Anda di halaman 1dari 35

GAMBARAN PENGETAHUAI{ IBU ME}IYUSUI TE,NTAI\{G MASTITIS

DI DESA AEK BAI}AK KECAMATAhI SAYUR MATIIXGGI


KABUPATEN TAPAFTULI SELATA"\I
TAHUN 2OT4

Oleh

Rina Hqfni Lubis, SST' MSi

Di Biayai Dana Rutin Akademi Kebidauan Namira Madina


Sesuai Dengan Kontrak Nomor : 0391LPPh# II/ 2014

LEMBAGA PENELITIAN DA}t PENGABDIAI\I MASYARAKAT


AKADEMI KEBMANAN NAMIRA MADINA
PAhIYABUNGAN
2014

LAPORAN PENELITIAN
1. a. JudulPenelitian

Gamabaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang


Mastitis Di Desa Aek Badak Kecamatan Sayur
Kabupaten Tapanuli Selatan T ahun 2014

2. b. Macam Penelitian

Studi Kasus

3. Peneliti
a. Nama
b. NIDN

Rina llafni Lubis, SST

c. Pangkat/ Golongan
d. Jabatan
e. Jurusan
f. Bidang Ilmu yang Diteliti

0104028703
Asisten Ahli / III b
Dosen Tetap
Akbid Namira Madina Panyabungan
Kebidanan

4. Jumlah Tim Peneliti

: 1 (Satu) Orang

5. Lokasi Penelitian

: Desa Aek Badak - Tapanuli Selatan

6. Jangka Waktu Penelitian

: 3 (Tiga) Bulan

7. Biaya yang Diperlukan

: Rp.5.000.000,-

8. Sumber Biaya

: Dana Rutin Akbid Namira Madina


Panyabnngan, 5 Februari 2Al4

iKebidanan

Peneliti,

I:Y L.PPPfl
'l3r@fflu

Direktur

Namira Madina

JUI}TJL

: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MEII{YUSUI


TENTANG MASTITIS I}t DESA AEK BADAK
KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2014

ABSTRAK

Mastitis dapat terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui. Insiden ini yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33o/o wanita
yang menyusui tetapi biasanya di bawah l0%.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang
mastitis di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kelurahan Parapat Tahun 2003.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer
dengan menggunakan kuesioner. Semua populasi dalam penelitian ini diteliti yaitu
sebanyak 45 orang (total sampling).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 45 responden mayoritas
berpengetahuan kurang sebanyak 19 responden (42,2%). Berdasarkan umur
mayoritas responden berumur 2l-30 tahun berpengetahuan kurang sebanyak 14
responden (46,7%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden yang tidak
bekerja berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden 1s:,:x1. Berdasarkan
paritas mayoritas responden dengan ibu multipara berpengetahuan kurang
sebanyak 6 responden (50%).
Diharapkan kepada petugas kesehatan agar memberikan penkes tentang mastitis
kepada ibu menyusui.
Kata Kunci
Daftar Pustaka

: Pengetahuan ibu, Mastitis, Menyusui.


: 15 (2009-2014)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR ISI..

ii

BAB

PENDAHULUAN.........

1.1. Latar 8e1akan9 ...............


1.2. PerumusanMasalah....
1.3. TujuanPenelitian..
1.3. t. Tujuan Umum
1.3.2. TujuanKhusus

1.4. Manfaat Penelitian..


BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

2.2.
2.3.

2.4.

BAB

III

J
a

JJ
4
5

Pengetahuan

2.1.1. Defenisi

2.1.2. Tingkat

2. I .3

Pengetahuan
Pengetahuan di Dalam Kognitif...........
Cara Memperoleh Pengetahuan................

Ibu Menyusui.............
2.2.1. Defenisi Ibu........." .
2.2.2. Defenisi Menyusui
2"2.3. Cara Menyusui ............
Mastitis
2.3.1. Defenisi Mastitis
2.3.2. Jenis Mastitis............
2.3.3. Gejala Mastitis.....
2.3.4. Penyebab Mastitis
2.3.5. Pencegahan Mastitis....
2.3.6. Penanganan Mastitis.....
Variabel yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Menyusui Tentang Mastitis....
2.4.1. Umrn........
2.4.2. Pekerjaan
2.4.3. Paritas......

METODE PENELITIAN

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.

Kerangka Konsep
Defenisi Operasional................
JenisPenelitian.........
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel

I
I
8
9

9
10
10
11

t2
t2
13
13
13

t4
15
15
15

17
T7

18

3.6.

3.7.
3.8.

