Anda di halaman 1dari 3

Revaluasi Aset Menurut PSAP

Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dapat diakui bila sudah memenuhi kriteria:
a. Berwujud;
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c. Biaya perolehan aset tetap dapat dinilai dengan andal;
d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Untuk penilaian awal aset tetap didasarkan pada harga perolehannya. Bila aset tetap
diperoleh tanpa nilai, misalnya dari hadiah atau donasi, aset tetap tersebut dinilai sebesar
nilai wajar aset tetap saat diperoleh. Jadi bukan nilai wajar saat aset tersebut selesai
dibangun, tetapi nilai saat aset tetap diperoleh.
Aset tetap yang dimiliki pemerintah tidak dapat direvaluasi atau dilakukan penilaian
kembali karena penggunaan nilai wajar pada saat perolehan harus selalu konsisten dengan
harga perolehan dan bukan merupakan proses penilaian kembali. Logikanya, yang disebut
penilaian kembali adalah bahwa sebelumnya pemerintah telah menentukan nilai suatu aset
tetap. Kemudian karena ada satu-dua penyebab, aset tetap tersebut harus dinilai kembali
demi keandalan laporan keuangan yang disusun. Baru itulah yang disebut dengan revaluasi
aset. Paragraf 26 dalam PSAP No 07 tentang Aset Tetap tersebut sekaligus memberikan
jawaban terkait banyaknya permasalahan yang ada di pemda terkait penilaian aset aset
tetap, khususnya yang berasal dari hibah atau donasi, yang tidak memiliki harga perolehan.
Untuk aset aset tersebut, harus dicarikan aset sejenis, dengan tahun perolehan dan
kondisi yang serupa, dan tentunya mempunyai harga perolehan. Baru kemudian digunakan
sebagai harga wajar aset tetap pada saat perolehan.
Namun, bila kita membaca PSAP No 7 tentang Aset Tetap, pada Paragraf 59,
menyebutkan bahwa Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena Standar

Akuntansi Pemerintahan menganut

penilaian aset

berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini
mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. Jadi

sebelum ada ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional, penilaian kembali untuk
mendapatkan harga perolehan tidak diperkenankan.
Kembali pada revaluasi aset tetap. Revaluasi aset tetap dilakukan dengan alasan
untuk merelevankan nilai aset tetap pada laporan keuangan dengan nilai wajar aset tetap
tersebut. Untuk akuntansi sektor swasta, hal ini dilakukan terkait permintaan dari pihak
kreditur terkait pinjaman yang akan diberikan ke perusahaan. Berdasarkan PSAK No 16
revisi 2007, menyatakan bahwa penilaian kembali merupakan salah satu metode penilaian
aset tetap. Sehingga suatu perusahaan yang memilih melakukan revaluasi terhadap
asetnya, maka ia harus konsisten untuk melakukannya. Bukan hanya sekali atau berdasar
kebutuhan, karena hal tersebut dapat menyebabkan kebiasan. Apabila revaluasi dilakukan,
akumulasi penyusutan dapat diberlakukan dengan dua cara yatu metode eliminasi dan
proporsional. Pertama dengan cara eliminasi, yaitu akumulasi penyusutan ditutup sehingga
diperoleh nilai buku aset. Selanjutnya nilai buku tersebut kemudian ditambah atau dikurangi
sehingga nilainya menjadi nilai hasil revaluasi aset tetap yang terbaru. Kedua dengan cara
proporsional, dengan metode ini, nilai aset tetap dan akumulasi penyusutan akan dinaikkan
nilainya sebesar rasio revaluasi (rasio nilai hasil revaluasi dengan nilai buku). Dan berdasar
aturan perpajakan, revaluasi dilakukan untuk seluruh aset di perusahaan tersebut, bukan
hanya untuk kelompok tertentu saja.
Lalu bagaimana pengaruhnya kalau revaluasi aset tetap dilakukan oleh pemerintah?
Aturan perpajakan hanya mengikat pada bidang yang tujuan utamanya laba. Tetapi tanpa
aturan pajak bukan berarti bebas tanpa aturan. Banyak aspek yang perlu diperhatikan,
diantaranya terkait penilai. Penilai harus memiliki sertifikasi terkait kompetensinya. Dengan
menggunakan jasa penilai, otomatis harus disediakan anggaran untuk melaksanakannya.
Selain itu, metode penilaian juga harus diperhatikan karena hal tersebut akan berimbas
pada hasil penilaian. Kemudian cakupan aset tetap yang akan direvaluasi. Memang dalam
PP 71 tahun 2010 tidak disebutkan terkait cakupan aset tetap yang akan direvaluasi, apakah
harus keseluruhan aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah atau boleh sebagian saja.
Namun bila mengacu ke PSAK tadi, revaluasi harus dilaksanakan untuk keseluruhan aset
tetap serta harus dilaksanakan secara regular dan berkelanjutan.
Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan
penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki. Hal ini diperlukan agar nilai aset tetap
pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa
pemerintah dapat melakukan penilaian kembali (revaluasi) sepanjang revaluasi tersebut

dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional misalkan


undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden.
Apabila revaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di neraca harus
disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai tercatat dari setiap aset tetap yang
bersangkutan dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap sesuai dengan selisih antara nilai
hasil revaluasi dengan nilai tercatat.
Setelah nilai hasil revaluasi didapat, masih ada lagi yang perlu dilakukan. Yaitu
mengkoreksi nilai ekuitas pemerintah daerah yang akan disajikan pada Laporan Perubahan
Ekuitas yang akhirnya bermuara pada neraca pemerintah daerah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa revaluasi aset tetap pada akuntansi berbasis akrual diperbolehkan sepanjang bukan
untuk mendapatkan nilai perolehan suatu aset tetap pada pemerintah daerah, yang
kemudian akan mempengaruhi nilai ekuitas pemerintah daerah pada neracanya.

Impairment Aset Menurut PSAP


Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat dipulihkan.
Impairment pada aset pemerintah terjadi ketika adanya pertukaran aset. Pemerintah
dimungkinkan untuk saling bertukar aset tetap baik yang serupa maupun yang tidak.
Permasalahan

utama

apabila

suatu

aset

dipertukarkan

adalah

bagaimana

cara

penilaiannya.
Nilai wajar atas aset yang diterima tersebut dapat memberikan bukti adanya suatu
pengurangan (impairment) nilai atas aset yang dilepas. Dalam kondisi seperti ini, aset yang
dilepas harus diturun-nilai-bukukan (written down) dan nilai setelah diturun-nilai-bukukan
(written down) tersebut merupakan nilai aset yang diterima. Contoh dari pertukaran atas
aset yang serupa termasuk pertukaran bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal
terbang. Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas atau kewajiban
lainnya, maka hal ini mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai nilai
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai