BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang mengalami
1.2.3. Etiologi
Etiologi dari gagal jantung dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan
kontraktilitas jantung, peningtkatan afterload dan
yaitu disfungsi sitolik dan disfungsi diastolik. Disfungsi sistolik adalah gagal
jantung yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam proses pengosongan
ventrikel baik yang disebabkan oleh gangguan kontraktilitas ataupun peningkatan
afterload. Sementara itu, disfungsi diastolik adalah gagal jantung yang
diakibatkan oleh gangguan relaksasi atau pengisian ventrikel10.
Disfungsi sistolik biasanya disebabkan oleh gangguan kontraktilitas dan
peningkatan afterload. Gangguan kontraktilitas dapat disebabkan oleh penyakit
jantung koroner berupa infark pada miokard, penyakit jantung katup seperti mitral
dan aorta regurgiutasi dan juga kardiomiopati (dilated cardiomyopathy).
Peningkatan afterload biasanya disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol
dan juga penyakit jantung katup yaitu aorta stenosis. Disfungsi diastolik biasanya
disebabkan oleh hipertrofi ventrikel kiri, restrictive cardiomyopathy, fibrosis pada
miokardium dan pericard tamponade10.
1.2.4. Klasifikasi
Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi ACCF/AHA
dan klasifikasi fungsional New York Heart Association (NYHA). Klasifikasi
ACCF/AHA menggambarkan perkembangan dan progresifitas penyakit dan dapat
digunakan untuk menggambarkan kejadian pada individu dan populasi.
Sedangkan klasifikasi NYHA berfokus pada kemampuan dalam beraktivitas dan
simptom penyakit9.
Tabel 1 . Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung7
Stadium
Stadium A
Keterangan
Memiliki
resiko
tinggi
untuk
atau gejala
Telah terbentuk
jantung
yang
penyakit
berhubungan
struktur
dengan
Stadium D
simtomatik
dengan
penyakit
gagal
jantung
yang
sangat
terapi
medis
maksimal
(refrakter)2zxrrfvc
Keterangan
Tidak
terdapat
batasan
dalam
hari
tidak
menimbulkan
fisik
sehari
hari
sesak nafas.
Terdapat batasan aktivitas bermakna.
Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
tetapi
aktivitas
fisik
ringan
sesak nafas
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat.
Keluhan
melakukan aktivitas
meningkat
saat
1.2.5. Patofisiologi
Beberapa mekanisme kompensasi tubuh terhadap CO yang berkurang adalah
(1) mekanisme Frank-Starling, (2) perubahan neurohormonal, dan (3) hipertrofi
ventrikel dan remodeling11.
Pada gagal jantung yang disebabkan oleh gangguan kontraktilitas ventrikel
kiri, terjadi pengosongan ventrikel yang tidak sempurna. Sisa volume darah yang
terakumulasi ini memicu peningkatan kontraksi, seperti hukum Frank-Starling.
Walaupun begitu, mekanisme kompensasi ini mempunyai batas tertentu. Pada
gagal jantung yang sudah berat, terjadi peningkatan EDV dan tekanan balik ke
atrium kiri, dan dapat menyebabkan kongesti pulmoner dan edema11.
Tiga respon neurohormonal yang paling penting diantaranya (1) sistem
adrenergik, (2) sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan (3) peningkatan produksi
ADH. Ketiga mekanisme ini membantu mempertahankan resistensi perifer dan
tetap menstabilkan perfusi arteri ke organ vital. Aktivasi dari sistem saraf simpatis
memperkuat kontraktilitas jantung, meningkatkan HR serta vasokonstriksi yang
disebabkan oleh reseptor . Vasokontriksi arterial yang disebabkan oleh sistem ini
meningkatkan resistensi pembuluh perifer dan mempertahankan tekanan darah
(BP = CO x TPR) 11.
Sistem renin-angiotensin-aldosteron dimediasi dengan pengeluaran renin.
Renin adalah enzim yang mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan volume
intravaskular melalui dua mekanisme: (1) dari hipotalamus merangsang rasa haus
dan (2) dari korteks adrenal meningkatkan sekresi aldosteron. Aldosteron
menyebabkan reabsorpsi sodium dari ginjal menuju ke sirkulasi11.
Sekresi ADH dari pituitari posterior disebabkan oleh peningkatan angiotensin
II. ADH meningkatkan volume intravaskular dengan retensi cairan di nefron
distal. Peningkatan volume ini meningkatkan preload dan CO. ADH juga
menyebabkan vasokonstriksi sistemik11.
Stress pada jantung dapat menyebabkan hipertofi ventrikel kiri dan
peningkatan tekanan sistolik jantung untuk mengkompensasi kelebihan afterload.