BAB

IV

Metode Pengumpulan Data


Aspek Pengukuran Pengetahuan
Pengolahan Data dan Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

18
19
T9

21
21

25

BAB

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

5.2.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

29
29
30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai

infeksi. Mastitis atau peradangan paludara kadang-kadang menjadi fatal bila tidak

diberi tindakan yang adekuat. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang
berat dan memerlukan biaya yang besar. Mastitis dapat teqadi pada semua
populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden

ini

yang dilaporkan

bervariasi dari sedikit sampai 33o/o wanitayang menyusui tetapi biasanya dibawah
10% (Bertha,2Al2).

Beberapa

ahli diberbagai negara telah melakukan penelitian tentang

mastitis diantaranya Kinlay (1987) yang melakukan penelitian

di

Australia

tercatat 1075 ibu menyusui dan terdapat sebanyak 219 Qa%) yang menderita
mastitis periode 0-6 bulan pasca melahirkan. Pada tahun 1991 dilakukan kembali
penelitian di Australia oleh Amir yang terdapat dari 98o/o ibu menyusui terdapat

49 orang (50%) ibu menyusui yang menderita mastitis periode minggu

sampai 2

tahun pasca melahirkan (Bertha, 2012).

Di

Indonesia Dewan dan rekan (2015) menemukan banyak ibu yang

berada di perkotaan rnemberi susu dengan botol menderita nyeri payudara. Wanita

yang memberi susu bayinya dengan susu formula masih rentan terhadap nyeri
karena payudaranya penuh, dan mungkin bengkak. Menurut Suharyono dampak
pemberian susu formula pada bayi adalah menyebabkan bayi diare 16 kali lebih
banyak dari bayi yang mendapat ASI (Mender, 2004).

Penelitian oleh PUSKA-UI (Pusat Penelitian Keluarga sejahteraUniversitas Indonesia) bekerjasama dengan PATH (Profesional Association of
Treatment House) tahun 2A02 di 4 kabupaten di provinsi Jawa Timur (Kediri,

Blitar, Mojokerto, Pasuruan 9 dan propinsi Jawa Barat (Cirebon, cianjur

dan

Krawang), menunjukkan bahwa pernberian ASI dalam 30 menit atau kurang


setelah persalinan berkisar antara 8,9

40o (Sofyan, 2008).

Data BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa ibu

yang

memberikan bayinya ASI eksklusif hanya 22,49o/o dan pemberian susu formula

yakni 35o/o pada usia < 2 bulan dan


mengakibatkan rendahnya status

37o/o pada

bayi berusia 2 - 3 tahun, hal ini

gizi pada balita dan terjadinya gizi

buruk

(Sofyan,2008).

Di

sumatera utara tahun 2010 bayi yang mendapat ASI Eksklusif

mencapai 35,25oh (Profil Propsu, 2010).


Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Desa Aek badak

Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2a14, 3 orang


dari 45 orang ibu menyusui menderita mastitis.
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang mastitis

di Desa Aek

badak Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten Mandailing Natal rahun 2014


1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian


gambaran pengetahuan

ini

adalah "bagaimana

ibu menyusui tentang mastitis di Desa Aek

Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014

1.3.

t
I

Tujuan Perelitian

badak

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang mastitis

di Desa Aek badak Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten Mandailing


Natal Tahun 2014
1.3.2. Tujuan Khusus

1. untuk

mengetahui distribusi pengetahuan

ibu menyusui tentang

mastitis di Desa Aek badak Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten


Mandailing Natal Tahun 2AT4berdasarkan umur.

2. Untuk

mengetahui distribusi pengetahuan

ibu menl,usui tentang

mastitis di Desa Aek badak Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten


Mandailing Natal Tahun 2014 berdasarkan pekerj aan.

3. untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu

menyusui tentang

mastitis di Desa Aek badak Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten


Mandailing Natal Tahun 20 1 4 berdasarkan paritas.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Untuk melakukan tri darma perguruan tinggi yaitu melakukan penelitian
yang berhubungan dengan mata kuliah saya yaitu asuhan kebidanan
nifas dan menyusui
2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan atau bacaan bagi mahasiswa Akbid Namira


Madina Panyabungan

3. Bagi

responden

Sebagai bahan pengetahuan kepada seluruh ibu nifas dan menyusui agar

mau menyusui bayi nya segera mungkin agar terhindar dari masalah
mastitis. dalam memberikan penyuluhan pada ibu menyusui tentang
mastitis.

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengetahuan

2.1.1.. Defenisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil "tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya) (Notoatmodjo, 20 1 0)

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan di Dalam Kognitif


Pengetahuan
6 tingkatan yaitu

1.

yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya atau sebagai recall (mengingat kembali) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat


menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3.

Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang

dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang


diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan

materi, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang


terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.

5.

Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen


pengetahuan yang

dimiliki.

6. Evaluasi kvaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justiflkasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010)

2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai cara yang telah digunakan

kebenaran pengetahuan

sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni

a.

Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan


Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi

l)

Cara coba salah (trial and ercor)


Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain.

2)

Cara kekuasaan atau Otoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli


ilmu pengetahuan.

3)

Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengamalan yang


diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu.

4)

Melalui Jalan Pikiran

Yaitu manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahwmnya.

b.

Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara

ini

disebut Metode Penelitian Ilmiah

(It{otoatmodj o, 200 5 ).

2.2,

Ibu Menyusui

2.2.1. Defenisi Ibu


Ibu adalah seorang wanita yang pernah melahirkan dan memiliki

anak

serta merawat anaknya secara tulus dan tanpa pamrih (Ikhwan, 2A0T.

2.2.2. Defenisi Menyusui

Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang


memberikan air susu secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan

psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Prawirohardjo, ZA}D.

2.2.3. Cara Menyusui

a.

Sebelum menyusui

ASI dikeluarkan sedikit, kemudian

pada puting susu dan aerola sekitamya. Cara

dioleskan

ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

b.

Bayi diletakkan menghadap payudara ibu

Ibu duduk atau berbaring dengan santai bila duduk lebih baik
menggunakan kursi rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung

ibu bersandar pada sandaran kursi) bayi dipegang pada belakang


bahunya dengan satu lengan, kepada bayi terletak pada lengkung

siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).

c.

Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu di
depan. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
pay.udara.

d.

Telinga dan lengan bayi terletak bayi pda satu garis lurus. Ibu
menatap bayi dengan kasih sayang.

e.

Bayi didudukkan atau diletakkanpadapundak ibu dan punggungrya


ditekuk-tekuk sampai sendawa (Alexander, 2003 ).

2.3.

Mastitis

2.3.1, Defenisi Mastitis


Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi (Bertha, Z0l3).

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus


(saluran susu) hingga puting susu mengalami sumbatan (Eko, Z0l4).

Menurut Jones (2005) mastitis adalah infeksi yang masuk ke dalam


payudara yang sedang menyusui biasanya masuk melalui putting susu yang retak,
selama seminggu kedua atau ketiga.

2.3.2, Jenis Mastitis

a. Mastitis

puerperalis epidemik

Adalah penyakit infeksi yang didapat dari rumah sakit yang disebabkan oleh
shain staphylococcus yang resisten terhadap penicilin.

b.

Mastitis non infeksiosa

Mastitis jenis ini tidak infeksi dan te{adi bila ASI tidak dikeluarkan dari
sebagian atau seluruh payudara dimana produksi

ASI melambat dan akhirnya

terhenti sehingga rnenyebabkan peradangan.

c.

Mastitis subklinis

Yaitu

adanya peningkatan rasio natrium kalium dalam

ASI dan peningkatan

konsistensi interkukin sehingga mengakibatkan infeksi pada payudara.

d. Mastitis
Mastitis

infeksiosa

ini

adalah jenis mastitis infeksi dan terjadi

bila statis ASI tidak

sembuh dan prateksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon inflamasi
kalah.

e. Mastitis

puerperalis (laktasional)

Mastitis yang biasanya menyertai laktasi.

2.3.3. Gejala Mastitis


Gejala mastitis hampir sama dengan payudarayang membengkak karena
sumbatan saluran ASI yang dapat dibagi 2 yaitu

1.

Gejala mastitis non infeksius

a. Ibu memperhatikan

adanya "bercak panas" ata:u area nyeri tekan yang

akut.

b. Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di

daerah nyeri tekan

tersebut.

c. Ibu tidak mengalami


2.

demam dan merasa baik-baik saja.

Gejala mastitis infeksius

a. Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit


b.

pada otot seperti flu.

Ibu dapat mengeluh sakit kepala.

c. Ibu demam dengan suhu di atas 39 - 40 0C.


d.

Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.

e. Kulit pada payudara tampak

f.

kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir)

Kedua payudara mungkin terasa tegang dan panas.

(Ikhwan,2005)

2,3.4. Penyebab Mastitis


Penyebab infeksi mastitis biasanya adalah staphylococcus aureus.
(Sarwono,2010).

Dua penyebab mastitis adalah statis ASI dan infeksi statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.

Mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASi di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran

ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut (Bertha, 2003).


Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.
Penyebabnya termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan

yang tidak efektif, perbatasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada
saluran ASI (Bertha, 2013).

2.3.5. Pencegahan Mastitis


Para ibu diharapkan untuk istirahat yang cukup secara teratur menyusui

bayinya, setiap 2-3 jam sekali sesuai ritme perut bayi, akan dapat mencegah

payudara bengkak dan infeksi. Usahakan jangan pernah menunda atau


melewatkan waktu menyusui, gunakan bra yang sesuai dengan ukuran payudara
anda (Manuaba,2004).

Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah rnastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan air
hangat sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang
sudah mengering (Prawirohardj o, 2002).

