Anda di halaman 1dari 11

1.

Pendahuluan
Ginjal adalah salah satu organ yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Ginjal manusia terdapat sepasang kanan dan kiri. Ginjal terletak
retroperitoneal. Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses sekresi. Ginjal
juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh dengan cara membuang
sampah-sampah sisa metabolisme dan menahan zat-zat yang dibutuhkan tubuh.
Fungsi ini sangat penting untuk menjaga homeostasis. Maka dari itu, apabila
ginjal mengalami gangguan akan berdampak pada sistem ekskresi.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun dan obat
Batan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
kotor hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi. Sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun
jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang berasal dari urea. Sehingga bisa
dikatakan bahwa urin adalah zat yang steril.
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta fakta tentang ginjal
dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti
hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, dll. Mengukur jumlah urin
bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam
keseimbangan cairan badana dan berguna juga untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semikuantitatif dengan urin.
Dalam pemeriksaan terdapat 2 jenis pemeriksaan yaitu, pemeriksaan urin
rutin dan pemeriksaan urin lengkap. Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan
glukosa. Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

2. Pemebentukan Urin
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen. Ginjal dibungkus
oleh beberapa lapisan yaitu: capsula fibrosa, capsula adiposa (jaringan lemak),
fascia renalis (lanjutan dari fascia transversa). Batas atas dari ren sinistra iga XI
sedangkan ren dextra iga XII, 7 cm dari garis tengah tubuh. Batas bawah ren
sinistra L2-3 sedangkan ren dextra L3, 11 cm dari garis tengah 3-5 cm diatas
crista iliaca. Ren dextra lebih rendah dari ren sinister karena besarnya lobus
hepatis dextra. Ren sinister disebelah ventral berbatas pada gaster (ventriculus),
splen (lien), pancreas, jejenum, dan colon descendens. Ren dextra terletak ventral
terhadap hepar duodenum, colon ascendens. Hillus diproyeksikan pada bidang
transpyloric (L1-L2).
Ginjal itu terdiri dari capsula renalis, cortex, dan medulla. Capsula renalis
adalah pembungkus ginjal. Cortex terdiri dari dua lapisan, corpusculum renalis
dan arteri vena interlobaris terdapat pada outer cortex, sedangkan corpusculum
renalis dan arteri vena arcuata terdapat pada juxtamedullary cortex. Medulla juga
memiliki dua lapisan yaitu outer medulla dan inner medulla. Pada outer medulla
terdapat pyramid renalis dan collum renalis. Dalam pyramid renalis terdapat
tubulus contortus, ansa henle, tubulus colectivus, dan vasa recta. Dalam collum
renalis terdapat papilla renalis, papilla renalis adalah calices renales minors
memperlihatkan takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak pyramid
renalis.
Vaskularisasi ginjal terdapat arteri renalis dextra dan arteri renalis sinistra.
Arteri renalis dextra lebih panjang. Vena di ginjal terdapat vena renalis dextra dan
vena renalis sinistra. Vena renalis letak ventral terhadap arteri renalis, vena renalis
sinistra lebih panjang. Vena bermuara ke vena cava inferior.