Pola dari hipertrofi dan remodeling juga berbeda-beda berdasarkan overload
volume atau tekanan kronik. Dilatasi ruang jantung yang disebabkan oleh
kg/minggu
Berat badan
turun
(gagal
perkusi
Takikardia
Nadi ireguler
Nafas cepat
Hepatomegali
Asites
Kaheksia
nokturnal
Kriteria minor
dispnea Edema ekstremitas
(PND)
Batuk malam
Hepatomegali
Efusi pleura
Kardiomegali
normal
Takikardia (>120 denyut/menit)
Anemia
Prerenal azotemia
Hipokalemia dan hiperkalemia, yang dapat menimbulkan risiko aritmia
Hiponatremia, akibat penekanan sistem RAA (renin angiotensin aldosterone)
Peningkatan kadar tiroid, pada tirotoksikosis atau miksedema
Peningkatan produksi Brain Natriuretic Peptide (BNP), akibat peningkatan
tekanan intraventrikular, seperti gagal jantung
Selain itu kadar kratinin, glukosa, albumin, enzim hati, dan INR dalam
darah juga perlu dievaluasi. Sedikit peningkatan troponin jantung dapat terjadi
pada pasien gagal jantung.
Analisis gas darah memungkinkan penilaian oksigen (pO2), fungsi
respirasi (pCO2) dan keseimbangan asam basa (pH), terutama pada semua pasien
dengan distres pernafasan.
*kondisi akut, MR-pro ANP dapat digunakan (batas nilai 120 pmol/L, i.e < 120 pmol/L = gagal
jantung unlikely
BNP = B-type natriuretic pepetide, EKG = elektrokardiografi, MR-pro ANP = mid regional pro
atrial natriuretic peptide, NT-pro BNP = N-terminal pro B-type natriuretic peptide
a. Eksklusi batas nilai natriuretic peptid dipilih untuk meminimalkan laju negatif palsu
b. Penyebab lain peningkatan level natriuretic peptide pada kondisi akut adalah ACS, atrial atau
ventricular aritmia, emboli paru, sepsis. Kondisi non-akut adalah usia tua ( > 75 tahun),
aritmia atrial, LVH
Keadaan dimana terjadi gangguan retensi air dan garam, tanpa disertai
1.2.8. Penatalaksanaan7
1.2.8.1 Penatalaksanaan Farmakologi
Beberapa pilihan obat-obatan pada pasien dengan gagal jantung, antara
lain:
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. ACEI memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas
rekomendasi I, tingkatan
10
PENYEKAT
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. Penyekat
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup
kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat)
Kontraindikasi pemberian penyekat
Asma
Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu
11
12
bersama ACEI
HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE DINITRATE (H-ISDN)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %,
kombinasi H-ISDN digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap
ACEI dan ARB (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B)
dapat ditoleransi
Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat
DIGOKSIN
13
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti
penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi
ejeksi ventrikel kiri 40% dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,tetapi
tidak mempunyai efek terhadap angkakelangsungan hidup (kelas rekomendasi IIa,
tingkatan bukti B).
Indikasi pemberian digoksin
Fibrilasi atrial
dengan irama ventrikular saat istrahat > 80 x/menit atau saat aktifitas > 110
-120x/menit
Irama sinus
Fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %
Gejala ringan sampai berat (kelas fungsional II - IV NYHA)
Dosis optimal ACEI dan/atau ARB, penyekat dan antagonis aldosteron jika
ada indikasi.
DIURETIK
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari
pemberian diuretic adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat)
dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien,
untuk menghindari dehidrasi atau reistensi.
14
NYHA II
NYHA III
simptomatik
Penyekat beta
NYHA IV
Penyekat beta
Antagonis aldosteron
15
16
8. Aktivitas seksual
Penghambat
5-phosphodiesterase
(contoh:
sildenafil)
mengurangi
17
karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung,
407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti.
Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita
PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang
mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah.
Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup17.
Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu
didunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian
diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah
penyakit jantung koroner (PJK)17.
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena
PJK kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke
atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002,
WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal akibat penyakit
kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta)17.
1.3.3. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat domodifikasi:
Usia
Jenis kelamin laki-laki
Riwayat keluarga penderita PJK
Etnis
18
19
Bentuk plak akhir terdiri dari jaringan fibrosa yang ditutupi oleh inti ang kaya
akan lipid serta sel-sel nekrosis atau mati. Inilah yang menjadi kunci dalam
CAD.Wilayah ini gampang pecah dimana hal ini dapat menyebabkan agregasi
trombosit yang membentuk gumpalan plak dan lebih mempersempit arteri18.