2.3.6, Penanganan Mastitis


Mastitis sangat mudah dicegah, bila menyusui dilakukan dengan baik
sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan status ASl, dan bila
tanda dini seperti bendungan, sumbatan payudara dan nyeri puting susu diobati
dengan cepat. Hal

ini dibutuhkan sebagai bagian dari perawatan kehamilan

dan

sebagai bagian yang berkelanjutan pada fasilitas perawatan berbasis komunitas


untuk ibu dan anak (Bertha,2013).
Penanganan Mastitis dapat dilakukan dengan cara:

a.

Payudara dikompres dengan air hangat

b.

untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetika.

c. Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan


d. Bayi disusui mulai

dengan antibiotika.

dengan payudara yang mengalarni peradangan dan ibu

jangan dianjurkan berhenti menyusui bayinya.

e.

lstirahat yang cukup (Farrer Helen, 2002)

10

2.4.

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Menyusui rentang


Mastitis

2.4.1. Umur
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
Seorang ibu yang berumur

2l *

35 tahun lebih sering menderita mastitis karena

pada usia inilah ibu tersebut dikatakan masa reproduksi sehat. Maka pada umur

inilah seorang wanita menjadi awal seorang ibu dan menjadi faktor resiko
terjadinya mastitis. (Bertha, 2012)

2.4.2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada umumnya ibu yang bekerja diperkantoran menjadi faktor resiko
terjadinya mastitis karena diakibatkan interval antara menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat. (Bertha, 2012)

2.4.3. Paritas
Paritas adalah rata-rata anak yang dilahirkan hidup oleh wanita usia subur

yang pernah kawin pada tahun tertentu. Ibu yang memiliki anak

I (primipara)

lebih sering terkena mastitis karena kurangnya pengetahuan ibu atau ibu masih
dalam tahap belajar untuk menyusui bayinya. (Bertha,2012

11

BAB III
METODE PENELTTIAN
3.1. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul Gambaran


Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Mastitis

di Desa Aek Badak

Kecamatan

Salur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2014 . Dapat dilihat pada
bagan dibawah ini.

Bagan 3.1.

Kerangka Konsep
Variabel

Independen

Variabel Dependen

Umur
Pekerjaan
Paritas

Pengetahuan lbu Menyusui


Tentang Mastitis

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan ibu menyusui tentang mastitis adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh ibu menyusui tentang mastitis dengan menjawab pertanyaan yang
diajukan dengan kategori

Bila jawaban responden 76

100% benar

dari 20 pertanyaan

atau 16-20 soal dari kuesioner yang diberikan.

b.

cukup : Bilajawabanresponden60 *75%dri20 pertanyaan atau12-15


soal dari kuesioner yang diberikan.

t2

c. Kurang

: Bila responden menjawab

benar < 50yo dari 20 pertanyaan atau

0-11 soal dari kuesioner yang diberikan. (Arikunto, 2002)


Skala

ukur: ordinal

3.2.2. Umur
Umur adalah lamanya hidup ibu yang dihitung sejak dilahirkan sampai
pada saat penelitian dilakukan yang dikategorikan dengan

a. 2l - 30 tahun
b. 31 -35 tahun

c. > 35 tahun
Skala ukur : ordinal

3.2.3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan ibu menyusui sehari-hari
dengan kategori

a. Bekerja

:PNS, pegawai swasta, wiraswasta

b.

: Ibu rumah tangga

Tidak

bekerja

Skala ukur : nominal

3.2.4. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita yang
diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden dengan kategori

a.

Primipara

: 1 kali melahirkan

b.

Secundipara

:2kali melahirkan

c.

Multipara

:3*5kalimelahirkan

d.

Grandemultipara

:>5kalimelahirkan

Skala ukur : ordinal

13

3.3. Jenis Penelitian


Jenis penelitian

ini bersifat deskriptif dengan rnenggunakan kuesioner

yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang

mastitis di Desa Aek Badak Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli


Selatan Tahun 2014

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1, Lokasi Penelitian


Penelitian

ini

dilakukan Desa Aek Badak Kecamatan sayur Matinggi

Kabupaten

3.4.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian yang direncanakan untuk menyelesaikan penelitian ini
adalah pada bulan Februari sid

Juli 2014.

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.I.

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang bertempat

tinggal

di

Desa Aek Badak Kecamatan Salur Matinggi Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2014 sebanyak 45 orang.

3.5.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang bertempat

tinggal

di

Desa Aek Badak Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2014 sebanyak 45 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel
(Total population).

l4

3.6. Metode Pengumpulan Ilata


Pengumpulan data dengan menggunakan data primer yaitu berupa
kuesioner dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat tentang cara
pengisian kuesioner pada responden dan menanyakan bila ada hal-hal yang tidak

dimengerti oleh responden. Dalam lembaran kuesioner dilengkapi dengan ufirur,

paritas dan pekerjaan responden, pertanyaan dalam kuesioner berjumlah 20


pertanyaan.