2.1 Fisiologi Ginjal


Ginjal berfungsi untuk filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi urin setelah itu
melewati saluran ureter menuju vesical urinaria (kandung kemih). Vesica urinaria
adalah tempat dimana urin disimpan letaknya ekstra peritoneal, jika kondisi
kosong akan terletak dalam rongga panggul namun jika kondisi terisi akan
menonjol ke abdomen. Setelah itu dibawa ke uretra dimana uretra adalah saluran
untuk mengeluarkan urine.
Pembentukan urin oleh ginjal terdiri dari proses filtrasi, reabsorpsi,
augmentasi. Komposisi filtrat glomerulus. Filtrasi glomerulus adlah langkah
pertama untuk pembentukan urin, pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan melalui kapiler glomerulus kedalam kapsula bowman.
Kapiler glomerulus juga relative permeable terhadap protein. Sehingga cairan
protein hasil filtrasi ( filtrate glomerulus ) bebas protein dan tidak mengandung
elemen seluler termasuk darah merah.
Membrane kapiler glomerulus terdiri dari 3 lapisan yang membentuk sawar
filtrasi yang walaupun terdiri atas 3 lapisan dpat menyaring air dan terlarut
beberapa ratus kali lebih banyak dari membrane kapiler plasma. Meskipun dengan
laju ini filtrasi membrane kapiler glomerulus biasanya mencegah filtrasi protein
plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi inifiltrasi ini meninggalakan kapsula
bowman dan mengalir lewat tubulus cairan ini mengalami perubahan akibat
adanya reasorbsi air dan zat perlarut spesifik kembali kedalam darah atau sekresi
atau selresizat zat lain kaplier peritubulus kedalam tubulus.
Reasorbsi dan sekresi tubulus ginjal. Saat filtrasi glomerulus memasuki
tubulus ginjal filtrate ini mengalir melalui bagian bagian tubulus secara berurutan
dari tubulus proximal ke lengkung henle lalu tubulus distalis kemudian tubulus
koligens dan ahinya ductus koligens sebelum di ekskresikan sebagai urin. Di
perjalanannya zat direasorbsi secara selektif dari tubulus kembali ke darah,
sedangkan lainnya kedalam lumen tubulus
Reasorbsi tubulus termasuk mekanisme pasif dan aktif.Transpor aktifprimer
menggerakan zat terlarut melawan satu gradien elektro kimia contoh reasorbsi ion
ion natrium melintasi membrane tubulus proksimal. Reasorbsi ion natrium dari

lumen tubulus kembali ke darah melibatkan natrium berdifusi melalui membrane


luminal ke sel, mengikuti suatu gradien elektro kimia yang terbentuk oleh pompa
NaK ATP-ase kemudian Na di transfor ke membrane basolateral melawan
gradient elektrokimia kemudian Na, air dan zat zat lain di reasorbsi dari cairan
interstitial kedalam kaplier tubulus.
Reasorbsi aktif sekunder melalui membrane tubulus. Dua atau lebih zat
berinteraksi dengan suatu protein membrane spesifik dan di transfer bersama
melalui membrane tidak menimbulkan energy secara langsung atau dari sumber
fosfat berenergi tinggi lain
Resorbsi dan sekresi di sepanjang berbagai bagian nefron. Reasorbsi
tubulus proximal .65% dari bagian natrium dan air yang di filtrasi dan nilai
persentase yang sedikit lebih rendah dari clorida akan direasorbsi oleh tubulus
proximal sebelum filtrate mecapai lengkung henle. Sel epitel tubulus proximal
bersifat sangat metabolic dan mempunyai sejumlah besar mitokondria untuk
mendukung protein transport yang kuat. ATP mempunyai banyak sekali brush
border pada sisi luar membrane ke permukaan yang luas juga di muati molekul
protein pembawa yang mentranspor sebagian ion natrium melewati membrane
luminal.
Transport zat terlarut dan air dalam ansa henle. Ansa henle dibagi menjadi
segmen descendens tebal ansa henle, segmen tebal ascendens ansa henle. Segmen
tipis denscendens permeable terhadap air dan permeable terhadap bagian besar zat
terlarut termasuk ureum dan natrium fungsinya untuk difusi zat-zat sederhana
melalui dinding. Segmen tebal ansa henle memiliki sel epitel yang tebal dan
aktivitas metabolism tinggi dan mampu melakukan reabsorpsi aktif natrium,
klorida, dan kalium. Segmen tebal ascendens ansa henle terjadi reabsorpsi
paraseluler yang bermuara dari kation dan semipermeabel terhadap air.
Tubulus distal membentuk macula densa sekelompok sel epitel yang
merupakan bagian dari kompleks juxtaglomerulus. Berkelak-kelok dengan banyak
air reabsorpsi yang sama dengan segmen tebal pars ascendens ansa henle.
Reabsorpsi ion, Na, dan K. Tahap permeable terhadap uruem.

