Makala
Makala
Pendahuluan
Ginjal adalah salah satu organ yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Ginjal manusia terdapat sepasang kanan dan kiri. Ginjal terletak
retroperitoneal. Ginjal merupakan organ terpenting dalam proses sekresi. Ginjal
juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh dengan cara membuang
sampah-sampah sisa metabolisme dan menahan zat-zat yang dibutuhkan tubuh.
Fungsi ini sangat penting untuk menjaga homeostasis. Maka dari itu, apabila
ginjal mengalami gangguan akan berdampak pada sistem ekskresi.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun dan obat
Batan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
kotor hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi. Sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun
jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang berasal dari urea. Sehingga bisa
dikatakan bahwa urin adalah zat yang steril.
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta fakta tentang ginjal
dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti
hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, dll. Mengukur jumlah urin
bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam
keseimbangan cairan badana dan berguna juga untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif dan semikuantitatif dengan urin.
Dalam pemeriksaan terdapat 2 jenis pemeriksaan yaitu, pemeriksaan urin
rutin dan pemeriksaan urin lengkap. Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan
glukosa. Pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
2. Pemebentukan Urin
2.1 Anatomi Ginjal
Ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen. Ginjal dibungkus
oleh beberapa lapisan yaitu: capsula fibrosa, capsula adiposa (jaringan lemak),
fascia renalis (lanjutan dari fascia transversa). Batas atas dari ren sinistra iga XI
sedangkan ren dextra iga XII, 7 cm dari garis tengah tubuh. Batas bawah ren
sinistra L2-3 sedangkan ren dextra L3, 11 cm dari garis tengah 3-5 cm diatas
crista iliaca. Ren dextra lebih rendah dari ren sinister karena besarnya lobus
hepatis dextra. Ren sinister disebelah ventral berbatas pada gaster (ventriculus),
splen (lien), pancreas, jejenum, dan colon descendens. Ren dextra terletak ventral
terhadap hepar duodenum, colon ascendens. Hillus diproyeksikan pada bidang
transpyloric (L1-L2).
Ginjal itu terdiri dari capsula renalis, cortex, dan medulla. Capsula renalis
adalah pembungkus ginjal. Cortex terdiri dari dua lapisan, corpusculum renalis
dan arteri vena interlobaris terdapat pada outer cortex, sedangkan corpusculum
renalis dan arteri vena arcuata terdapat pada juxtamedullary cortex. Medulla juga
memiliki dua lapisan yaitu outer medulla dan inner medulla. Pada outer medulla
terdapat pyramid renalis dan collum renalis. Dalam pyramid renalis terdapat
tubulus contortus, ansa henle, tubulus colectivus, dan vasa recta. Dalam collum
renalis terdapat papilla renalis, papilla renalis adalah calices renales minors
memperlihatkan takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak pyramid
renalis.
Vaskularisasi ginjal terdapat arteri renalis dextra dan arteri renalis sinistra.
Arteri renalis dextra lebih panjang. Vena di ginjal terdapat vena renalis dextra dan
vena renalis sinistra. Vena renalis letak ventral terhadap arteri renalis, vena renalis
sinistra lebih panjang. Vena bermuara ke vena cava inferior.
kehamilan
berdasarkan
adanya
hormone
human
chorionic
gonadotrophin (HCG) dalam urin. Urin postprandial adalah urin yang pertama
kali dilepaskan 1,5 sampai 3 jam setelah makan. Urin ini berguna untuk
pemeriksaan glukosurya yaitu adanya glukosa di dalam urin. Urin 24 jam adalah
urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara menyediakan botol besar
bersih bertutup dengan kapasitas minimal 1,5 liter yang umumnya dilengkapi
pengawet, dan urin tersebut tersebut dibuang pada jam 7 pagi, urin selanjutnya
(termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur.
Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif, ada juga urin yang
tak penuh 24 jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7
malam), urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai jam 7 pagi), urin 2 jam dll.
Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas dengan cara yaitu
beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih lalu siapkan 3 gelas yang
sebaiknya gelas sedimen, lalu penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa
henti.gelas I di isi 20 sampai 30 ml pertama yang berisi sel-sel uretra parsanterior
dan prostatica, gelas II diisi volume berikutnya yang berisi unsur unsur dari
kandung kemih, gelas III di isi volume terahir yang berisi unsur-unsur khusus dari
uretra parsprostatica dan getah prostat.
Urin 2 gelas diperoleh dengan cara yang sama dengan urin 3 gelas, dengan
2 gelas saja, gelas pertama diisi 50 sampai 75 ml. Urin ini digunakan untuk
menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin
seorang pria.
3.2 Pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia
Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan mikroskopik, mikroskopik dan
kimia. Pemeriksaan Makroskopik adalah salah satu capa pemeriksaan urin dengan
pemeriksaan mikroskopis diantaranya adalah pemeriksaan warna, bau, kejernihan,
keasaman, berat jenis, dan volume urin.
Warna urin diiuji pad tebal lapisan 7-10cm dengan cahaya tembus ada
beberapa macam hasil yaitu : tak berwarna ,kuning muda, kuning tua, kuning
bercampur merah,merah bercampur kuning, merah, coklat,kuning bercampur
hijau, putih susu dll. Normal pucat-kuning tua dan amber tergantung pada kadar
urokrom. Perubahan warna urin di sebabkan oleh : obat-obatan, darah
mikroorganisme, zat warna normal maupun abnormal, pus , protein dll. Urin
merah dapat di sebabkan oleh Hb, miogobin atau pengaruh obat rifampisin, warna
urin hijau dapat karena zat klinis eksogen (biru metilen) atau infeksi
pseudomonas; warna oranye/ jingga menandakan pigmen empedu.urin yang tak
berwarna dapat disebabkan karena urin yang sangat encer sementara urin yang
sangat tua bisa disebabkan karena urin yang sangat pekat; bilirubinia, warna
merah sampai kecoklatan bisa disebabkan karena hematuria, hemoglobinuria,
myoglobinuria. Warna coklat kemerahan sampai coklat dapat disebabkan
myoglobinuria,hemoglobinuria,
methemmoglobin.