3.7. Aspek Pengukuran Pengetahuan


Skor yang salah nilainya adalah 0 untuk 1 soal. Jumlah soal adalah 20
(skor jawaban minimal dari setiap aspekjawaban yang salah dikali dengan jumlah

soal,yaitu:0x20:0).
Skor yang benar nilainya adalah 5 untuk

soal. Jumlah soal adalah 20

(skor jawaban maximal dari setiap aspek jawaban yang benar dikali dengan
jumlah soal yaitu : 5 x 20: 100). (Arikunto, 2003)
a. Baik

: Bila jawaban respondenTi -

100% benar

dari

20

pertanyaan atau 16-20 soal dari kuesioner yang diberikan.


b. Cukup

Bila jawaban responden 60

75% dari20 pertanyaan ata:u 12-15

soal dari kuesioner yang diberikan.


c. Kurang

: Bila responden menjawab

benar < 600/0 dafi 2A pertanyaan atau

0-11 soal dari kuesioner yang diberikan. (Arikunto, 2A0Z)

l5

3.8. Pengolahan Ilata dan Analisis Data


3.8.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui langkah-langkah


sebagai berikut

1.

Proses

Editing

Dilakukan untuk memeriksa kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk
dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dapat memberikan hasil

yang menggambarkan masalah yang diteliti, kemudian data diketompokkan


dengan menggunakan aspek pengukuran.

2.

Proses Coding
Proses eoding yaitu merubah data yang sudah diedit ke dalam bentuk angka

misalnya responden diubah menjadi kode responden yaitu

..

1,2,3,... ....sampai

30.

3.

Tabulating

Untuk mempemudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan


kesimpulan data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8.2, Analisis Data


Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentasi data
yang dikumpulkan, data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi setelah itu
dapat dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori
kepustakaan yangada.

l6

BAB IV
IIASTL DAN PEMBAHASAN

4.1.

IIasiI

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai gambaran


pengetahuan ibu menyusui tentang rnastitis di Desa Aek Badak Kecamatan Sayur

Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2Al4 dimana data diperoleh dari
45 responden yang hasilnya disajikan pada tabel-tabel distribusi di bawah ini.

4.1.1. Pengetahuan Responden


Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel4.1.
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Mastitis pada rbu Menyusui
di Desa Aek Badak Kecamatan sayur Matinggi Kahupaten Tapanuri
Selatan Tahun 2014
No

Pengetahuan

Jumlah (f)

Baik

10

)))

Cukup

16

3s.6

Kurang

19

a.)

Jumlah

45

100

Dari Tabel 4.1. di atas rnenunjukkan dari 45 responden yang diteliti


mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 responden
(42,2oh), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (35,60/o) dan

memiliki pengetahuan baik sebanyak I 0 respond en (2l,2vo).

l7

4.1.2. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Umur


Tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
berikut ini

Tabel4.2.
Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur Tentang
Mastitis Pada Ibu Menyusui di Desa Aek Badak Kecamatan
Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2014
Pengetahuan

No

Umur

Baik
F

Cukup
%

o/o

30

l4

46,7

30

100

50

33,3

12

100

111

100

2l-30 tahun

31-35 tahun

16,7

33,3

35 tahun

Total

Kurang

Dari Tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa

responden yang

1 responden (33,3%). Dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada

kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 14 responden (46,70/o).


4.

1.3. Gamba ran Pengetahuan Berdasa rkan Pekerjaan

Tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada


tabel berikut ini

t8

Tabel4.3
Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan Tentang Mastitis
Pada Ibu Menyusui di Desa Aek Badak Kecamatan Sayur Matinggi
Kabupaten
u
Tananuli Selatann Tahun
nra
lanun 2014
Pengetahuan

No

Peke{aan

Baik

Total

Cukup

Kurang

a/o

a/
/t

Bekerja

26,7

ll

36,7

11

36,7

30

100

Tidak bekerja

13,3

33,3

s33

15

I00

Berdasarkan Tabel 4.3.

berpengetahuan

di

atas dapat dilihat bahwa responden yang

baik terdapat pada yang bekerja yaitu

sebanyak

8 responden (26,7%). Dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada


yang tidak bekerla yaitu 8 responden (53,3%).