Tubulus koligens kortikans Terdiri dari sel principal yang mereabsorpsi


Na dan sekresi Kalium. Sel interkalaris mensekresi ion hydrogen serta
mereabsorpsi ion bikarbonat dan kalium.
Duktus koligens media mereabsorpsi kurang dari 10% air dan Na yang di bagian
terakhir dari pemprosesan urin dan memainkan peran dalam menentukan
keleuaran akhir dan air dan zat terlarut dalam urin
3. Urinalisis
3.1 Bahan pemeriksaan urin
Berbagai jenis urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial,
urin 24 jam, serta urin tiga gelas dan urin dua gelas pada pria. Urin sewaktu
adalah urin yang dikeluarkan pada sewaktu-waktu yang tak ditentukan secara
khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini
cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tannpa
pendapat khusus.
Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur.
Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan
sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi kalangan kebidanan urin pagi baik bagi
pemeriksaan

kehamilan

berdasarkan

adanya

hormone

human

chorionic

gonadotrophin (HCG) dalam urin. Urin postprandial adalah urin yang pertama
kali dilepaskan 1,5 sampai 3 jam setelah makan. Urin ini berguna untuk
pemeriksaan glukosurya yaitu adanya glukosa di dalam urin. Urin 24 jam adalah
urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara menyediakan botol besar
bersih bertutup dengan kapasitas minimal 1,5 liter yang umumnya dilengkapi
pengawet, dan urin tersebut tersebut dibuang pada jam 7 pagi, urin selanjutnya
(termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur.
Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif, ada juga urin yang
tak penuh 24 jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7
malam), urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai jam 7 pagi), urin 2 jam dll.
Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas dengan cara yaitu
beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih lalu siapkan 3 gelas yang

sebaiknya gelas sedimen, lalu penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa
henti.gelas I di isi 20 sampai 30 ml pertama yang berisi sel-sel uretra parsanterior
dan prostatica, gelas II diisi volume berikutnya yang berisi unsur unsur dari
kandung kemih, gelas III di isi volume terahir yang berisi unsur-unsur khusus dari
uretra parsprostatica dan getah prostat.
Urin 2 gelas diperoleh dengan cara yang sama dengan urin 3 gelas, dengan
2 gelas saja, gelas pertama diisi 50 sampai 75 ml. Urin ini digunakan untuk
menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin
seorang pria.
3.2 Pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia
Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan mikroskopik, mikroskopik dan
kimia. Pemeriksaan Makroskopik adalah salah satu capa pemeriksaan urin dengan
pemeriksaan mikroskopis diantaranya adalah pemeriksaan warna, bau, kejernihan,
keasaman, berat jenis, dan volume urin.
Warna urin diiuji pad tebal lapisan 7-10cm dengan cahaya tembus ada
beberapa macam hasil yaitu : tak berwarna ,kuning muda, kuning tua, kuning
bercampur merah,merah bercampur kuning, merah, coklat,kuning bercampur
hijau, putih susu dll. Normal pucat-kuning tua dan amber tergantung pada kadar
urokrom. Perubahan warna urin di sebabkan oleh : obat-obatan, darah
mikroorganisme, zat warna normal maupun abnormal, pus , protein dll. Urin
merah dapat di sebabkan oleh Hb, miogobin atau pengaruh obat rifampisin, warna
urin hijau dapat karena zat klinis eksogen (biru metilen) atau infeksi
pseudomonas; warna oranye/ jingga menandakan pigmen empedu.urin yang tak
berwarna dapat disebabkan karena urin yang sangat encer sementara urin yang
sangat tua bisa disebabkan karena urin yang sangat pekat; bilirubinia, warna
merah sampai kecoklatan bisa disebabkan karena hematuria, hemoglobinuria,
myoglobinuria. Warna coklat kemerahan sampai coklat dapat disebabkan
myoglobinuria,hemoglobinuria,

methemmoglobin.