Bila
urin
karen
Bau urin dari semuls (bukan bau akibat dibiarkan tanpa pengawet) memiliki
makna. Bau normal disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
Bau abnormal dapat disebabkan oleh
Makanan mengandung atsiri seperti jengkol, petai, durian,. Obat-obatan
seperti mentol, terpentin.
Bau amoniak melalui perombakan ureum amoniak oleh bakteri, Ketonuria bau
aseton bisa juga Bau busuk karena perombakan protein.
Kejernihan dapat di periksa dengan cara yang sama dengan pemeriksaan
warna urin. Ada beberapa macam hasil yaitu : jenih (normal), agak keruh, keruh
dan sangat keruh. Kekeruhan urin disebabkan bakteri, sedimen, lemak, dll. Urin
jernih merupakan urin yang normal. Urin berwarna merah bisa disebakan karena
terdapat darah, putih halus karena ada bakteri.
Pemeriksaan keasaman penting pada kasus gangguan keseimbangan asam
basa. Penyebab berubahya keasaman urin antara lain mikroorganisme. pH dapat
di tentukan denga kertas lakmus, kertas nitrazin, reagent, strip serta campuran
indikator ( lebih cepat dan tepat)
Berat jenis urin diukur dengan bantuan alat urinometer. Jika volume urin
kecil, maka dapat digunakan refraktometer. Beratjenis urin normal yaitu 1,020.
pada orang tua BJ bisa di bawah atau di atas normal karena kehilangan daya
mengencerkan atau memekatkan urin. BJ dibawah batas normal yaitu < 1,010 bisa
karena gangguan ginjal/endokrin. BJ di atas batas normal > 1,025 dapat di
sebabkan karena degenerasi nefron . Berat jenis berhubungan dengan diuresis.
Semakin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya. Berat jenis
berkaitan
mikroskop polarisasi. Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan
batu didalam saluran kemih.
Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf
merupakan kristal yang merupakan kristal yang sering ditemukan dalam dalam
sedimen dan tidak mempunyai arti, karena krsital-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis
makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine.
Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obatobatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk dalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Taman Horsfall) dan kadangkadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan
silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan
adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Dikenal bermaca-macam silinder yang berhubungan dengan berat
ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal
bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder
seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel, dan sunder
berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius.
Pada
pielonefritis
dapat
dijumpai
silinder
leukosit
dan
pada
reaksi reduksi dari urin yang mengindikasi adanya glukosa. Dapat ditandai
berubahnya warna urin. Jika urin berubah menjadi biru artinya negatif atau kadar
glukosa urin sekitar 14 gr/dl. Apabila berubah menjadi kuning kehijauan maka
dapat disimpulkan urin tersebut positif mengandung glukosa dengan ada 28gr/dl.
Sedangkan jika urin berubah warna menjadi kuning maka positif 2 dengan kadar
56 gr/dl. Jika urin berwarna cokelat tandanya positif 3 dengan kadar 83 gr/dl dapat
dipastikan terjadi gangguan fungsi ginjal. Jika berubah warna menjadi merah bata
positif 4 dengan kadar 111gr/dl dapat menjadi indikasi penderita yang mengalami
dehidrasi sedang. (Richard S. 2006)
Protein seharusnya tidak dapat ditemukan di dalam urin karena pada
dasarnya protein akan di filtrasi oleh glomerulus di ginjal. Jika ditemukan pada
urin yang mengandung protein maka dapat dipastikan telah terjadi gangguan
fungsi ginjal khusunya pada fase pemebentukan urin di filtrasi.
3.3 Pemeriksaan urin lengkap
Pemeriksaan urin lengkap mencakup pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan
urobilinogen, pemeriksaan urobilin dan pemerikaan benda keton. Pemeriksaan
urobilinogen
dapat
dilakukan
dengan
metode
Ehrlich
dengan
prinsip
urobilinogen
dalam
urin
berdasarkan
reaksi
antara
10
Urin yang terlalu alkalis menunjukan kadar urobilinogen yang lebih tinggi,
sedangkan urin yang terlalu asam menunjukan kadar urobilinogen yang lebih
rendah dari seharusnya.
Untuk pemeriksaan benda keton dapat dilakukan dengan metode Rothera,
mprinsip percobaan metode ini yaitu natrium nitropurusit akan bereaksi dengan
asam asetol asetat dan aseton dalam suasana basa yang membentuk senyawa
berwarna ungu.. Selain metode Rothera, untuk pemeriksaan benda keton dapat
digunakan metode Gerhardt. Prinsip percobaan dari metode ini yaitu terbentuknya
warna merah anggur akibat adanya interaksi antara FeCl3 dengan asam
acetoasetat.
Pemeriksaan bilirubin juga termasuk kedalam pemeriksaan urin lengkap.
Pemeriksaan bilirubin ini dapat dilakukan dengan 2 metode. Metode pertama
yaitu metode Harrison, dengan prinsip percobaannya yaitu adanya reaksi antara
barium klorida (BaCl2) dengan sulfat dalam urin membentuk endapan BaSO 4 dan
bilirubin menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi
biliverdin yang berwarna hijau. Metode kedua yaitu metode Rosin, dengan prinsip
percobaannya yaitu iodium akan mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin yang
berwarna hijau.
11