4,1,4. Gambaran Pengetahuan Berdasa rkan Paritas

Tingkat pengetahuan responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada


tabel berikut ini

Tabel4.4
Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Paritas Tentang
Mastitis Pada Itru Menyusui di Desa Aek Badak Kecamatan
Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2014
Pengetahuan

No

Paritas

Baik

Cukup

Total
Kurang

a/o

Primipara

27,8

33,3

38,9

18

100

Secundipara

20

40

40

t5

100

Multipara

16,7

33,3

50

t2

100

l9

Berdasarkan Tabel 4.4.

di

atas dapat dilihat bahwa responden yang

berpengetahuan baik terdapat pada primipara yaitu

5 responden (27,8Yo). Dan

responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada multipara yaitu sebanyak 6


responden (50%).

4,2.

Pembahasan

Dari hasil penelitian dari 45 responden di Desa Aek Badak Kecamatan


Salur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2014 mengenai Gambaran
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Mastitis maka pembahasan adalah sebagai

berikut.

4.2.1. Gambaran Pengetahuan Responden


Dari Tabel 4.1. menunjukkan dari 45 responden yang diteliti mayoritas
responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 responden (42,20 ),

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (35,6%) dan merniliki


pengetahuan baik sebanyak 10 responden (22,2o/o).

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu


dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan melalui panca indra manusia yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian


pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman

diri

besar

sendiri

maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

Menurut Bertha QA14 petugas kesehatan perlu memberi informasi pada

ibu bagaimata cara mencegah rnastitis dengan menyakinkan ibu bahwa bila
terkena mastitis setidaknya menyusui tetap dilanjutkan dan hal
membahayakan bayinya.

20

ini tidak

akan

Menurut asumsi penulis, teori di atas sesuai dengan hasil penelitian bahwa
pengetahuan berpengaruh terhadap mastitis, dilihat dari hasil penelitian ibu
rnenyusui mempunyai pengetahuan kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang faktor-faktor mastitis seperti kurang asupan

tingkat kelelahan, untuk


tentang mastitis baik

itu

itu perlu diberikan penyuluhan

gizi dan

pada ibu menyusui

pencegahan ataupun penanganan agar pengetahuan

responden tetap up to date atau sesuai dengan perkembangan teknologi kesehatan.

4.2.2. Gamharan Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Dari Tabel 4.2. dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik

Dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada kelompok umtr 2l-30
tahun yaitu sebanyakt4 responden (46,7%).

Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
Seorang wanita yang berumur 21

pada masa

ini

35 tahun dikatakan masa reproduksi sehat dan

pengetahuan seseorang meningkat dimana seseorang secara

maksimal dapat mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya, penambahan

umur seseorang selalu dibarengi dengan pertumbuhan dan

perkembangan.

Semakin bertambah umur seseorang semakin rneningkat pula kematangan fungsi

biologisnya. Umur yang lebih tua memiliki kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih
daripada umur yang lebih muda. Umur secara kronologis merupakan penentu

dari tingkat kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan (Hurlock,


leee).

21

Menurut Bertha (2012) wanita yang berumur 21-30 tahun lebih sering

terkena mastitis daripada wanita

di

bawah usia

21 tahun dan di

atas

35 tahun.

Menurut asumsi penulis, teori di atas sesuai dengan hasil penelitian bahwa

umur berpengaruh terhadap mastitis dilihat dari hasil penelitian dimana wanita
yang berumur 2l-30 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita yang di

bawah usia 21 tahun dan di atas 35 tahun. Dan ibu yang kurang mendapatkan

asupan

gizi akan menyebabkan

menyebabkan kelelahan,

rendahnya daya tahan tubuh sehingga

ini diakibatkan karena rasa nyeri dan demam

yang

dialami oleh ibu yang terkena mastitis.

4.2,3. Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan pekerjaan


Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik
terdapat pada yang bekerja yaitu sebanyak 8 responden {26,70/o). Dan responden

yang berpengetahuan kurang terdapat pada yang tidak bekerja yaitu 8 responden
(53,3%).

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan


sehari-hari. Kebahagiaan bergantung pada kesesuaian besar dan luasnya cakupan

bakat dan minat dengan tugas yang diemban. Pengalaman dan pendidikan wanita
sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan mereka dengan kaitannya
terhadap menyusui, ibu yang berpendidikan tinggi dan tidak bekerja dan selalu
berada disisi anaknya kemungkinan pemberian ASI akan lebih mudah dilakukan

(Hurlock, 1999).

22

Menurut Bertha (2A12), bekerja di luar rumah lebih sering terkana rnastitis

karena interval arrtara menyusui yang panjang dan kekurangan waktu untuk
pengeluaran ASI yang adekuat.

Menurut asumsi penulis, teori di atas sesuai dengan hasil penelitian bahwa
pekerjaan berpengaruh terhadap mastitis, ibu yang bekerja

di luar rumah

akan

lebih sering menderita mastitis dibandingkan dengan ibu yang hanya bekerla
sebagai ibu rumah tangga atau IRT, hal

ini disebabkan karena waktu yang

diperlukan untuk menyusui bayinya tidak terpenuhi sehingga te{adilah


pernbendungan air susu ibu (ASI) yang menyebabkan rnastitis.

