiasis
2.3.1 Definisi
12
13
dengan
fosfolipid
(lesitin)
dalam
bentuk
gelembung
bulat,
membran
disebut
kecil
vesikel
nantinya
diperlukan
pencernaan
dan
dalam
14
agregat larut disebut mixed micelles. Hal ini terjadi terutama di kandung
empedu, di mana empedu terkonsentrasi oleh reasorpsi elektrolit dan
air.
Dibandingkan dengan vesikel (yang dapat menimpan hingga 1
molekul kolesterol untuk setiap molekul lesitin), mixed micelles
memiliki daya dukung rendah kolesterol (sekitar 1 molekul kolesterol
untuk setiap 3 molekul lesitin). Jika cairan empedu mengandung
proporsi yang relatif tinggi kolesterol, akan membentuk empedu
terkonsentrasi, pemisahan vesikel secara progresif dapat menyebabkan
keadaan di mana vesikel residual terlampaui. Pada tahap ini, empedu
jenuh dengan kolesterol, dan akan terbentuknya kristal kolesterol
monohidrat.
Dengan demikian, faktor utama yang menentukan apakah batu
empedu kolesterol akan membentuk adalah (1) jumlah kolesterol yang
disekresikan oleh sel-sel hati, relatif terhadap lecithin dan garam
empedu, dan (2) tingkat konsentrasi dan tingkat stasis empedu di
kandung empedu.
b. Kalsium, bilirubin, dan pigmen batu empedu
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme,
secara aktif disekresi ke empedu oleh sel-sel hati. Sebagian besar
bilirubin dalam empedu berupa konjugat glukuronida, yang cukup larut
air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak
terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi, seperti asam lemak, fosfat,
karbonat, dan anion lainnya, cenderung membentuk endapan tidak larut
dengan kalsium. Kalsium akan memasuki empedu secara pasif bersama
dengan elektrolit lain. 5
Dalam situasi tinggi kadar heme, seperti hemolisis kronis atau
sirosis, bilirubin tak terkonjugasi dapat hadir dalam empedu dengan
konsentrasi lebih tinggi dari normalnya. Kalsium bilirubinate kemudian
dapat membentuk kristal dari larutan dan akhirnya akan menjadi batu.
Seiring waktu, berbagai oksidasi menyebabkan bilirubin akan
15
16
pemberian terapi emesis, antasid, buang air besar, kentut, ataupun perubahan
posisi. Biasanya disertai dengan diaforesis, mual, dan muntah.7
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan kolelitiasis tanpa komplikasi atau kolik bilier sederhana
biasanya memiliki hasil uji laboratorium normal. Pengujian laboratorium
umumnya tidak dilakukan kecuali kolesistitis menjadi acuan. 8
Batu empedu asimtomatik sering ditemukan secara kebetulan melalui
foto polos, sonogram abdomen, atau CT-Scan untuk pemeriksaan dari proses
lainnya. Foto polos ambdomen memiliki sedikit peran dalam mendiagnosis
batu empedu. Kolesterol dan pigmen batu yang radiopak akan terlihat pada
radiografi hanya 10 30 % dari kasus, tergantung sejauh mana proses
kalsifikasinya. 8
Pemeriksaan Darah
Pada pasien suspek batu empedu komplikasi, darah rutin dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosis banding, fungsi hati, amilase, dan
lipase.
Pada
kasus
koledokolitiasis
obstruksi
bisanya
menghasilkan
17
Gambar 4 Garis hyperechoic merupakan tepi batu empedu berkumpul. Acoustic Shadow
yang mudah terlihat. Saluran empedu dapat dilihat di atas vena porta
2.3.5 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Pada pasien dengan batu empedu simtomaik, dapat dilakukan dengan
terapi intervensi bedah dan non-bedah.
Penanganan operasi pada batu empedu asimptomatik tanpa komplikasi
tidak dianjurkan. Indikasi kolesistektomi pada batu empedu asimptomatik
ialah:10
- Pasien dengan batu empedu > 2cm
- Pasien dengan kandung empedu yang kalsifikasi yang resikko tinggi
keganasan
- Pasien dengan cedera medula spinalis yang berefek ke perut.