Bila

urin

karen

fosfat(biasanya normal) atau leukosituria dan bakteri (abnormal)

Bau urin dari semuls (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki
makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
Bau abnormal dapat disebabkan oleh
Makanan mengandung atsiri seperti jengkol, petai, durian,. Obat-obatan
seperti mentol, terpentin.
Bau amoniak melalui perombakan ureum amoniak oleh bakteri, Ketonuria bau
aseton bisa juga Bau busuk karena perombakan protein.
Kejernihan dapat di periksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan
warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu : jenih (normal), agak keruh, keruh
dan sangat keruh. Kekeruhan urin disebabkan bakteri, sedimen, lemak, dll. Urin
jernih merupakan urin yang normal. Urin berwarna merah bisa disebakan karena
terdapat darah, putih halus karena ada bakteri.
Pemeriksaan keasaman penting pada kasus gangguan keseimbangan asam
basa. Penyebab berubahya keasaman urin antara lain mikroorganisme. pH dapat
di tentukan denga kertas lakmus, kertas nitrazin, reagent, strip serta campuran
indikator ( lebih cepat dan tepat)
Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin
kecil, maka dapat digunakan refraktometer. Beratjenis urin normal yaitu 1,020.
pada orang tua BJ bisa di bawah atau di atas normal karena kehilangan daya
mengencerkan atau memekatkan urin. BJ dibawah batas normal yaitu < 1,010 bisa
karena gangguan ginjal/endokrin. BJ di atas batas normal > 1,025 dapat di
sebabkan karena degenerasi nefron . Berat jenis berhubungan dengan diuresis.
Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya. Berat jenis

berkaitan

dengan pekatnya urin (faal pemekat ginjal).


Glukosuria akan meningkatkan berat jenis urin. Berat jenis urin
dipengaruhi oleh suhu urin, protein, glukosa dan kontras media.
Volume urin normal yaitu 800-1600 ml. nephritis dapat menyebabkan
polyuria yaitu buang air kecil berlebihan sehingga produksi urin berlebihan.
Nephritis acute dapat menyebabka olyuria yang menyeb urin samba kan produksi
urin yang sedikit. Bias juga anuria yaitu tak ada urin sama sekali yang dapat di
sebabkan oleh keracunan.

Pemeriksaan mikroskopik adalah pemeriksaan sedimen urin. Untuk


mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit. Yang dipakai ialah urin pagi setelah bangun tidur.
Pemeriksaan sedimen dilakukan memakai lensa objektif kecil (10x) yang
dinamakan Lapangan Pengelihatan Kecil atau LPK selain itu dipakai lensa
objektif besar (40x) yang dinamakan Lapangan Pengelihatan Besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah
rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit.
Unsuk sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup
dilaporkan dengan (+) artinya ada kemudian (++) artinya banyak, dan (+++)
artinya banyak sekali.
Unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan non
organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,
eritrosit, leukosit, dan silinder. Sedangkan yang non organik tidak berasal dari
sesuatu organ atau jaringan, seperti kristal.
Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin,
sedangkan leukositnya hanya terdapat 0-5/LPK dan pada wanita dapat pula karena
kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria.
Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark
ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa
hemoragik.
Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan
ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret
vagina pada penderita dengan fluor albus.
Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal
didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologi, jumlah epitel ini dapat
meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih.
Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin didapatkan oval fat bodies.
Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat
dilihat memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan

mikroskop polarisasi. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan
batu didalam saluran kemih.
Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf
merupakan kristal yang merupakan kristal yang sering ditemukan dalam dalam
sedimen dan tidak mempunyai arti, karena krsital-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis
makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine.
Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obatobatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk dalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Taman Horsfall) dan kadangkadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan
silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan
adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermaca-macam silinder yang berhubungan dengan berat
ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal
bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder
seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel, dan sunder
berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.
Pada

pielonefritis

dapat

dijumpai

silinder

leukosit

dan

pada

glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada


penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
Pemeriksaan kimia adalah salah satu jenis pemeriksaan urin rutin dapat
ditinjau dari struktur kimia yang dapat ditemukan dari sediaan urin. Beberapa hal
yang menjadi parameter struktur kimia adalah pH atau derajat keasaman, kadar
glukosa dan kadar protein.
Derajat keasaman atau pH dalam urin normal berkisar sekitar 4,5 sampai
8,00. Jika terjadi kelainan pada pH urin dapat diakibatkan infeksi saluran kencing.
Penyebab berubahnya keasaman urin antara lain
Pemeriksaan kadar glukosa bertujuan untuk memeriksa secara kualitatif
adanya glukosa dalam urin. Adapun prinsip pemeriksaannya yaitu berdasarkan