4.2.4. Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Paritas


Dari Tabel 4.4. dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik
terdapat pada primipara yaitu

responden (27,8%). Dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat pada multipara yaitu

sebanyak

responden (50%).

Wanita prirnipara lebih rentan mengalami mastitis, ini disebabkan karena


selama setelah persalinan ASI jarang dapat keluar akhirnya ter.ladi pembendungan

ASI yang menyebabkan mastitis (Bertha, 2A14.


Menurut asumsi penulis, teori di atas sesuai dengan hasil penelitian bahwa

paritas berpengaruh terhadap mastitis,

ibu primipara lebih banyak tidak

memberikan ASI kepada bayinya disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu


dan masih ada rasa malu atau enggan dalam proses menyusui untuk itu perlu
penjeiasan dan dorongan dari tenaga kesehatan dan keluarga, dengan paritas

L)

makin tinggi dapat menambah dan rrempengaruhi pengetahuan

seseorang,

semakin sering melahirkan anak semakin banyak pengetahuan yang didapat baik

dari diri sendiri maupun dari orang lain.

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian Tentang Gambaran Pengetahuan Ibu

Menyusui Tentang Mastitis maka dapat disimpulkan

5.1.1. Berdasarkan

pengetahuan menunjukkan dari 45 responden yang diteliti

mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak lg


responden {42,2o/o), merniliki pengetahuan cukup sebanyak 16 responden
(35,60/o) dan

5.1.2.

memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 responden (22,ZVo).

Berdasarkan umur bahwa responden yang berpengetahuan baik terdapat

Dan responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada kelompok


umur 2l-30 tahun yaitu sebanyak 14 responden (46,7oh).

5.1.3.

Berdasarkan pekerjaan bahwa responden yang berpengetahuan baik


terdapat pada yang bekerja yaitu sebanyak 8 responden (26,7a/a). Dan
responden yang berpengetahuan kurang terdapat pada yang tidak bekerja

yaitu

responden (53,3%).

5.1.4. Berdasarkan paritas bahwa responden


pada primipara yaitu

yang berpengetahuan baik terdapat

responden (27,8%). Dan responden yang

berpengetahuan kurang terdapat pada multipara


6 responden (50%).

25

_l

yaitu

sebanyak

5.2. Saran

5.2.1. Diharapkan kepada

petugas kesehatan yang ada

di

Desa Aek Badak

Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2014


khususnya bidan Desa di BPS Puskesmas agar memberikan penyuluhan
mengenai kebutuhan gizi ibu menyusui dan daya tahan tubuh dalam masa
menyusui khususnya unhrk mencegah terjadinya mastitis.

5.2.2. Diharapkan kepada instansi kesehatan Puskesmas, yang

di Desa Aek Badak

ada

Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli

Selatan agar memberikan penkes tentang rnastitis.

5.2.3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melalcukan penelitian


lanjutan dengan variabel yang berbeda.

26

DAFTAR PUSTAII\
Alexender,

2Of

1 Pra He lc Kebidanan" EGC, Jakarta.

Arilunto, mfq Provdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,

Jetrtr.

Berth& 20l!- Masitk Penyebab dan pmatalalwanaan, EGC.


Eko,

I{asrilit tttpl/www.Harian

GIo bal, 28

Februari 2013.

Farrrcrn Heler, ?,ffg, Perawatan Maternitas, EGC, Jakarta.

Http:ftw.Protrl

Kesehatan Sumut, 2013.

Hurlock, E, 1999, P s iko I o gi

rkhwan,

Parqehon

P er kemb

angan, Erlangga, Jakarta.

Mastitis, http:/lwrvw.Jilbab on line, 15 November 2005.

Mander, 2{Ii4, Nycri Percalinan, EGC, Jakarta.


Manuaba, 200{ xryniteroan Klinik obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta.

Notoatmodjq 2{xB, Ilnu Kaehatan Masyarakat, Rineka cipta, Jakarta.

r 2fl5, Maodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka

Ciptt, Jakerte.

Prawirohardjo, 2002, Ilmu Kandungan, yayasan Bina pustaka, Sarwono


Prawirohardj o, Ja ka rta.

! 2Ux2, Ilma Kebidanan, Yayasan


Prawirohardj o, Ja ka rta.

Bina pustaka,

sofyan, 2oo4rlkatan Bidan Indonesia, Pengurus pusat rBr, Jakarta.