Cholecystectomy
Pengangkatan
kandung
empedu
(kolesistektomi)
umumnya
18
19
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas
Nama
: Tn. A
Umur
: 60 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. Siranindi
Agama
: Islam
: Pav. Rajawali
Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan atas
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Dialami sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan
tertusuk-tusuk, hilang timbul, tidak tembus ke belakang dan tidak menjalar ke
tempat lain. Nyeri tidak dipengaruhi oleh makanan saat makan. Nyeri disertai
dengan mual, muntah kadang-kadang. Demam tidak ada, batuk tidak ada.
BAB: Biasa,warna kuning pekat.
BAK: lancar, kuning
-
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Nyeri yang sama pernah dialami
2 minggu yang lalu kemudian minum obat magh, keluhan membaik. Pada
tanggal 13-4-2015 kembali mengalami nyeri perut kanan atas sampai ulu hati
20
dirujuk ke RSU Anutapura, di observasi selama satu hari pasien pulang. 5 hari
yang lalu pasien kambuh lagi kembali masuk RSU Anutapura.
-
Riwayat BAK keluar batu tidak ada, keluar nanah tidak ada, keluar darah
tidak ada
3.3
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Sakit sedang/gizi baik/composmentis
Status Vitalis
Tekanan Darah
: 110/80mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Kepala
Konjungtiva
: anemis (-)
Sklera
: ikterus (+)
Bibir
Gusi
: perdarahan (-)
Mata
Leher
Kelenjar getah bening
DVS
: R-2 cmH20
Deviasi trakea
Paru
21
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor R=L
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
3.4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (21/5/2015)
Darah Rutin
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
WBC
9,9
RBC
4,52
Hb
10,9
12 18 g/dl
HCT
35,2
30 47 %
22
MCV
77,9
75 118 fl
MCH
24,1
23,2 38,7 pg
MCHC
31
31,9 37 g/dl
PLT
703
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Kolesterol
309
HDL
69
Lk : 35 55 mg/dl
LDL
202
TGL
190
77
10 50 mg/dl
1,56
8,95
7,01
1,94
47
81
5,03
2,44
2,59
g/dl
Kimia Darah
Lemak
Faal Ginjal
Ureum
Creatinin
Faal Hati
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
SGOT
SGPT
Total Protein
Albumin
Globulin
Pemeriksaan Tambahan
HbsAg
Anti HCV
Elektrolit
K+
Na+
ClUrin Rutin
PH
Non Reaktif
Non Reaktif
2,86
128,13
99,33
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
6,0
4,8 8,0
23
BJ
1,010
1,003 1,022
Protein
Negatif
Negatif
Reduksi
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Leukosit
1-2
05
Eritrosit
0-1
03
Negatif
Negatif
Silinder Granula
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Darah Samar
Epitel Sel
Bakteri
Gambaran Radiologi
GB
24
Kesan
Cholelithiasis
3.5
Resume
Seorang laki-laki, 60 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan atas dialami sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri
dirasakan tertusuk-tusuk, hilang timbul. Nyeri disertai dengan mual, muntah
kadang-kadang. Nyeri yang sama pernah dialami 2 minggu yang lalu
kemudian minum obat magh, keluhan membaik. Pada tanggal 13-05-2013
kembali mengalami nyeri perut kanan atas sampai ulu hati dirujuk ke RSU
Anutapura, di observasi selama satu hari pasien pulang. 5 hari yang lalu
pasien kambuh lagi kembali masuk RSU Anutapura. Dari pemeriksaan fisik,
pasien sakit sedang, gizi baik dan composmentis. Tanda vital dalam batas
normal.
Pada
palpasi
abdomen
didapatkan
nyeri
tekandi
daerah
dan bilirubin direk juga meningkat yaitu 8,95 dan 7,01. Pada
Diagnosa
Cholelithiasis Simptomatik
3.7
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa :
Tirah Baring
Diet rendah lemak
Medikamentosa :
- IVFD Ring As 12 tpm
25
Neurodex drips/hari
Simvastatin 10 mg 1-1-0
Furosemid 40 mg 1-1-0
VIP Albumin 3 x 2
Curcuma 3 x 1
KSR 2 x 1
Follow up :
Tanggal
S
Nyeri
O
TD
(mmHg)
Nadi
(x/menit)
RR
(x/menit)
T (C)
A
P
IVFD RA
drips
Neurodex
Furosemid
40 mg
Vip
albumin
Simvastatin
22-5-2015
23-5-2015
24-5-2015
25-5-2015
26-5-2015
27-5-2015
Berkurang
Berkurang
Berkurang
Berkurang
Berkurang
Berkurang
130/80
100/80
120/90
110/80
120/80
110/80
80
80
80
80
80
80
20
20
20
20
20
17
36.5
36.5
36.3
36
36.0
36.5
Cholelithiasis
1-0-0
1-0-0
1-0-0
1-0-0
1-0-0
3x2
3x2
3x2
3x2
3x2
3x2
1-1-0
1-1-0
1-1-0
1-1-0
1-1-0
1-1-0
Curcuma
3x1
3x1
3x1
3x1
3x1
3x1
KSR
2x1
2x1
2x1
2x1
2x1
2x1
BAB IV
PEMBAHASAN
Kolelitiasis merupakan salah satu penyakit kandung empedu yang ditandai
dengan adanya sumbatan batu pada saluran kandung empedu yang mana ketika
26
27
sehingga setiap kali ada rangsangan hati juga akan terus aktif membentuk
empedu. Hal ini juga dapat didukung adanya penurunan Hb pada pasien dan
peningkatan bilirubin direk. Peningkatan bilirubin direk dalam darah akibat
terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam sirkulasi karena
adanya hambatan pada saluran empedu.
Gambaran radiologi dari kandung empedu ditemukan adanya distensi
dinding kandung empedu akibat adanya sumbatan pada saluran empedu, disertai
adanya masa hiperechoic berupa batu-batu kecil disertai lumpur / sludge yang
melayang-layang/bergerak bebas pada gambaran radiologi. Hal ini bisa dijadikan
acuan bahwa nyeri yang hilang timbul ini disebabkan batu disertai lumpur yang
menyumbat pada saluran empedu, sehingga memberi kesan kolik bilier.
Penatalaksanaan kolelitiasis meliputi terapi spesifik untuk kelainan
konsentrasi kandung empedu, mengurangi atau menghilangkan batu empedu,
memperbaiki fungsi hati serta mencegah dan mengatasi komplikasi. Penanganan
operasi pada batu empedu simtomatik dapat dilakukan dengan terapi intervensi
bedah seperti cholecystectomy dan non-bedah. Pemberian obat disolusi batu
empedu dapat diberikan dengan pemberian ursodiol, dimana obat ini menekan
sekresi kolesterol pada hati dan menghambat absorbsi kolesterol pada usus.
Dengan dosis 2 x 250 mg per hari. 5
Untuk mecegah terjadinya nyeri, dapat dilakukan dengan melakukan diet
rendah lemak. Selain mencegah terjadinya nyeri hal ini juga membantu dalam
proses dari aktivitas sekresi empedu dari hepar. Sehingga dapat menstabilkan
keadaan fisiologis pada kandung empedu. 13
Pada pasien ini diberikan terapi suportif dengan pemberian Simvastatin 10
mg pada saat pagi dan siang hari, untuk menurunkan kolesterol dalam darah.
Pemberian Vip Albumin untuk kembali meningkatkan albumin agar bilirubin
terkonjugasi dan dapat disekresi melalui ginjal, sehingga diberikan pemberian
furosemid 40 mg pada pagi hari, selain menurunkan preload pada jantung,
pemberian furosemid juga membantu dalam proses ekskresi bilirubin berlebih
dalam darah dengan harapan ikterik pada pasien dapat berkurang. Pemberian
28
curcuma dapat membantu dalam menjaga fungsi hati agar tetap dalam batas
normal.
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Kolelitiasis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke 3. Jakarta: EGC; 2011.
30
31
12. Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. Biliary
Surgery. In: Washington Manual of Surgery. 5th edition. Washington :
Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
13. Lesmana, L. Penyakit Batu Empedu. In : Sudoyo B, Alwi I, Simadibrata MK,
Setiati S Editors. Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. p. 721-26.
32