reaksi reduksi dari urin yang mengindikasi adanya glukosa. Dapat ditandai
berubahnya warna urin. Jika urin berubah menjadi biru artinya negatif atau kadar
glukosa urin sekitar 14 gr/dl. Apabila berubah menjadi kuning kehijauan maka
dapat disimpulkan urin tersebut positif mengandung glukosa dengan ada 28gr/dl.
Sedangkan jika urin berubah warna menjadi kuning maka positif 2 dengan kadar
56 gr/dl. Jika urin berwarna cokelat tandanya positif 3 dengan kadar 83 gr/dl dapat
dipastikan terjadi gangguan fungsi ginjal. Jika berubah warna menjadi merah bata
positif 4 dengan kadar 111gr/dl dapat menjadi indikasi penderita yang mengalami
dehidrasi sedang. (Richard S. 2006)
Protein seharusnya tidak dapat ditemukan di dalam urin karena pada
dasarnya protein akan di filtrasi oleh glomerulus di ginjal. Jika ditemukan pada
urin yang mengandung protein maka dapat dipastikan telah terjadi gangguan
fungsi ginjal khusunya pada fase pemebentukan urin di filtrasi.
3.3 Pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan urin lengkap mencakup pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan
urobilinogen, pemeriksaan urobilin dan pemerikaan benda keton. Pemeriksaan
urobilinogen

dapat

dilakukan

dengan

metode

Ehrlich

dengan

prinsip

percobaannya yaitu urobilinogen dengan para dimetilaminobenzaldehid akan


membentuk komplek yang berwarna merah anggur.
Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu mendeteksi adanya kerusakan
hepar baik dari penurunan fungsinya atau abnormalitas bentuk sehingga
menyebabkan kelainan klinis yang ditandai dengan urin yang berwarna coklat.
Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -1,0 Ehrlich unit
per dl urin.
Pemeriksaan

urobilinogen

dalam

urin

berdasarkan

reaksi

antara

urobilinogen dengan reagen Ehrlich (paradimethyl amino benzal dehiyde serta


buffer asam) intensitas warna yang terjadi dari jingga hingga merah tua, dibaca
dalam waktu 60 detik (jika dibiarkan terlalu lama kadar urobilinogen akan
menurun yang disebabkan oleh urobilinogen akan teroksidasi menjadi urobilin).
Warna yang timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam urin.

10

Urin yang terlalu alkalis menunjukan kadar urobilinogen yang lebih tinggi,
sedangkan urin yang terlalu asam menunjukan kadar urobilinogen yang lebih
rendah dari seharusnya.
Untuk pemeriksaan benda keton dapat dilakukan dengan metode Rothera,
mprinsip percobaan metode ini yaitu natrium nitropurusit akan bereaksi dengan
asam asetol asetat dan aseton dalam suasana basa yang membentuk senyawa
berwarna ungu.. Selain metode Rothera, untuk pemeriksaan benda keton dapat
digunakan metode Gerhardt. Prinsip percobaan dari metode ini yaitu terbentuknya
warna merah anggur akibat adanya interaksi antara FeCl3 dengan asam
acetoasetat.
Pemeriksaan bilirubin juga termasuk kedalam pemeriksaan urin lengkap.
Pemeriksaan bilirubin ini dapat dilakukan dengan 2 metode. Metode pertama
yaitu metode Harrison, dengan prinsip percobaannya yaitu adanya reaksi antara
barium klorida (BaCl2) dengan sulfat dalam urin membentuk endapan BaSO 4 dan
bilirubin menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi
biliverdin yang berwarna hijau. Metode kedua yaitu metode Rosin, dengan prinsip
percobaannya yaitu iodium akan mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin yang
berwarna hijau.

11

Anda mungkin juga menyukai