Sarwono

AKADEM! KEBIDANAN NAMIRA MADINA


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDTAN MASYARAKAT
(rPPM)
Jln.Bhoyongkaro Desa Gunung Tua Lumbon pasir panyabungan
Kobupoten Mondoiling Natal Sumatera tJtaro.No Ttp (06j6)32tBZs

SURAT PERJANJIAN KERJA


No: 039/LPPM/II|20|4

ini Senin Tanggal lima bulan Februari Tahun Dua Ribu Lima Belas, Kami yang
bertanda tangan di bawah ini :
l. Drs. H. Ahmad Chot Lbs, MM, M.Si
Ketua Lembaga Penelitian dan

Pada hari

Pengabdian masyarat(LPPM) untuk dan


atas nama Direktur Akademi Kebidanan

2.Rina Hafrri Lbs, SST,M.Si

Namira Madina dalam perjanjian ini


disebut PIHAK PERTAMA
Dosen Tetap Akademi Kebidanan
Namira Madina dalam hal ini bertindak
sebgai peneliti, selanjutnya disebut

PIHAK KEDUA
Kedua belah pihak secara bersama-sama sepakat mengadakan surat perjanjian kerja atau SpK
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal I
memberikan tugas kepada pIFIAK KEDUA, dan pIHAK
KEDUA menerima tugas tersebut untuk melaksanakan dan penelitian yang berjudul :
"Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Bahaya Merokoi< Terhadap
Kesehatan Reproduksi Di Desa Gunung Tua Lumban Pasir Kecamatan Panyabungan

1. PIHAK PERTAMA

Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013- yang berada dibawah tanggung
jawab PIHAK PERTAMA/ yang diketahui oleh : PIftAK KEDUA;d.ngu,
-u* tr4u
3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian ditandatangani.
Pasal2
PIHAK PERTAMA memberikan dana penelitian tersebut pada pasal I sebesar
Rp3.000.000r- (TiSa Juta Rupiah) dan pembayaraldilaksanakan secara bertahap,
setelah disisihkan biaya suvervisi sebesar 5olo sesuai dengan SK Direktur Akademi
Kebidanan Namira Madina.
2. Tahap pertama sebesar T}YoyaituRp 2.100.000,- (Dua Juta Seratus Ribu Rupiah)
dibayarkan sewaktu surat perjanjian kerja ini ditanda tangani oleh kedua belah
pihak
3. Tahap kedua sebesar 30%yaituRp. 900.000,- ( Sembilan Ratus fubu Rupiah )
dibayar setelah PIHAK KEDUA Mempersentasikan dan menyerahkan laporan
hasil penelitian dinyatakan telah sesuai oleh PII{AK PERTAMA
Pasal3
1. PIHAK KEDUA harus menyelesaikan penelitian yang dimaksud selama masa
berlaku SPK

l.

2.

Sebelum akhir penelitian diselesaikan, PIHAK KEDUA menyampaikan konsep


laporan penelitiannya berupa makalah seminar yang dapat disampaikan melalui

3.

forum yang dikordinasikan LPPM Akademi Kebidanan Namira Madina


Bahan seminar dimaksud disampaikan ke pusat penelitian sebanyak 4 ( empat
buah ) diketik satu setengah spasi ukuran A'4
Pasal 4

PIHAK KEDUA harus mengirimkan laporan hasil penelitian tersebut dalam pasal 3 kepada:
I. PIHAK PERTAMA
: 2 (dua) Eksemplar untuk Perpustakaan
2. LPPM
: 2 ( dua) Eksemplar untuk registrasi
Tembusan surat perjanjian pengantar laporan penelitian tersebut ( tanpa buku hasil laporan)
harus disampaikan ke BAAK Akademi Kebidanan Namira Madina Panyabungan. Laporan
hasil penelitian yang disebut pada pasal 3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1.

2.
3.

Bentuk A4
Warna Kulit Biru
Sampul kertas jeruk

Pasal 5
Keterlambatan PIHAK KEDUA dalam menyelesaikan penelitian ini dikenakan denda 17o
perhari, dengan maksimum keterlambatan 5oh dari kontrak, denda tersbut diserahkan kepada
PIF{AK PERTAMA
Pasal 6
Hak cipta penelitian tersebut ada pada PIF{AK KEDUA, sedangkan untuk penggadaan dan
penyebaran laporan hasil penelitian berada pada PIHAK PERTAMA
Pasal T
perjanjian
Surat
kerja ini dibuat rangkap 3 (tiga ) satu rangkap untuk PIHAK PERTAMA
satu rangkap untuk PIHAK KEDUA, dan satu rangkap untukpihak yang berkepentingan
sebagai tembusan.

Hal hal lain yang belum diatur dalam perjanjian kerja ini akan ditentukan kemudian oleh
kedua belah pihak

If

Rina Hdfni
is, SST.M.Si
NIDN:0104028

1.

2.
3.

Lembar 1
Lembar II
Lembar III

LPPM
: Peneliti Ybs
: Direktur ( sebagai laporan )
:

Anda mungkin juga menyukai