Makalah Pertanian Berkelanjutan
Makalah Pertanian Berkelanjutan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik,
biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan
pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi
tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan
bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi
tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input) secara
khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya Farmers of Forty Centuries. King
membandingkan penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian
daratan Timur (oriental) dengan apa yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang digunakan
petani Amerika. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang
besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal.
Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi kepedulian yang lebih
luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang bersih dan nyaman. Selama sepuluh
tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang
mengharuskan produktivitas lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada
keberlanjutan. Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari
kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup siginifikan
terhadap lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial. Dalam usaha mengalihkan konsekuensi-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan
kimia (Kononova, 1961).
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik
yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan
masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia,
fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah,
akumulasi garamgaram (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa
organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan
secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah secara fisik dapat
diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah.
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan
populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan
kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh
penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coatedurea) yang terus
menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah
akan turun dengan drastis (Ma et al., 1990).
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya
pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh
produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki
karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan
seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat
dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh
tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam
amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan. Apa itu pertanian
berkelanjutan?
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang berlanjut untuk
saat ini dan saat yang akan datang dan selamanya, Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat
bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian
yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi
anak cucu kita.
Ada pun definisi lain dari pertanian berkelanjutan adalah sebagai alternatif-alternatif
untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi
dan aman secara lingkungan.
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan
manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan yang akan dating
B. Kriteria sistem pertanian berkelanjutan
Keberlanjutan Secara Ekonomi merupakan pola pertanian yang dikembangkan bisa
menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang
didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti
juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian.
Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita
belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan
penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam
(untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan
pestisida) adalah bukti paling nyata.
Jadi kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita beberapa
alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture).
Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan.
Di beberapa tempat lain, system pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan
keluar.
Keberlanjutan Ekologi adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki
kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk
memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan
sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan
harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida
pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot
pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak
menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali
sehari oleh petani. Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan
dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun
(pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut
pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap
petani, lingkungan dan konsumen
Hal lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis ini dapat menyebabkan
tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga generasi hama berikutnya tidak lagi
mempan disemprot dengan dosis yang sama, atau pestisida yang sama. Di lapangan dijumpai
kebiasaan petani meng-oplos berbagai merk pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih
ampuh (dalam banyak kasus, justeru penyuluh pertanianlah yang mengajarkan petani akan
perihal berbahaya ini). Selain berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat mutlak
sistem pertanian berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian dengan budaya lokal.
Yakni penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat perlakuan
adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih tegas atas hak petani dalam penguasaan lahan,
benih dan teknologi lokal yang sering dibajak oleh kaum pemodal.
Sistem yang harus dibangun juga menyediakan fasilitas untuk mengakses informasi,
pasar dan sumberdaya yang terkait pertanian. Hal mana harus menjamin harga keringat petani
untuk mendapat nilai tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga tani dan keberlanjutan
modal usaha tani. Khususnya akses atas lahan harus kembali dievaluasi dalam rangka
menegakkan keadilan, dengan tanpa membedakan jenis kelamin, posisi sosial, agama dan etnis.
Contoh adanya ketimpangan keadilan adalah (dalam konvensi di Indonesia?) bila si istri
melakukan transaksi hak atas tanah, oleh Notaris akan dimintakan surat kuasa dari suaminya.
Sementara itu, budaya pertanian lokal sering kali dilecehkan. Misalnya, sistem ladang berpindah
orang Dayak sering dituduh merusak lingkungan (yang benar, orang Dayak menggilirkan lahan
secara berputar/siklus, bukan berladang berpindah-pindah). Padahal sistem itu justeru
melestarikan lingkungan dan sudah teruji berabad-abad. Namun kebiasaan orang Dayak
menggulirkan siklus lahan ini dijadikan kambing hitam atas dosa lingkungan dari jaringan
penjarah kayu serta penjarah hutan hak ulayat suku.
Praktik Pertanian Berkelanjutan dalam ekosistem terdapat komponen biotik, baik flora
maupun fauna yang menyediakan jasa ekologi seperti: Proses dekomposisi bahan organik (daur
ulang unsur hara) guna mempertahankan kesuburan tanah. Alam juga telah menyediakan
pengatur dan pengendali populasi hama dan penyebab penyakit tanaman. Kemudian, alam
menyediakan proses penyerbukan oleh serangga/hewan penyerbuk yang menjaga keberlanjutan
reproduksi tanaman. Kesemua hal di atas itu (anggota penyusun komponen biotik) berinteraksi
sesuai proses evolusi ekosistem. Apabila satu komponen hilang akan timbul goncangan ekologi
yang ditandai pelonjakan salah satu komponen (misal hama), atau proses perkembangan
ekosistem berjalan tidak normal (Misal: karena input pestisida dan pupuk kimia yang ngawur,
tanah menjadi tidak gembur karena kehilangan mikroba pengurai).
Indikator sukses Selama ini pertanian kita adalah sekadar jumlah atau hasil produksi
pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan, tujuan yang ingin
dicapai bukanlah sekadar target produksi jangka pendek, tetapi lebih ditekankan pada upaya
keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian
berkelanjutan adalah dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi
dalam ekosistem. Untuk inilah, kini saatnya (terutama) para penyuluh pertanian untuk mengajari
petani kita (yang sudah lupa) cara-cara mengembangkan kesuburan tanah, prinsip pengendalian
hama alami dan pengoptimalisasi peran musuh alami, pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola
tanam, mengatur waktu tanam yang tepat) guna memanipulasi interaksi musim-tanaman-hama.
Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak
rakus pupuk dan relative tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas unggul
lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi. Kiranya, masih ada harapan di Indonesia, untuk
mempertahankan keberadaan ekosistem pertanian, memelihara potensinya untuk jangka waktu
lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, akan dapat memberi keuntungan
terus-menerus (jangka panjang dan turun temurun) pula.
C. sifat sifat pertanian berkelanjutan
sendiri.
Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi
pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing
pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pertanian yang seimbang antara ekosistem, ekonomi, lingkungan dan manusia yang
berkelanjutan untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sitem pertanian berkelanjutan juga
mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, dan sifat-sifat dalam menjalankan pertanian yang
sustainable agar dapat berjalan dengan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, 1990. Bahan Organik. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.