Arteri yang menyempit karena adanya plak dapat menyebabkan angina
atau nyeri dada akibat dari otot jantung yang kurang oksigen. Deposit plak yang
berkepanjangan akan menyebabkan pembuluh darah menjadi makin sempit dan
mungkin bisa menyebabkan obstruksi yang akan mengarah pada serangan jantung
dan infark miokard18.
20
21
22
23
Elektrokardiografi
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R,
serta V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan perubahan EKG yang
mengarah kepada iskemia dinding inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga
harus direkam pada semua pasien angina yang mempunyai EKG awal
nondiagnostik. Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak
kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang
setiap keluhan angina timbul kembali5.
Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan keluhan angina cukup
bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB (Left Bundle Branch Block)
baru/persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (20 menit) maupun
tidak persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T.
Penilaian ST elevasi dilakukan pada J point dan ditemukan pada 2 sadapan yang
bersebelahan. Nilai ambang elevasi segmen ST untuk diagnosis STEMI untuk pria
dan perempuan pada sebagian besar sadapan adalah 0,1 mV. Pada sadapan V1-V3
nilai ambang untuk diagnostik beragam, bergantung pada usia dan jenis kelamin.
Nilai ambang elevasi segmen ST di sadapan V1-3 pada pria usia 40 tahun adalah
0,2 mV, pada pria usia <40 tahun adalah 0,25 mV. Sedangkan pada perempuan
nilai ambang elevasi segmen ST di lead V1-3, tanpa memandang usia, adalah
0,15 mV. Bagi pria dan wanita, nilai ambang elevasi segmen ST di sadapan V3R
dan V4R adalah 0,05 mV, kecuali pria usia <30 tahun nilai ambang 0,1 mV
dianggap lebih tepat. Nilai ambang di sadapan V7-V9 adalah 0,5 mV. Depresi
segmen ST yang resiprokal, sadapan yang berhadapan dengan permukaan tubuh
segmen ST elevasi, dapat dijumpai pada pasien STEMI kecuali jika STEMI
terjadi di mid-anterior (elevasi di V3-V6). Pasien SKA dengan elevasi segmen ST
dikelompokkan bersama dengan LBBB (komplet) baru/persangkaan baru
mengingat pasien tersebut adalah kandidat terapi reperfusi. Oleh karena itu pasien
24
dengan EKG yang diagnostik untuk STEMI dapat segera mendapat terapi
reperfusi sebelum hasil pemeriksaan marka jantung tersedia5.
Persangkaan adanya infark miokard menjadi kuat jika gambaran EKG
pasien dengan LBBB baru/persangkaan baru juga disertai dengan elevasi segmen
ST 1 mm pada sadapan dengan kompleks QRS positif dan depresi segmen ST 1
mm di V1-V3. Perubahan segmen ST seperti ini disebut sebagai perubahan
konkordan yang mempunyai spesifisitas tinggi dan sensitivitas rendah untuk
diagnosis iskemik akut. Perubahan segmen ST yang diskordan pada sadapan
dengan kompleks QRS negatif mempunyai sensitivitas dan spesifisitas sangat
rendah.
Adanya keluhan angina akut dan pemeriksaan EKG tidak ditemukan
elevasi segmen ST yang persisten, diagnosisnya adalah infark miokard dengan
nonelevasi segmen ST (NSTEMI) atau Angina Pektoris tidak stabil (APTS/ UAP).
Depresi segmen ST yang diagnostik untuk iskemia adalah sebesar 0,05 mV di
sadapan V1-V3 dan 0,1 mV di sadapan lainnya. Bersamaan dengan depresi
segmen ST, dapat dijumpai juga elevasi segmen ST yang tidak persisten
(<20menit), dan dapat terdeteksi di >2 sadapan berdekatan. Inversi gelombang T
yang simetris 0,2 mV mempunyai spesifitas tinggi untuk untuk iskemia akut.
Semua perubahan EKG yang tidak sesuai dengan kriteria EKG yang diagnostik
dikategorikan sebagai perubahan EKG yang nondiagnostik.
Pemeriksaan Marka Jantung
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan marka
nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard.
Troponin I/T sebagai marka nekrosis jantung mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB. Peningkatan marka jantung hanya
menunjukkan adanya nekrosis miosit, namun tidak dapat dipakai untuk
menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab koroner/nonkoroner).
Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab kelainankardiak nonkoroner seperti
takiaritmia,
trauma
kardiak,
gagal
jantung,
hipertrofi
ventrikel
kiri,
25
26
27
28